Setelah buku kedua saya beredar, banyak yang bertanya di twitter ataupun facebook saya, apakah ada perbedaan antara "hati yang bermain" dengan "memainkan hati"? Untuk saya jawabannya adalah keihklasan.
Hati memang harus bermain, karena hati yang bermain memiliki keikhlasan dalam menjalaninya. Tidak peduli siapa yang memberi atau menerima, tidak takut apa yang akan pergi atau datang, tidak khawatir bagaimana nanti atau seperti apa tadi. Bermain dengan keceriaan yang penuh keikhlasan akan membuat hati terisi kebahagiaan. Yang harus diperhatikan adalah jangan sampai tujuannya ingin bermain malah jadinya memainkan hati. Akhirnya lupa menjaga atau meninggalkan begitu saja setelah bosan dengan permainannya.
Keikhlasan memang menjadi kunci kebahagiaan dalam banyak hal, tapi hati-hati membedakan rasa ikhlas dengan menyerah, ya. Karena pribadi yang ikhlas justru adalah pribadi yang pantang menyerah, dimana semua usaha terbaiknya berujung pada doa yang dipanjatkan bersama keikhlasan.
---xxx---
Bicara mengenai kebahagiaan, setiap orang pasti punya definisi masing-masing dalam menjelaskan arti kebahagiaan. Buat saya, kebahagiaan adalah kenyamanan di rumah setelah beraktivitas sehari penuh.
Hari saya biasanya dimulai dengan siaran di Motion Radio jam 6 pagi, lalu berlanjut dengan meeting, shooting atau menjadi MC sampai malam hari. Dari semua itu, puncak kebahagiaan yang paling saya tunggu adalah pulang ke rumah, lalu menyempatkan diri bermain dengan anak-anak dan mendengar cerita mereka. Mulai dari kejadian di sekolah sampai keseruan bermain di sekitar rumah, sehingga sangat penting untuk mendapat lingkungan yang bisa
memberikan kenyamanan untuk anak-anak, yang tentunya akan membahagiakan saya. Setelah itu baru dilanjutkan dengan berbagi rasa bersama istri tentang aktifitas sepanjang hari, sampai hal-hal lain yang tidak bisa saya tulis di sini ;).
Berbagai aktifitas yang kita lakukan pasti bertujuan untuk mendapatkan kebahagiaan. Inilah sebabnya banyak sekali orang yang berusaha setengah mati mencarinya. Mereka berfokus untuk terus sibuk mendapatkan kebahagiaan, tidak peduli apapun caranya, mulai dari yang wajar sampai yang kurang ajar.
Sibuk memang bagus, tapi ingat tidak semua kesibukan itu menghasilkan. Jadi jangan sampai semua waktu terbuang tapi tujuan tidak juga didapatkan.
Dalam hidup wajar kalau kita salah langkah, tapi jangan keterusan sampai jadi salah arah.
Supaya tidak salah arah, pastikan kita tidak berfokus dalam kesibukan mengejar kebahagiaan, tapi menjadi orang yang dikejar kebahagiaan.
Sama seperti magnet, setiap manusia pasti menarik banyak hal dalam hidup ini. Mulai dari jodoh sampai rezeki (dua hal ini sering dikaitkan dengan kebahagiaan).
Seperti hukum orang baik akan mendapatkan jodoh yang baik, orang yang memberikan kebahagiaan juga akan mendapatkan lebih banyak lagi kebahagiaan. Nah, untuk menjadi magnet kebahagiaan, kita harus memberikannya kepada orang lain dengan hati yang ikhlas.
Kebahagiaan terdekat adalah melihat kedamaian dalam keluarga. Anehnya banyak orang yang begitu kerasnya bekerja, sampai lupa bahwa kedamaian keluarga adalah awal dari menjadi magnet kebahagiaan.
Lalu saat kita sudah menjadi magnet kebahagiaan, banyak hal-hal kecil yang akan memberikan kebahagiaan besar dalam keseharian yang tidak (lagi) terlalu menyibukkan. Sehingga fokus kita berubah, dari yang sibuk mencari kebahagiaan menjadi sibuk membagi kebahagiaan dengan penuh keikhlasan.
---xxx---
Kembali ke hati yang (belajar untuk) selalu ikhlas. Mari memulai sesuatu dengan berharapan baik, lalu berusaha sepenuh tenaga, dilanjutkan dengan doa setulusnya dan diakhiri dengan ikhlas menerima keberhasilan yang didapat dari prosesnya.
Karena keberhasilan itu bukan hanya dinilai dari hasil akhirnya, tapi juga dari kesungguhan melakukan prosesnya.
@HilbramDunar
Penulis buku "Main Hati - Karena Cinta Tidak Bisa Mati Tapi Bisa Pergi Kalau
Tidak Dijaga Sepenuh Hati"
Pembawa acara TV dan Radio