Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Yuk, Ajari Jagoan Kecil Anda untuk Menghormati Perempuan Sejak Dini, Moms!

Yuk, Ajari Jagoan Kecil Anda untuk Menghormati Perempuan Sejak Dini, Moms!

Seperti kebanyakan ibu, Anda mungkin langsung sedih dan geram mendengar kasus pemerkosaan 12 santri perempuan di Bandung beberapa waktu lalu. Ironisnya, pelaku pemerkosaan tersebut adalah sang guru Herry Wirawan, yang seharusnya membimbing dan melindungi murid-murid perempuannya.

Kasus pemerkosaan terhadap 12 santri wanita di Bandung merupakan satu dari rentetan kasus serupa yang sudah sering terjadi di Indonesia. Faktanya, masih banyak perempuan di Indonesia yang menjadi korban kekerasan, pelecehan, dan pemerkosaan.

Nah, Moms tentunya tak ingin fenomena semacam ini terus terjadi, kan? Oleh sebab itu, penting bagi Anda untuk menanamkan sikap menghormati perempuan sejak dini kepada para jagoan kecil Anda. Ya, Moms, anak laki-laki perlu tahu bahwa perempuan merupakan sosok yang harus dilindungi dan dihormati, bukannya dilecehkan atau diperlakukan semena-mena. Lantas bagaimana caranya?

Diajarkan sejak dini

Menurut psikolog Anastasia Satriyo M.Psi, anak-anak sudah bisa diajarkan untuk menghormati perempuan sejak usianya masih sekitar 2 atau 3 tahun. Melalui akun Instagram miliknya, Anastasia mengungkapkan bahwa cara paling sederhana untuk mengajari anak adalah dengan memberikan pendidikan seks dasar.

“Sejak usia 2-3 tahun, ketika mulai memperkenalkan nama-nama anggota tubuh ke anak, termasuk jenis kelamin “penis” dan “vagina” dengan nama yang benar dan intonasi bicara yang biasa saja seperti kita lagi ngomong “hidung”, infokan bahwa setiap anggota tubuh kita itu harus dihormati,” tulis Anastasia yang merupakan psikolog anak di TigaGenerasi.

Moms juga perlu membiasakan anak untuk tidak membiarkan orang lain dengan leluasa menyentuh alat kelaminnya, seperti saran yang bisa dibaca melalui akun Instagram @anassatriyo berikut ini.

“Kalau ada yang mau cebokin atau pegang bagian tubuh kamu, termasuk alat kelamin, harus izin dan kalau kamu nggak mau, nggak boleh paksa. Jadi kamu juga perlu menghargai tubuh teman dan orang lain, ya nak!”

“Tubuh dan anggota tubuh kita, termasuk organ kelamin kita itu seperti RUMAH Abang/Koko/Kakak/Mas. Orang atau kita harus izin untuk menyentuh tubuh orang lain. Orang atau kita harus mengizinkan untuk orang lain boleh sentuh tubuh kita. Kayak kita masuk ke rumah kan harus ketok pintu rumah dan DIBUKAIN sama yang punya rumah.”

No means no!

Yang tak kalah penting, hal yang sama juga berlaku pada orang tua, lho! Jadi Moms dan Dads perlu meminta izin kepada anak saat akan menyentuh bagian tubuhnya, termasuk alat kelaminnya. Misalnya saat akan memandikan, Anda juga perlu menginformasikan kepada anak bahwa Anda akan menyentuh tubuhnya.

Selain itu, Moms juga perlu meminta izin pada anak berusia 5 tahun ke atas apabila ingin mencium atau memeluknya. “Sejak kecil, anak perlu sadar dan belajar bahwa no means no. Kalau anak bilang ‘lagi nggak mau dipeluk’ ‘lagi nggak pengen dicium’, kita sebagai orang dewasa tidak memaksa tapi menghargai jawaban anak,” tulis Anastasia.

Dengan mengetahui adanya batasan tersebut, diharapkan anak bisa menjaga dirinya sendiri sekaligus menyadari bahwa ia juga tak boleh memaksa atau melewati batasan orang lain. Anak laki-laki dan perempuan perlu tahu bahwa setiap manusia boleh merasakan beragam emosi. Setiap laki-laki dan perempuan perlu berlatih untuk mengelola dan menyalurkan emosi secara aman dan sehat, termasuk orang tuanya.

Berbicara seks

Seiring dengan berkembangnya usia anak, maka cara Moms dan Dads dalam mengajarkan bagaimana menghormati serta menghargai perempuan juga akan lebih berkembang. Di usia praremaja, anak sudah bisa diajak berdiskusi pentingnya bersikap baik terhadap lawan jenis. Khusus bagi Dads, Anda tentunya juga bisa memberikan contoh nyata soal bersikap terhadap perempuan, misalnya terhadap Moms atau anak perempuan.

Saat anak memasuki usia remaja, Anda juga akan lebih terbuka berbicara soal seks kepadanya. Pastikan ia tahu bahwa berhubungan seks merupakan sesuatu yang melibatkan emosi dan tanggung jawab, bukan sekadar pelampiasan hawa nafsu. Dengan begitu, anak akan belajar bahwa ia tidak bisa sembarangan mengajak atau memaksa lawan jenis untuk berhubungan seks, apalagi disertai dengan kekerasan.

Last but not least, ajarkan anak laki-laki bahwa perempuan bukanlah sebuah objek. Beritahu ia bahwa sikap, penampilan, dan pakaian yang dikenakan oleh perempuan bukanlah faktor yang menentukan apakah memang bisa diperlakukan sembarangan. Tak peduli bagaimana penampilannya, anak laki-laki harus mengetahui bahwa setiap perempuan perlu dihormati dan dihargai. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Foto: Freepik)