Meskipun diliputi banyak kebahagiaan, pengalaman kehamilan dan melahirkan bisa menjadi momen penuh tantangan bagi seorang ibu. Maka wajar jika ada banyak hal yang dilakukan untuk mendukung pemulihan ibu setelah persalinan, termasuk budaya postpartum confinement ala Tiongkok.
Meskipun termasuk budaya turun-temurun, praktik ini makin banyak dibicarakan akhir-akhir ini setelah seorang ibu membagikan pengalamannya menjalani postpartum confinement di Tiongkok melalui akun media sosialnya. Belum lagi dengan ditayangkannya film seri Birthcare Center di Netflix, drama Korea yang mengisahkan suka-duka para ibu di sebuah layanan pemulihan pascapersalinan.
Tradisi kuno ini “mengurung” para ibu yang baru melahirkan dengan tujuan pemulihan usai bersalin yang optimal. Para ibu pun bisa dikurung hingga 40 hari lamanya. Lalu, seperti apa praktik postpartum confinement yang dilakukan? Apakah tradisi ini masih relevan dan berguna buat ibu modern? Yuk, simak penjelasannya berikut ini, Moms!
Makna postpartum confinement
Jika diartikan secara harafiah dalam bahasa Indonesia, postpartum confinement berarti 'kurungan pascapersalinan'. Dalam praktik ini, para ibu perlu mengikuti petunjuk gaya hidup tentang apa yang bisa dan tak bisa dilakukan untuk menunjang pemulihan ibu pascapersalinan.
Tradisi medis Tiongkok percaya bahwa setelah seorang ibu melahirkan, maka ada ruang kosong di dalam tubuhnya yang sempat diisi oleh kehadiran bayi. Tubuh ibu terbuka, jaringan dan otot mengendur, dan “yin” atau energi dingin diyakini bisa mengisi area kosong ini. Kehadiran yin dalam tubuh dapat menyebabkan penyakit di masa depan dan mencegah tubuh pulih dengan sempurna.
Oleh karena itu, tradisi ini menitikberatkan kepada menjaga kehangatan tubuh dengan tetap berada di rumah atau di dalam ruangan, menghindari makanan atau minuman yang dingin, menghindari sentuhan dengan benda dingin, dan menjaga diri untuk tidak keramas atau sakit demam.
Selain itu, ibu juga tidak disarankan untuk melakukan pekerjaan rumah yang berat, seperti mencuci pakaian atau memasak. Ibu benar-benar dikondisikan untuk rileks dan pulih secara fisik maupun mental. Postpartum confinement biasanya berlangsung selama 26-45 hari.
Yang dilakukan selama postpartum confinement
Kenyataannya, ada banyak budaya yang juga mempraktikkan postpartum confinement, contohnya, Korea Selatan, Maroko, India, dan Malaysia. Beberapa prinsip pelaksanaannya bisa berbeda, tapi fokus utamanya tetaplah memprioritaskan pemulihan pascapersalinan dengan kehangatan, istirahat, makanan yang mudah dicerna dan penuh nutrisi, serta mengurangi keramaian.
Di era modern ini, postpartum confinement juga tak begitu sulit diakses. Pasalnya, kini ada beberapa lembaga kesehatan yang menyediakan jasa dan fasilitas postpartum confinement. Selain itu, ada pula jasa perawat, doula, maupun praktisi postpartum confinement yang bisa dipanggil ke rumah bagi Anda yang ingin “mengurung diri” di rumah saja.
Lalu, apa saja yang dilakukan selama periode yang juga disebut zuo ye zi (bulan menyendiri) ini? Berikut ini ada beberapa prinsip dasar yang dilakukan saat postpartum confinement:
1. Perbanyak istirahat dengan tidur atau bersantai. Biarkan orang lain yang merawat Anda dalam periode ini.
2. Hindari melakukan pekerjaan rumah yang berat, seperti menyapu, memasak, atau mencuci pakaian. Pastikan Anda memiliki seseorang untuk melakukan pekerjaan rumah selama periode ini.
3. Jaga pola makan Anda agar penuh nutrisi dan hangat. Di minggu pertama pola makan berfokus pada makanan yang bisa membuang sisa darah plasenta, minggu kedua adalah pola makan kaya kolagen dan tinggi zat besi untuk membangun kembali tubuh ibu, serta minggu ketiga befokus pada makanan yang mendorong produksi ASI. Hindari makan makanan siap saji.
4. Hindari mencuci rambut dan mandi terlalu sering. Meski pada tradisi kuno ibu tidak diperbolehkan keramas dan mandi sama sekali selama periode postpartum confinement, kini langkah ini dipercaya bisa disesuaikan dengan dunia modern. Yang perlu diingat, Anda bisa mandi dengan air hangat sejarang mungkin.
5. Hindari berhubungan seks dengan pasangan untuk mendukung pemulihan yang lebih optimal.
6. Kurangi pertemuan dengan banyak orang. Bertemu dan bercengkerama dengan banyak orang dipercaya bisa mengganggu proses pemulihan ibu usai melahirkan. (M&B/Gabriela Agmassini/SW/Foto: Freepik)