Type Keyword(s) to Search
KID

Langkah P&G Indonesia Demi Tolak Perkawinan Anak dan Kekerasan pada Anak

Langkah P&G Indonesia Demi Tolak Perkawinan Anak dan Kekerasan pada Anak

Ketidaksetaraan gender sering kali menjadi penyebab dari berbagai macam permasalahan di masyarakat, khususnya bagi anak-anak, seperti kurangnya akses pendidikan yang setara dan berkualitas, yang kemudian membuat generasi muda rentan terhadap kekerasan dan perkawinan anak.

Berdasarkan data SIMFONI Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada tahun 2021, diketahui bahwa Jawa Barat menempati posisi tertinggi di Indonesia dengan kasus kekerasan pada anak sebanyak 1.766 kasus.

Tidak hanya persoalan kekerasan pada anak, Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020 melalui hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) juga menunjukkan bahwa angka perkawinan anak di Jawa Barat menempati posisi terbanyak kedua di Indonesia (11,48%). Lebih spesifik, data Forum Anak Daerah Kabupaten Cianjur pada tahun 2021 menunjukkan bahwa Cianjur menempati posisi kedua dengan jumlah kasus perkawinan anak terbanyak di Jawa Barat (48,6%).

Data tersebut tentu menjadi hal yang memprihatinkan. Menurut Ayank Irma, seorang pakar kesehatan, psikologi, dan parenting, perkawinan anak dapat dianggap sebagai bentuk pemaksaan bagi anak untuk memikul tanggung jawab secara fisik atau psikologis, di mana kondisi mereka sesungguhnya tidak siap. Begitu pula dengan tindakan kekerasan pada anak yang juga telah melanggar hak-hak dasar anak.

Mengetahui pentingnya kesetaraan gender dan pentingnya kesempatan pendidikan tinggi yang setara bagi anak perempuan dan laki-laki (usia 10-14 tahun), Procter & Gamble (P&G) Indonesia bersama Save the Children Indonesia mengadakan acara “#BerpihakPadaAnak: Stop Perkawinan Anak dan Kekerasan pada Anak” di SMPN 1 Cibeber, Cianjur, Jawa Barat, pada 23 September 2022 lalu. Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian dari program We See Equal yang sudah dilaksanakan oleh P&G dan Save the Children sejak tahun 2018 di Indonesia.

Suguhkan kegiatan edukatif bagi siswa dan orang tua

Diikuti oleh 230 peserta yang terdiri dari 100 siswa (remaja SMP kelas 1, 2, dan 3), 100 orang tua siswa, dan 30 guru, acara ini terdiri dari rangkaian kegiatan untuk para siswa berupa diskusi dan permainan edukatif. Kemudian, terdapat pula sesi diskusi khusus dengan para orang tua siswa untuk memperkuat kapasitas dan komitmen mereka dalam pengasuhan positif serta memberikan kesempatan pendidikan yang tinggi dan setara bagi anak-anaknya.

Selain itu, dalam acara #BerpihakPadaAnak ini, karyawan P&G juga dilibatkan sebagai relawan untuk berinteraksi langsung dengan para siswa, orang tua, dan pihak sekolah guna mengedukasi pentingnya kesempatan pendidikan yang setara bagi anak-anak dalam upaya melawan perkawinan anak serta kekerasan pada anak.

We see equal

Kolaborasi P&G Indonesia dan Save the Children Indonesia untuk mewujudkan kesetaraan gender

Demi terwujudnya kesetaraan gender, program We See Equal tercipta untuk melawan bias terhadap gender yang banyak terjadi hingga kini serta memastikan anak perempuan mendapatkan kesempatan yang sama seperti anak laki-laki.

Hak-hak dan kesempatan yang sama di antaranya terkait akses layanan kesehatan, layanan pendidikan yang berkualitas, kesempatan menyampaikan pandangan dengan tersedianya ruang aman untuk berpartisipasi, serta memiliki status ekonomi sosial yang lebih baik.

Penyuluhan terkait SOP (Standard Operating Procedure) Pencegahan dan Penanggulangan Kekerasan, serta memberikan Modul CHOICES di sekolah-sekolah wilayah dampingan menjadi cara untuk memaksimalkan terpenuhinya hak-hak anak.

Eva Silvia Windari, S.Pd selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMPN 1 Cibeber, yang merupakan salah satu sekolah dampingan program We See Equal merasakan dampak baik dari program kolaborasi P&G Indonesia dan Save the Children Indonesia.

“Sejak adanya Program We See Equal, sekolah kami kini memiliki SOP perlindungan anak dari tindak kekerasan di lingkungan sekolah, salah satunya dengan adanya hotline perlindungan kekerasan terhadap anak. Sejak SOP tersebut diimplementasikan, muncul keberanian dari para siswa untuk melaporkan adanya tindak kekerasan, baik yang mereka alami sendiri ataupun yang mereka lihat,” ujarnya.

P&G Indonesia berharap bahwa inisiatif ini dapat menjadi langkah nyata yang berkelanjutan untuk meningkatkan kesetaraan gender dan memerangi berbagai macam permasalahan masyarakat khususnya pada anak, di antaranya kurangnya akses pendidikan yang setara dan berkualitas, sehingga generasi muda tidak lagi rentan terhadap kekerasan dan perkawinan anak. (P&G Indonesia/Vonda Nabilla/SW/Foto: Master1305/Freepik, P&G Indonesia)