Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Mau Mulai Olahraga Lari? Perhatikan Ini untuk Menghindari Cedera

Mau Mulai Olahraga Lari? Perhatikan Ini untuk Menghindari Cedera

Moms dan Dads, Anda berniat untuk menggeluti olahraga lari? Atau memang Anda sudah hobi lari selama ini? Jenis olahraga yang satu ini memang termasuk salah satu olahraga yang simpel dan mudah dilakukan kapan saja dan di mana saja. Cukup punya waktu luang, pakai sepatu lari Anda, dan Anda pun sudah bisa langsung berlari.

Tips memilih sepatu lari dari dokter

Meskipun begitu, saat melakukan olahraga lari, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, salah satunya penggunaan sepatu lari. Ya, memilih sepatu lari, apalagi untuk pemula, tidak boleh sembarangan. Pasalnya, sepatu yang digunakan untuk lari harus benar-benar tepat di kaki Anda, sehingga saat berlari Anda akan merasa nyaman dan tentunya bisa mencegah munculnya risiko cedera yang tidak diinginkan.

Hal itu diungkapkan oleh dr. Andhika Raspati, SpKO, dokter spesialis kedokteran olahraga, saat talk show edukatif bertema “Running Injury Management” di acara pembukaan toko kedua merek sepatu lari asal Prancis HOKA di Indonesia, yang berlokasi di lantai 3, Senayan City, Jakarta.

Menurut dokter yang akrab disapa dr. Dhika tersebut, untuk tips memilih sepatu, ia menyarankan jangan cuma memilih dari model atau warnanya saja yang menarik, tapi harus yang benar-benar pas di kaki sehingga nyaman saat dipakai.

“Karena itu, saya pribadi sebenarnya kurang suka kalau beli sepatu secara online, karena enggak bisa dicoba dulu,” ujarnya. Dokter Dhika menganjurkan Moms dan Dads untuk langsung datang ke toko sepatu saat ingin membeli sepatu lari agar bisa dicoba terlebih dahulu.

“Tiap orang punya bentuk kaki yang beda-beda, ada yang ceper, yang tinggi, ada juga yang enggak bisa pakai sepatu yang ujungnya runcing. Anatomi jari-jari kaki juga berpengaruh, ada yang jarinya panjang atau lebar,” tambahnya.

Karena itu, saat membeli sepatu, Anda sebaiknya menyesuaikan dengan kondisi kaki. Jika perlu, cobalah juga untuk berjalan atau berlari saat mencoba sepatu untuk memastikan apakah kaki Anda nyaman saat memakainya.

Setelah hobi berlari, Moms dan Dads mungkin juga ingin ikutan lomba lari yang kerap diadakan, baik untuk jarak 5 km, 10 km, half marathon, atau bahkan marathon. Nah, dr. Dhika juga menyarankan sebaiknya saat mau ikut lomba lari Anda tidak menggunakan sepatu baru, sebab sepatu tersebut belum break in atau belum langsung nyetel dengan kaki kita. “Perlu waktu beberapa lama dan beberapa kali pakai agar sepatu bisa break in dengan kaki kita,” jelasnya.

Penanganan cedera akibat lari

Cedera mungkin saja dialami saat lari, baik saat lomba maupun saat latihan. Dijelaskan oleh dr. Dhika, banyak anggapan yang mengatakan bahwa cedera dialami akibat kurang pemanasan. Sebenarnya, penyebab utama terjadinya cedera adalah karena orang kurang memahami sejauh mana mengukur kemampuannya.

“Banyak yang melakukan olahraga lari berlebihan tanpa memberikan waktu cukup untuk beristirahat atau recovery. Misalnya lari di pagi hari, tapi siang hingga sore harus bekerja, sehingga enggak ada waktu cukup buat recovery. Minimal ada jeda yang disesuaikan dengan olahraga yang dilakukan.”

Menurut dr. Dhika, banyak pelari amatir yang ambisius dan ingin lari layaknya seorang atlet, padahal mereka tidak punya program latihan yang sama seperti seorang atlet. Para atlet sendiri memiliki waktu latihan dan recovery yang terjadwal sehingga tubuh mereka tidak rentan mengalami cedera.

Jika Anda mengalami cedera, penanganannya pun tidak boleh sembarangan. Jangan pula anggap ringan setiap cedera yang terjadi saat lari maupun setelahnya. “Dalam menangani cedera atau injury management, sangat penting bagi pelari atau siapa pun yang melakukan aktivitas berlari untuk mengetahui dan mendapatkan treatment yang sesuai agar proses penyembuhannya maksimal,” jelasnya.

Ditambahkan oleh dr. Dhika, penanganan pada sebuah cedera tak hanya sebatas berfokus pada bagaimana cara menghilangkan nyeri atau bengkak yang terjadi, melainkan memperkuat dan menstabilkan kaki tersebut. Salah satu cara untuk memperkuat dan menstabilkan otot yang mengalami cedera adalah dengan memberikan latihan terapi yang disesuaikan dengan kondisi cedera pasien. (M&B/SW/Foto: Gpointstudio/Freepik)