Istilah open marriage atau pernikahan terbuka sebenarnya bukanlah hal yang baru. Bahkan, istilah ini telah menjadi tren di kalangan pasangan menikah, terutama di luar negeri (sebut saja, pasangan selebriti Will Smith dan Jada Pinkett Smith).
Secara umum, istilah open marriage mengacu pada pasangan menikah yang menciptakan kesepakatan bersama: mengizinkan satu sama lain untuk memiliki hubungan seksual dengan orang lain.
Namun, memutuskan untuk memiliki pernikahan terbuka tidaklah sesederhana yang Anda pikirkan. Untuk itu, baca penjelasan lengkapnya semua yang perlu Anda ketahui tentang open marriage.
Apa itu open marriage?
Wendasha Jenkins Hall, PhD, seorang sex-educator, mengatakan, “Open marrige dimulai ketika dua individu yang telah sah menikah, mengizinkan satu sama lain untuk terlibat dalam hubungan seksual dengan orang lain.”
“Namun, sering kali pernikahan terbuka memiliki batasan-batasan tertentu yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap pasangan dan disepakati bersama. Batasan-batasan ini harus diikuti dan tetap memprioritaskan hubungan utama di atas hubungan lainnya.” tambahnya.
Terapis asal Kanada, Susan Wenzel, mendefinisikan open marriage sebagai suatu hubungan di mana pasangan memutuskan untuk mengizinkan adanya pengalaman seksual dengan orang lain. Namun, “Itu hanya untuk pengalaman seksual satu atau beberapa kali dengan memastikan tidak terlibat secara romantis dan emosional dengan orang lain,” jelas Wenzel. Dengan kata lain, Anda boleh berhubungan seksual, tetapi tidak boleh jatuh cinta.
Setelah tahu apa yang dimaksud dengan open marriage, Anda mungkin bertanya-tanya, bukankah itu sama saja dengan berselingkuh? Jawabannya: open marriage tidak bisa dikatakan sebagai perselingkuhan.
Pasalnya, dalam open marriage ada kesepakatan antara kedua belah pihak tentang memiliki hubungan seksual dengan orang lain. “Dalam open marriage, Anda berdua memiliki kesepakatan bersama dan membuat batasan,” kata Hall.
Apa perbedaan antara open marriage, poliamori, dan poligami?
Terkadang, ketiga istilah ini sering diartikan secara tumpang tindih. Padahal, ketiganya mendefinisikan suatu hubungan dengan berbeda. Poliamori, misalnya, melibatkan hubungan romantis dengan penuh cinta dan komitmen dengan orang lain, sedangkan open marriage hanya melibatkan hubungan seksual dengan orang lain, bisa jadi itu hanya hubungan seksual satu malam atau one night stand, dan memiliki batasan-batasan.
Adapun poligami mengacu kepada lebih dari satu pernikahan pada saat bersamaan, sementara open marriage tidak melibatkan banyak pernikahan.
Jika Anda tertarik untuk memiliki open marriage, tetapi tidak tahu harus mulai dari mana, apa yang harus dilakukan?
Sebagai langkah pertama, Anda dan pasangan harus benar-benar paham mengenai apa yang dimaksud dengan open marriage. Anda harus berbicara satu sama lain untuk memastikan bahwa itu merupakan hal yang tepat bagi Anda berdua. Jika hanya salah satu dari Anda yang ingin memiliki pernikahan terbuka, hal tersebut tidak akan berhasil.
Jika Anda dan pasangan memerlukan bantuan professional untuk menavigasi pembicaraan perihal open marriage, seorang sex educator dan terapis, Lucie Fielding, merekomendasikan Anda untuk meminta bantuan terapis hubungan dan pernikahan (terutama yang berspesialisasi dalam pernikahan terbuka). Dengan begitu, Anda berdua bisa memutuskan dengan sadar, nyaman, dan yakin bahwa open marriage adalah pilihan yang tepat bagi Anda berdua.
Setelah menyepakati bersama-sama, langkah selanjutnya (dan yang paling penting) adalah membuat batasan-batasan yang akan Anda berdua ikuti untuk memastikan keamanan emosional dan fisik satu sama lain.
Semisal, tetapkan batasan untuk berhubungan seks dengan orang lain secara sehat dan aman, tidak dilakukan di rumah bersama, dan saling mengetahui dengan siapa berhubungan seksual. Anda juga bisa memutuskan mengenai berapa banyak waktu yang boleh dihabiskan bersama orang lain.
Perlu dipahami, meskipun ada kesepakatan bersama untuk memiliki hubungan seks dengan orang lain, hubungan pernikahan Anda tidak berakhir! Untuk itu, komunikasi Anda dengan pasangan harus tetap berjalan dengan baik, seperti sebelum memutuskan open marriage.
Satu lagi, tidak peduli seberapa menyenangkannya hubungan Anda dengan orang lain, Anda tetap perlu memprioritaskan hubungan utama Anda. Misalnya, Anda harus memprioritaskan ulang tahun pasangan dan anak, liburan keluarga, dan makan malam keluarga, daripada hubungan sekunder apa pun.
Nah, itulah semua yang perlu Anda ketahui tentang open marriage. Penting untuk dicatat bahwa open marriage bukanlah opsi untuk menyelamatkan pernikahan Anda atau mencoba memperbaiki sesuatu dalam diri pasangan atau hubungan Anda.
Jika Anda merasa pernikahan Anda sedang tidak baik-baik saja, Anda bisa mencoba konseling sebagai upaya untuk menyelamatkan pernikahan Anda, alih-alih memilih pernikahan terbuka yang justru bisa membuat situasi jadi makin runyam. (M&B/Fariza Rahmadinna/SW/Foto: Freepik)