Rambut merupakan anggota tubuh yang kerap berpengaruh terhadap penampilan seseorang, tidak hanya wanita tapi juga pria. Karena itu, masalah rambut rontok bisa membawa kekhawatiran kepada sebagian orang.
Faktanya, melansir American Academy of Dermatologists (AAD), rambut yang rontok 50 sampai 100 helai per hari masih terbilang normal. Hal ini dikarenakan tubuh kita terus-menerus menumbuhkan rambut baru dan merontokkan rambut yang lama. AAD juga menyebutkan bahwa rambut wanita lebih sering rontok dibandingkan pria.
Menurut dr. Mohammad Yoga Adi Waskito, Sp.D.V.E, Spesialis Kulit & Kelamin Bamed, kerontokan merupakan salah satu masalah rambut yang paling sering dialami. Namun, jika rambut rontok dirasakan sudah berlebihan dan bisa lebih dari 100 helai per hari, tampaknya perlu diperhatikan kesehatannya.
“Kerontokan rambut yang berlebih dapat menyebabkan kebotakan atau alopesia. Kebotakan akibat pengaruh hormonal atau disebut alopesia androgenetik (AAG) terjadi pada hampir 50% penduduk dunia,” ungkapnya saat Press Conference “Masalah kesehatan rambut dan kulit kepala: Kapan perlu transplantasi rambut?” (13/03/2023).
“Penyebab kelainan pada rambut dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu bawaan (genetik) dan didapat. Faktor penyebab yang didapat mencakup efek samping obat, efek hormon, kondisi setelah melahirkan, stres, dan perawatan rambut yang salah. Perawatan rambut yang salah, seperti sering mewarnai rambut, mencuci rambut secara berlebihan, menyisir rambut berlebihan, pemanasan rambut dengan suhu tinggi dan berulang kali, dan sering berjemur di bawah sinar matahari,” jelas dr. Yoga.
Baca juga: 7 Cara Ampuh Mengatasi Rambut Rontok Berlebih
“Tanda rambut rusak adalah mudah patah, tampak kusam, mengalami perubahan warna, serta rontok lebih besar dari 100 helai per hari, Kerontokan rambut dapat disertai kebotakan, kemerahan pada kulit kepala, jaringan parut, dan sisik pada kulit kepala. Menentukan jenis dan penyebab rambut rusak adalah hal yang penting untuk menentukan pengobatan dan tindakan yang sesuai. Konsultasikan permasalahan rambut yang dialami ke dokter spesialis dermatologi dan venereologi agar dapat ditangani segera,” lanjut dr. Yoga.
Transplantasi rambut untuk mengatasi rambut rontok
Salah satu cara untuk mengatasi kebotakan akibat rambut rontok adalah dengan cara transplantasi rambut. Dikatakan oleh dr. Firman Parrol, Sp.D.V.E, Spesialis Kulit & Kelamin Bamed, “Transplantasi rambut merupakan sebuah metode pengambilan rambut sehat dari donor untuk dipindahkan ke area yang mengalami kebotakan. Transplantasi rambut tidak hanya dilakukan untuk rambut kepala, namun juga rambut ketiak, alis, kelamin, dan lainnya.”
“Transplantasi rambut dapat dilakukan untuk beberapa kondisi seperti alopesia androgenetik pada pria, female pattern hair loss, alopesia skar sekunder (pascatrauma, luka bakar, radioterapi, bedah), mundurnya garis rambut frontalis, dan alopesia akibat traksi, alis rontok (trauma, pascabedah, dicabuti) dan kerontokan bulu mata, janggut, bulu pubis,” jelas dr. Firman.
Adapun kondisi lain di luar kondisi di atas mungkin bisa dilakukan tindakan transplantasi rambut, tapi penting dikonsultasikan dengan dokter spesialis dermatologi dan venereologi terlebih dahulu.
“Transplantasi rambut sebaiknya dilakukan jika pasien sudah berusia lebih dari 20 tahun, memiliki rambut donor yang cukup tebal, dan memahami persepsi yang baik terhadap tindakan transplantasi rambut. Pasien yang kerontokannya masih progresif tidak disarankan melakukan transplantasi rambut karena kerontokannya masih mungkin bertambah. Penting ditekankan agar pasien memiliki ekspektasi yang realistis terhadap hasil tindakan sehingga tidak kecewa di kemudian hari,” tutup dr. Firman. (M&B/SW/Foto: Benzoix/Freepik)