Walau tengah menjabat sebagai Ketua PKK Jatim dan Dekranasda Jatim, Arumi Bachsin (28), tetap menjadikan keluarga sebagai prioritasnya. Ibu dari Lakeisha (8), Al-Qeinan (7), dan Kalendra (1,5) ini mengaku harus cermat membagi waktu antara mengurus pekerjaan dan keluarga.
Mengawali karier di dunia entertainment, Arumi Bachsin kini sibuk mengabdikan diri untuk masyarakat Jawa Timur. Ibu 3 anak dan istri dari Emil Dardak, Wakil Gubernur Jawa Timur, ini mengaku mulai menikmati peran barunya di dunia politik. Arumi saat ini menjabat sebagai Ketua PKK Jatim dan Dekranasda Jatim, yang tentunya banyak menyita waktu dan perhatiannya. Lalu, bagaimana ia mengatur waktu antara mengurus suami, anak-anak, dan pekerjaan? Yuk, simak wawancara eksklusif M&B dengan Arumi Bachsin yang menjadi Mom of The Month Oktober 2022 ini.
Apa saja kegiatan Arumi sekarang?
Kegiatan utamaku sudah pasti mengurus suami dan anak-anak. Selain itu, saat ini aku lagi dapat banyak amanah karena jabatan yang sedang diemban suamiku (Emil Dardak, Wakil Gubernur Jawa Timur). Saat Mas Emil dilantik menjadi Wagub, aku juga kemudian dilantik menjadi Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Jawa Timur dan Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Jawa Timur.
Dari kegiatan-kegiatan ini aku bisa banyak belajar seputar pemberdayaan perempuan di berbagai aspek, seru dan membuka wawasan banget. Di PKK juga aku concern banget soal stunting atau gagal tumbuh pada anak. Ini relate banget sama aku dan para ibu lainnya yang sama-sama punya anak usia pertumbuhan. Jadi, melalui kegiatan ini aku bisa belajar, bantu sosialisasikan ilmunya, dan bisa langsung praktikkan sendiri juga di rumah.
Mana yang lebih enak: jadi artis atau pejabat?
Enaknya tuh beda, kalau secara personal enakan jadi artis karena kita bisa lebih bebas berekspresi. Di lain sisi, jadi pejabat juga enak, tapi bukan enak karena fasilitasnya, melainkan enak karena bisa bertemu dengan real people, bisa ketemu dan ngobrol dengan banyak masyarakat. Menurutku itu sangat menyenangkan. Itu sesuatu yang sebelumnya tidak bisa aku dapat. Jadi dua-duanya tetap nikmat, tetapi tentu saja berbeda nikmatnya.
Dari artis jadi pejabat, apa saja yang berubah?
Gesture (gerak tubuh) yang paling berubah! Haha. Ini bukan karena aku ingin ubah karakter, tapi karena aku punya mindset: aku sekarang punya tanggung jawab dari masyarakat karena jabatan suamiku, jadi aku harus bisa merepresentasikan hal-hal yang baik. Jadi, aku bukan mau menjadi orang lain, bukan jaim (jaga image), bukan ubah karakter, tetapi aku membayangkan aku ini sedang menjalankan amanah, harus jadi "etalase" gitu, artinya aku harus menampilkan yang terbaik dari sisiku.
Bagaimana menyesuaikannya?
Awalnya tentu bingung, ya. Haha. Lama-lama aku mulai mengerti bagaimana menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, tanpa harus mengubah karakter. Semuanya bisa disesuaikan tergantung situasi dan tempat. Kalau situasi sedang serius, ya aku bisa serius, kalau sedang santai, ya aku santai.
Selain itu, penerimaan dari orang-orang yang bekerja bersama aku juga penting. Dari awal masih jadi Ketua PKK di Trenggalek, Jatim, itu aku sudah bilang ke ibu-ibu yang lain kalau karakterku memang seperti ini. Kalau ada yang kurang berkenan, monggo diingatkan. Penerimaan itulah yang bikin aku jadi lebih nyaman dan mudah menyesuaikan diri.
Arumi jadi belajar tentang dunia politik?
Mau enggak mau, aku belajar juga mengenai dunia politik. Kalau enggak belajar, kasihan suamiku nanti ngobrolnya sama siapa, misal istrinya enggak nyambung. Suamiku dulunya kan kerja kantoran di Jakarta, kemudian setelah menikah kita pindah ke Trenggalek, Jatim, dan Mas Emil fokus di dunia politik. Kalau aku tidak mau belajar politik, kasihan nanti suamiku enggak punya teman bicara atau tukar pikiran seputar politik.
Arumi tuh ibu yang seperti apa?
Aku berusaha menjadi ibu yang santai ke anak-anak agar mereka enggak takut. Aku tuh mau punya bonding yang kuat dan bisa jadi teman buat anak-anak, khususnya bagi Keisha yang sudah mulai praremaja, ya. Walau santai, aku tetap mau jadi ibu yang disiplin, tapi enggak galak. Nah, kalau anak-anak yang diwawancara, enggak tahu jawabannya apa, mungkin mereka bilang aku cerewet. Haha.
"Aku berusaha menjadi ibu yang santai ke anak-anak agar mereka enggak takut. Aku tuh mau punya bonding yang kuat dan bisa jadi teman buat anak-anak."
Adakah pola asuh khas Jatim yang Arumi terapkan?
Ada banget pastinya. Kita kan budayanya ketimuran, jadi hal-hal seperti salim dengan yang lebih tua dan menundukkan tubuh saat jalan di depan orang tua itu kita terapkan. Aku percaya kita harus mengikuti aturan di mana kita tinggal.
Pola asuh ini menurutku sangat menolong, terlebih kita hidup di era seperti sekarang yang penuh gadget, teknologi, dan segala pengaruhnya. Jadi pastinya moral dan values pasti bisa bergeser kalau kita enggak disiplin dengan budaya yang kita junjung. Beruntungnya aku, lingkungan tempat anak-anakku tumbuh juga semuanya menerapkan budaya yang sama.
Di tengah kepungan modernisasi dan era globalisasi ini, melestarikan budaya dan adat istiadat ketimuran memang cukup menantang. Bagi saya, modern ini harusnya bukan jadi ancaman, justru modern itu bisa jadi warna untuk melengkapi fondasi yang sudah kita punya. Tapi jangan lupa, fondasinya ini harus kita pegang teguh banget.
Jadwal Arumi yang padat, pernah diprotes anak-anak?
Pernah, dong. Anak-anakku dari cuma protes sampai drama guling-gulingan di lantai setiap mau ditinggal bekerja. Awalnya aku bingung bagaimana cara tepat untuk bagi waktu dengan anak-anak, karena aktivitas dengan PKK dan Dekranasda bisa kapan saja, termasuk weekend.
Akhirnya aku coba ajak anak-anak mengikuti kegiatanku, kalau sedang memungkinkan. Dari situ mereka bisa lihat sendiri kalau Mamanya ini sedang bekerja, bertemu orang banyak, tukar pikiran saat rapat, dan lain sebagainya. Akhirnya seiring bertambahnya usia anak-anak, mereka mengerti dan mulai bisa ditinggal bekerja.
"Bagi saya, modern ini harusnya bukan jadi ancaman, justru modern itu bisa jadi warna untuk melengkapi fondasi yang sudah kita punya. Tapi jangan lupa, fondasinya ini harus kita pegang teguh banget."
Bagaimana cara Arumi mengajarkan kemandirian dan kesederhanaan pada anak?
Kebetulan orang tuaku dan suamiku mengajarkan kami untuk selalu mandiri dan hidup sederhana, jadi enggak sulit untuk "menularkan" sikap ini ke anak-anak. Aku juga mengajarkan ke anak melalui kisah-kisah hidupku, misalnya bagaimana aku harus mengatur uang sekolah untuk jajan, bayar angkutan umum, dan menabung. Aku ingin mereka tahu kalau tidak semua orang seberuntung mereka saat ini, maka mereka harus tetap sederhana dan mandiri.
Aku dan Mas Emil enggak mau anak-anak merasa "lebih" karena jabatan orang tuanya. Kadang ada anak yang bertanya langsung ke Keisha dan Qeinan, “Gimana sih rasanya jadi anak Wagub?” atau pertanyaan lain semacamnya. Untuk itu fondasi kesederhanaan dan kemandirian sudah kami tanamkan dengan baik sejak dini, agar anak enggak terlena dengan konsep anak pejabat, karena semua ini hanya sementara.
Keisha & Qeinan beda usianya hanya 1,5 tahun. Adakah sibling rivalry?
Ada, tapi enggak parah, sih. Mereka cuma suka mengadukan kesalahan adik atau kakaknya. Jadi ada sedikit saja kesalahan, mereka langsung ngadu ke aku. Awalnya mereka mulai memasuki fase saling-adu ini, aku langsung konfrontasi ke anak, tapi lama-lama aku gunakan fase ini sebagai jalan untuk lebih dekat ke anak. Aku yakin pada dasarnya mereka hanya ingin didengar dengan cara rebutan perhatian.
Sibling rivalry atau kompetisi kakak-adik ini akan selalu ada. Daripada kita stres melihatnya, selama anak berkompetisi dengan cara yang sehat, maka lihat saja sebagai keindahan. Suatu saat ini akan menjadi cerita lucu yang indah untuk dikenang.
"Fondasi kesederhanaan dan kemandirian sudah kami tanamkan dengan baik sejak dini, agar anak enggak terlena dengan konsep anak pejabat, karena semua ini hanya sementara."
Bagaimana Keisha & Qeinan menyambut kehadiran Kalendra?
Tentunya mereka senang menyambut Kalendra. Paling kelihatan senang tuh Keisha, dia memang kelihatan sosok kakak banget. Jadi kalau kita sedang sibuk, Keisha menawarkan diri buat jaga Kale. Qeinan juga ajak main adiknya, walau ketika Kale sudah bisa jalan seperti sekarang, Kale suka rebut mainan Qeinan. Terkadang timbul sibling rivalry, but so far so good.
Bagaimana menjaga keharmonisan Arumi dan suami?
Sejak baru pacaran sampai sekarang menikah, sudah 9 tahun itu kami tidak banyak yang berubah. Apa yang kami tampilkan memang apa adanya, kami juga baru tahu kalau relationship seperti aku dan Mas Emil dibilang romantis oleh banyak orang. Alhamdulillah, kami senang dibilang pasangan romantis.
Kalau ditanya bagaimana cara menjaganya, kami agak bingung juga, haha. Mungkin caranya adalah mencoba mempertahankan hal baik apa yang tidak pernah berubah sejak baru kenal, pacaran, sampai sekarang.
Ceritakan sedikit soal lagu yang diciptakan suami, dong.
Haha. Ini sebenarnya lagu yang sudah lama dibuat, awalnya diciptakan Mas Emil untuk pernikahan kami di 2013 lalu. Sayangnya, lagu ini enggak pernah direkam dan bahkan yang tahu cuma aku. Aku pernah tanya, “Lagu-lagu ciptaan Mas Emil sudah di-record dan ada yang dibuatkan video clip. Kenapa lagu yang buatku enggak?” Haha.
Thanks to social media, kebetulan banyak juga di media sosial yang menanyakan hal serupa. Nah, pas banget kan, aku minta lagu tersebut direkam, netizen juga minta direkam. Tak lama kemudian, direkam deh lagunya.
Terkenal sebagai pasangan romantis dan sibuk, sering me time berdua suami?
Ini susah untuk direncanakan. Paling kita jaga hubungan sambil me time berdua itu lewat komunikasi, entah lewat telepon, video call, atau mengobrol singkat. Jadi kalau pulang kerja walau semalem dan selelah apa pun, kami usahakan tetap menyempatkan untuk ngobrol walau sebentar. Sekadar untuk saling update kegiatan saja sambil sharing tukar pikiran.
Nah, kalau mendadak ada waktu luang (biasanya ini mendadak banget, misalnya karena tiba-tiba ada rapat yang dibatalkan), itu kami suka nonton bareng. Entah nonton ke bioskop atau nonton di rumah saja berduaan. Kalau pergi ke bioskop berduaan sebenarnya agak sulit, sih, karena kalau anak-anak tahu pasti minta ikut. Haha. Apa pun kegiatannya, me time berdua pasangan harus disempatkan dan kegiatannya yang sederhana saja juga enggak masalah, kok. Yang penting kualitasnya kan, Moms. (M&B/Tiffany Warrantyasri/SW/Photo: Putri Hanifa/Digital Imaging: Bagus Ragamanyu)