Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Dads We Love: Sandiaga Uno

Dads We Love: Sandiaga Uno

Sejak ditunjuk menjadi orang nomor satu di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, kesibukan Sandiaga Salahuddin Uno (54) semakin bertambah. Namun, sosok yang dikenal masyarakat sebagai pengusaha sukses dan tokoh politik muda ini tak pernah lupa meluangkan waktu untuk sang istri, Nur Asia, serta ketiga anak mereka, Anneesha Atheera Uno, Amyra Atheefa Uno, dan si bungsu Sulaiman Saladdin Uno, di sela-sela kegiatannya yang padat.

Bagaimana cara Sandiaga Uno membagi waktu di antara kesibukan sebagai seorang menteri dan sebagai seorang kepala keluarga serta tetap menjaga keharmonisan dengan istri? Simak  wawancara eksklusif Mother & Beyond dengan Sandiaga Uno yang menjadi Dads We Love Februari 2023 berikut ini Moms, termasuk sharing perasaannya soal rencana pernikahan putri sulungnya di tahun ini yang jadi pengalaman pertamanya mantu.

Setelah 2 tahun lebih menjabat, apa suka dukanya jadi menteri pariwisata dan ekonomi kreatif?

Saat ditunjuk dan diberikan kepercayaan di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sektor ini lagi betul-betul mengalami suatu tantangan dan cobaan yang maha dahsyat, karena saat pandemi COVID-19 yang paling terhantam itu sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Ada jutaan lapangan pekerjaan yang saat itu hilang, masyarakat tidak memiliki penghasilan dan sangat terpuruk.

Di 6 bulan pertama kami fokus pada pemulihan dari segi survival skill mereka, bagaimana mereka bisa bertahan hidup dan juga membantu dalam proses penanganan pandemi. Alhamdulillah, dalam 6-7 bulan kita bertugas, sudah mulai ada vaksin, kita bantu penyebaran vaksin, kita percepat sertifikasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety, dan Environment Sustainability), setelah itu kita fokus di wisatawan Nusantara. Makanya kita genjot wisatawan Nusantara dan pertumbuhannya sangat signifikan. Setelah itu kita baru bisa membuka untuk menerima wisatawan mancanegara.

Jadi, kalau bicara suka duka, di awal itu banyak keprihatinan. Di 2022, walaupun belum kembali ke angka sebelum pandemi, kita sudah banyak bersyukur, capaian di tahun 2022 sudah melebihi target. Nah, di 2024, target kita adalah menciptakan 4,4 juta lapangan kerja baru. Ini merupakan suatu target yang cukup tinggi tapi kami yakin, optimis bisa tercapai.

Bagaimana cara membagi waktu antara kesibukan sebagai seorang menteri dan sebagai seorang kepala keluarga?

Saya bekerja sama dengan istri, kita bagi-bagi tugas. Karena saya berat banget load-nya dan jadwal kerjanya itu boleh dibilang tidak ada tanggal merah. Jadi saya minta izin ke istri waktu ditunjuk oleh Bapak Presiden untuk jadi menteri. Saya bilang ke istri, ini kita mesti kolaborasi. Dari segi kuantitas, waktu saya akan berkurang karena kesibukan sebagai menteri, tapi saya harus tingkatkan kualitas interaksi saya sama Sulaiman.

Berbagi tugasnya itu, kita gunakan golden time di pagi hari setelah bangun pagi salat Subuh. Itu quality time kita di situ selama 1-1,5 jam. Saat saya pulang di malam hari, kalau saya lagi ada di Jakarta, saya juga berusaha meluangkan waktu bersama Sulaiman sebelum dia tidur.

Kadang kalau lagi weekend atau kebetulan Sulaiman lagi libur, saya suka ajak dia juga ke destinasi wisata, tapi saya beri tugas. Jadi, dia harus menulis report, pergi ke mana saja, apa daya tarik wisatanya, bagaimana pengalamannya, dan apa opini dia tentang tempat wisata tersebut.

Nah, kalau dengan anak-anak yang sudah besar, sudah dewasa, karena kebetulan mereka tinggal dan bekerja di luar negeri, saya rutin melakukan video call, Zoom, terus saya juga sudah mulai melibatkan mereka di kegiatan bisnis yang sudah saya tinggal, karena saya sudah di pemerintahan jadi enggak bisa ngurus bisnis sama sekali. Jadi interaksi kita kadang-kadang campur-campur antara kegiatan sehari-hari dan pekerjaan.

Bagaimana juga cara Anda tetap menjaga keharmonisan dengan istri? Masih punya quality time berdua?

Kita berdua sama-sama sibuk dan istri saya pun kegiatannya banyak. Biasanya saya dan istri meluangkan waktu setelah salat Subuh selama 1 jam untuk quality time. Di situ kita ngomongin berbagai hal, dari urusan keluarga, masalah anak-anak, dan rencana-rencana yang akan kita lakukan.

Kita juga suka nonton film bareng, kadang di bioskop dan kadang streaming di rumah. Selain itu, kita suka makan bareng, baik makan di rumah atau kita pergi ke luar untuk makan berdua. Dan kita berdua juga suka olahraga bareng, biasanya kita jalan pagi, terus mampir ke rumah ibu bapak saya, karena kebetulan mereka enggak jauh tinggalnya. 

Tapi, saya juga suka bilang ke istri, “Kamu juga perlu me time,” karena para ibu itu perlu banget me time. Dia suka me time sendiri maupun sama teman-temannya. Jadi kalau kebetulan waktunya lagi pas, dia ambil me time dan saya kerja. Dan saat kita bersama, kita bisa melakukan quality time bareng.

Sulaiman kini sudah preteen. Sulaiman juga anak laki-laki satu-satunya dan jarak usia dengan kedua kakaknya cukup jauh. Apa perbedaan mengasuh anak laki-laki dan perempuan? Ada nilai-nilai tertentu yang Anda tekankan pada Sulaiman?

Kayaknya ada bedanya, karena bedanya (usia Sulaiman dan kakaknya) 15 tahun. Anak pertama dan kedua saya, Atheera dan Amyra, bisa dibilang kita didik dengan keras, kita latih disiplin. Jadi terkadang mereka berdua suka mengkritik saya karena saya dinilai memanjakan Sulaiman. Tapi mereka berdua juga sayang banget dan suka manjain Sulaiman. Bisa dibilang, Sulaiman punya 4 orang tua: saya, istri saya, dan kedua kakaknya yang usianya terpaut jauh sama dia.

Mungkin ada manjanya juga, tapi saya berusaha melatih Sulaiman untuk disiplin dan mengetahui apa passion dia. Jadi, kalau dibandingkan antara kedua kakaknya dan Sulaiman, ya menurut saya secara jujur ada bedanya, hahaha.


Pastinya sering ngajak Sulaiman traveling juga. Sulaiman paling suka kalau diajak ke tempat seperti apa?

Dia ke mana aja senang sih. Ide untuk pergi sama Papanya ikut kerja aja itu sudah bikin dia excited. Mau ke Belitung, ke Gorontalo, ke Bali, atau sekadar naik mobil ke Sukabumi, itu dia sudah happy banget. Bahkan dari malam sebelumnya dia sudah tanya, apa yang perlu dia kerjakan, apa yang perlu dibawa, besok kegiatannya apa.

Sulaiman paling senang kalau diajak ke desa wisata, karena di sana dia bisa ketemu dan berinteraksi sama banyak orang. Dia juga ikut me-review hotel-hotel. Dia senang banget. Jadi kalau kita datang ke satu hotel, dia akan mengecek kamarnya, ball room-nya, restorannya, fasilitas buat anak-anaknya, kolam renangnya, dan lain sebagainya.

Apa kegiatan favorit Anda dengan Sulaiman?

Kalau dia lagi latihan musik, saya suka gabung dan ikut bermain juga. Kebetulan dia paling suka main darbuka atau alat musik perkusi lainnya, karena dia suka beat-nya dan membantunya untuk berkonsentrasi. Dia juga suka berenang, yang paling sering kita lakukan bersama. Dan buat Sulaiman, berenang itu sudah jadi bagian dari growing up–dia memang dari kecil sudah senang banget berenang.


Putri pertama Anda akan segera menikah. Bagaimana perasaan Anda sebagai seorang Ayah?

Happy ya, sekaligus juga deg-degan. Saat saya dan istri menikah dulu, kami mengatur sendiri semuanya. Nah, kelihatannya terinspirasi oleh apa yang saya dan istri kerjakan, Atheera juga ingin mengatur sendiri pernikahannya. Dia bilang, Papa dan Mama enggak perlu pusingin soal pernikahan. Kebetulan dia kerja di Amerika dan dia mau menikah di Amerika.

Calon suaminya juga sudah datang ke saya dan meminta. Saya deg-degan waktu dia minta. Waktu itu saya dikabarin, ini Panji (nama calon suami Atheera) mau ketemu Papa, mau ada yang diomongin. “Aduh, apa yang mau diomongin?” kata saya.

Dia juga datang sendiri aja, ngomong ke saya bahwa dia dan Atheera sudah 7 tahun bersama dan dia sekarang sudah punya pekerjaan, sudah stabil. (Saya langsung) deg-deg-deg-deg-deg. Malah dia yang lebih cool kayaknya, saya yang lebih deg-degan, hahaha.

Mereka juga maunya sederhana aja (pernikahannya). Saya katakan, ini pernikahan kalian, silakan mendesain, nanti kami yang akan menyesuaikan. Memang waktu pernikahan saya dan istri kami buat sangat intimate, sangat sederhana, tapi sangat berkesan sampai sekarang. Jadi Atheera mau mengikuti apa yang orang tuanya lakukan dulu.


Sandiaga Uno sebagai seorang ayah dalam 3 kata?

Sabar, lead by example, harus memberikan contoh pada anak. Dan yang terakhir, saya dan istri, ingin anak-anak menjadi anak saleh dan salihah, fokus kepada kehidupan mereka, bersyukur kepada Yang Maha Kuasa, bertakwa, dan bisa memberikan yang terbaik yang mereka miliki buat keluarga, bangsa, dan negara. (M&B/SW/Photo: Insan Obi/Digital Imaging: Bagus Ragamanyu Herlambang/Wardrobe: JKT Creative)