Moms dan Dads tentu sudah merasakan berada di masa transisi dari pandemi menuju ke fase new normal. Hal ini pun terjadi dan berdampak pada anak-anak, terutama tumbuh kembang mereka dari aspek sosial emosionalnya. Sebab, selama hampir dua tahun, kita dihadapkan pada situasi pembatasan fisik dan sosial akibat pandemi. Dan hal tersebut sangat memengaruhi kondisi mental, emosional, dan komunikasi Si Kecil dengan lingkungan sekitar.
Situasi ini juga disadari betul oleh banyak orang tua, mungkin termasuk Anda yang pada akhirnya mengubah penerapan pola asuh. Menurut survei BKKBN yang dilakukan selama pandemi COVID-19, ada sekitar 71,5% pasangan suami istri telah melakukan pola pengasuhan kolaboratif. Perubahan ini membawa pengaruh baik pada anak, terutama pada kecerdasan otaknya dari sisi kognitif serta sosial emosional.
Pengasuhan bersama yang dilakukan ayah dan ibu ini menekankan komunikasi, negosiasi, kompromi, dan pendekatan inklusif. Hal ini dilakukan agar dapat mengambil keputusan serta membagi peran dalam keluarga. Dan dari pola pengasuhan kolaboratif pula, anak akan dapat merasakan cinta, penerimaan, penghargaan, dorongan, dan bimbingan dari orang tuanya.
“Peran orang tua yang tepat dalam memberikan dorongan, dukungan, nutrisi, dan akses ke aktivitas untuk membantu anak memenuhi milestone aspek perkembangan merupakan hal yang penting. Dalam konteks percepatan penurunan stunting, pengasuhan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) menjadi sangat penting untuk memastikan kebutuhan nutrisi dan psiko-sosial sejak janin sampai dengan anak usia 23 bulan,” jelas Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dr. Irma Ardiana, MAPS.
Pernyataan tersebut disampaikan dr. Irma pada webinar “Bicara Gizi: Kiat Keluarga Indonesia Optimalkan Tumbuh Kembang Anak di Masa Transisi” (28/6/2022) lalu. Acara yang diselenggarakan oleh Danone Indonesia ini juga sebagai langkah merayakan Hari Keluarga Nasional 2022 yang jatuh pada 29 Juni setiap tahunnya.
Kaitan kecerdasan otak dengan kesehatan sistem pencernaan
Dalam pola pengasuhan kolaboratif, memang ada tantangan tersendiri yang dihadapi orang tua. Seperti disebutkan oleh UNICEF, selama pandemi orang tua mengalami tingkat stres dan depresi yang lebih tinggi serta menilai pengasuhan anak di rumah saja memiliki risiko tersendiri.
Kondisi ini sangat mungkin menghambat kemampuan orang tua untuk mengatasi emosi dan kebutuhan psikologis anak. Karenanya, BKKBN memiliki Tim Pendamping Keluarga yang memiliki peran penting untuk memberi edukasi mengenai pentingnya aspek sosial emosional terhadap tumbuh kembang anak. Jika bisa dijalankan dengan tepat, maka anak akan mengalami proses yang membuatnya menjadi pribadi sebagai anak hebat.
Tidak hanya dari sisi psikologi, Moms dan Dads juga perlu memperhatikan pemberian nutrisi yang tepat. Sebab, disadari atau tidak, kecerdasan otak termasuk dari sisi sosial emosional, memiliki kaitan erat dengan kinerja sistem pencernaan yang sehat.
“Anak-anak tentu merasa kebingungan menghadapi perubahan ruang dan rutinitas baru saat kembali menjalani kehidupan dan berinteraksi secara sosial. Maka untuk dapat beradaptasi kembali dengan normal, orang tua perlu memantau perkembangan sosial emosional anak secara berkala serta memberikan stimulasi dan nutrisi yang tepat.” ungkap Dr. dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A (K), MPH, dokter spesialis tumbuh kembang anak, di webinar yang sama.
Dukungan yang diberikan untuk orang tua
Fase membangun hubungan baru di masa transisi bisa dikatakan termasuk sebuah keterampilan. Anak di usia dini masih bergantung pada orang dewasa untuk memenuhi kebutuhan paling dasarnya, yaitu pemberian stimulasi dan nutrisi agar tumbuh kembangnya optimal. Oleh karenanya, Danone memberikan dukungan untuk para orang tua, agar dapat mengasah dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak, terutama dalam perkembangan sosial emosionalnya.
“Selain memberikan cuti untuk para ibu dan ayah, kami juga secara aktif memberikan edukasi seputar kesehatan dan nutrisi untuk publik seperti halnya dalam Bicara Gizi hari ini. Kami berharap kegiatan ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kolaborasi orang tua untuk dapat memberikan stimulus yang tepat agar mencapai keberhasilan dalam mengembangkan aspek sosial emosional anak,” ujar Corporate Communications Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin, pada kesempatan yang sama.
Dengan langkah ini, tentu diharapkan anak mampu mampu memiliki rasa percaya diri yang baru. Mereka juga bisa merasakan kenyamanan saat berada di lingkungan baru, seperti sekolah, ketika masa transisi ini berlangsung. Jadi, Si Kecil pun dapat tumbuh menjadi anak hebat yang pintar, berani, dan memiliki empati tinggi. (M&B/Vonia Lucky/ND/Foto: Rawpixel.com/Freepik, Danone Indonesia)