Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Aubry Beer: Menjalankan Passion Tanpa Melupakan Tanggung Jawab

Aubry Beer: Menjalankan Passion Tanpa Melupakan Tanggung Jawab

Menyandang status sebagai seorang ibu tak membuat Aubry Beer (32) harus melepas passion di dunia bisnis dan entertainment. Menjadi seorang ibu justru membuat finalis Gadis Sampul 2007 ini lebih pintar dalam merencanakan segala sesuatunya.

Banyak hal yang berubah saat Aubry melahirkan bayi cantik bernama Nadhira Alesha Bryanka pada 18 Juni 2022, termasuk rutinitas kesehariannya. Alih-alih mengurangi aktivitas di luar, Aubry lebih memilih untuk mencari cara agar kegiatannya sebagai presenter dan enterpreneur tetap bisa sejalan dengan tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.

Bagaimana Aubry membagi fokus antara keluarga dengan kesibukannya di luar? Penasaran kan, Moms. Yuk, simak wawancara eksklusif Mother & Beyond untuk lebih dekat Aubry Beer berikut ini!

Nadhira Alesha Bryanka saat ini baru berusia 5 bulan. Tantangan apa saja yang dirasakan sejak menyandang status sebagai seorang ibu?

Mengingat Nadhira adalah anak pertama, jadi saya sebagai seorang ibu tentu tidak punya pengalaman sebelumnya. Namun, saya sempat belajar melalui kelas-kelas seperti newborn class. Hanya saja, di kelas kita praktik menggunakan boneka. Tentu sensasinya berbeda saat sudah memegang bayi sendiri. Jadi, pastinya saya berusaha melakukannya dengan tepat. 

Dan kalau bicara soal tantangan, sepertinya banyak sekali. Dari awal, saya harus melahirkan melalui proses c-section karena memang posisi bayinya sungsang.

Setelah lahir, tantangan selanjutnya adalah belajar menyusui. Sebelum melahirkan sebenarnya saya sempat mengikuti kelas menyusui. Jadi benar-benar prepare untuk menyambut bayi. Namun, saat harus menyusui langsung, tantangan ternyata tetap ada. Ternyata tidak mudah menyusui, seperti soal pelekatannya. Jadi, harus belajar lagi.

Tantangan lainnya, yaitu bagaimana mengatur waktu mengurus dan menyusui anak setelah kembali bekerja. Hingga saat ini, Nadhira tetap full ASI. Hanya saja pada awal-awal setelah lahir, dia selalu DBF (direct breastfeeding). Nah, saat saya mulai kembali bekerja, dia harus berganti menggunakan botol. Dan ini merupakan sebuah tantangan juga.

Awalnya Nadhira masih mau nih menyusu secara kombinasi melalui botol dan DBF. Hanya saja, semakin besar sepertinya dia semakin mengerti. Jadi kadang-kadang dia menolak pakai botol dan menangis. Jadi saya harus mengakalinya dengan mengganti jenis botol lain. Kejadian seperti ini bisa berulang kali.

Jadi benar-benar memiliki seorang bayi, Nadhira, saya sebagai ibu harus learning by doing. Kebiasaannya bisa berbeda setiap harinya, tapi saya happy bisa menjadi seorang ibu.

“Jadi benar-benar memiliki seorang bayi, Nadhira, saya sebagai ibu harus learning by doing. Kebiasaannya bisa berbeda setiap harinya, tapi saya happy bisa menjadi seorang ibu.”

Adakah perubahan rutinitas dari saat masih single, sudah menikah, dan kini memiliki seorang anak perempuan?

Ada banget. Semasa masih single, waktunya fleksibel banget. Setelah menikah, berselang sebulan saya hamil. Sebelum dan setelah memiliki punya anak saja, rasanya juga sudah berbeda banget.

Dulu masih bisa bepergian saat weekend tanpa memikirkan ada yang harus diurus di rumah. Bisa “pacaran” berdua suami. Traveling juga hanya berdua dengan suami, tanpa memikirkan bawaannya. Istilahnya, enggak ada bebanlah.

Sedangkan saat memiliki anak, kalau mau bepergian bawaannya pasti banyak. Perintilannya pasti banyak. Pokoknya jangan sampai ada yang tertinggal. Persiapannya panjang, deh.

Jadi dari sisi rutinitas, menurut saya sih banyak berubah. Selain itu, tanggung jawabnya juga jadi lebih besar. Kalau dulu bisa leluasa hang out sama teman, kini harus lebih mengutamakan keluarga. Apalagi saya juga masih memiliki pekerjaan. Bisa dibilang, saat ini saya tidak sefleksibel dulu.

“Role model saya adalah orang tua saya. Sejak saya masih kecil, orang tua sudah mulai berbisnis. Meski begitu, saya sebagai anak tidak pernah merasa kesepian karena kedua orang tua saya sangat pintar membagi waktu antara keluarga dan pekerjaan.”

 Selain menjadi ibu, Aubry juga presenter dan enterpreneur. Nah, profesi mana yang paling disukai?

Wah, semuanya suka! Bingung kalau disuruh milih karena memang sejak dahulu, sejak awal lulus kuliah, saya sudah mengerjakan semua itu. Kalau di dunia entertainment, sejak sekolah sejak SD, saya sudah mulai mencoba ikut syuting semacam FTV. Berlanjut di SMP dan SMA. Jadi bisa dibilang, saya sudah dari cukup lama terjun di dunia entertainment. Dan saya merasa dunia ini sudah menjadi part of my life. Sudah seperti hobi saja.

Namun di satu sisi, orang tua saya sejak dulu sudah menanamkan bahwa education is the most important thing in your life. Pendidikan adalah dasar utama untuk masuk ke dunia kerja.

Oleh sebab itu, saya tetap sekolah. Dan karena sudah sekolah dan kuliah, sayang jika ilmu tersebut tidak digunakan. Jadilah saya dan teman-teman memutuskan untuk berbisnis bersama.

Kebetulan, saya juga menyukai bisnisnya. Jadi seperti bermain bersama teman yang bisa menghasilkan sesuatu. Pokoknya happy banget mengerjakannya. 

Selain itu, saya juga punya bisnis lain bersama orang tua. Nah, ini juga menyenangkan karena saya bisa menghabiskan waktu bersama orang tua saya.

So, kalau disuruh memilih antara dunia entertainment sebagai presenter atau di dunia bisnis sebagai enterpreneur, itu susah banget. Sulit karena saya menyukai keduanya.


Boleh diceritakan, bisnis apa saja yang dilakoni Aubry?

Sekarang saya masih berbisnis di @popandfold, yaitu packaging studio. Bisnis ini sudah berjalan sejak 2013. Lalu saya dan ibu juga mengelola SPBU di kawasan Tanjung Barat. Dan yang ketiga, saya juga ikut membantu bisnis keluarga, bisnis ayah di oil and gas.

Jadi, saya mengerjakan ketiga bisnis tersebut, plus menjadi presenter di salah satu televisi swasta. Dan terakhir menjadi news anchor di SEA Today.

Aubry dahulu dikenal sebagai Gadis Sampul 2007. Pernah berkompetisi juga di ajang Puteri Indonesia 2012 – 2013. Kini punya banyak bisnis. Apakah menjadi enterpreneur adalah passion sejak lama?

Jadi, ceritanya tuh saya adalah tipe anak yang dekat dengan orang tua. Role model saya adalah orang tua saya. Sejak saya masih kecil, orang tua sudah mulai berbisnis. Meski begitu, saya sebagai anak tidak pernah merasa kesepian karena kedua orang tua saya sangat pintar membagi waktu antara keluarga dan pekerjaan. Dan karena mereka memiliki bisnis sendiri, ngatur waktunya jadi lebih fleksibel dibandingkan kerja kantoran.

Saya melihat keseharian orang tua saya, lalu saya jadi ingin seperti ibu dan bapak saya. Makanya saya sekolah mengambil jurusan keuangan karena saya ingin menjadi seorang enterpreneur. Ingin punya bisnis sendiri. 

Setelah kuliah, saya bertemu teman-teman yang memiliki visi dan misi yang sama. Kami ingin tetap kumpul bareng, tapi menghasilkan sesuatu, sehingga kami memutuskan untuk membuat bisnis bareng sejak 2013.

“Saya adalah tipe orang yang sangat strict terhadap schedule. Di sinilah tantangannya. Saat tiba-tiba anak sakit, semua rencana harus berubah.”

Jadi bisa dibilang, Aubry belajar bisnis dari orang tua?

Ya, benar, karena orang tua saya sudah cukup lama berbisnis. Saya juga melihat cara berbisnis dari orang tua. Kebetulan, kami tipe keluarga yang sangat dekat. Saya dua bersaudara. Kakak saya laki-laki hanya selisih usia 4 tahun. Kami semua juga sering sharing.

Kami banyak menghabiskan waktu bersama saat makan malam. Ibu dan bapak saya selalu mengusahakan untuk bisa makan malam bersama. Jadi, kami bisa sharing saat makan malam soal bagaimana hari kita dan apa saja yang akan dikerjakan. Kebetulan kami tipe keluarga yang benar-benar bisa sharing dan ngobrol tentang apa pun. Selain itu, kami bisa saling memberikan masukan antara satu dan yang lain.

Dari sinilah saya belajar soal parenting, soal menjadi orang tua yang baik, dan bagaimana mengelola perusahaan yang baik. Semuanya dari orang tua saya.

Apa saja tantangan yang dihadapi sebagai seorang ibu sekaligus wanita karier?

Mungkin lebih bagaimana cara kita membagi waktu. Saya termasuk orang yang semua schedule tertata dengan baik. Kebetulan pekerjaan di televisi mengharuskan saya tampil secara live. Jadi pastinya tidak boleh terlambat dan jangan sampai ada yang lupa.

Oleh sebab itu, saya berusaha membuat time management yang baik. Saya selalu membuat schedule selama sebulan. Misalnya, Senin saya harus ke kantor yang mana di pagi hari. Lalu sorenya ke kantor yang mana. Dan misalnya, di tengah-tengah hari saya bisa melakukan Zoom meeting di mobil untuk mengerjakan project lain. Pokoknya semua sudah tertata dalam satu bulan.

Namun kalau sudah punya anak, kita tidak bisa selalu sesuai schedule. Kadang saat lagi padat-padatnya pekerjaan, ada kondisi yang tiba-tiba berubah.

Saya sendiri adalah tipe orang yang sangat strict terhadap schedule. Di sinilah tantangannya. Saat tiba-tiba anak sakit, semua rencana harus berubah. Saya rasa, kondisi ini juga dialami hampir semua ibu. Rencana bisa berubah karena anak.

Namun saya sangat beruntung punya support system yang membantu, termasuk mama dan papa. Suami juga sangat helpful, termasuk soal mengurus anak. Misalnya, saya menyusui Nadhira pada malam hari, nanti papanya yang menggantikan popok. Kita bersama-sama mengurus dan membesarkan anak.

“Ketika berada di rumah bersama anak, selalu usahakan untuk punya quality time. Sebisa mungkin tidak lagi memegang handphone saat berada di rumah bersama anak.”

Tips bagi para Moms, bagaimana membagi waktu antara keluarga, anak, karier, dan bisnis?

Kalau saya sih pastinya kita harus punya time management yang benar-benar bagus. Jika tidak bisa mengatur jadwal dengan baik, dikhawatirkan urusan rumah terurus dengan baik tapi pekerjaan tidak terurus. Bagaimana pun juga, kita tetap harus bisa profesional saat bekerja. Tetap harus bertanggung jawab dengan profesi dan pekerjaan. Jadi kalau saya, akan selalu menyusun jadwal secara detail.

Dan ketika berada di rumah bersama anak, selalu usahakan untuk punya quality time. Sebisa mungkin tidak lagi memegang handphone saat berada di rumah bersama anak. 

Seperti Nadhira, dia terkadang tidak mau DBF kalau saya sambil memegang handphone, seperti sedang protes. Atau misalnya saya lagi sibuk selama dua hari, Nadhira terkadang jadi lebih rewel. Itulah alasan saya selalu berusaha untuk membuat quality time bersama anak. Keluarga tetap yang utama.

Saya harus benar-benar pintar mengatur waktu. Saya ingin seperti mama. Dulu, saya sebagai anak tidak pernah merasa kesepian atau merasa orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaan di luar rumah. Jadi, saya ingin tetap memberikan waktu yang berkualitas untuk Nadhira. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Foto & Digital Imaging: Saeffie Adjie Badas/Hairdo: Rezy Andriati/Wadrobe: Love, Bonito Indonesia, Gingersnaps/Location: InterContinental Pondok Indah)