Setiap orang tua akan disibukkan dengan menyiapkan segala macam perlengkapan bayi ketika menyambut kelahiran buah hati. Dari berbagai macam perlengkapan bayi, salah satu yang terpenting adalah memilih popok bayi yang tepat.
Popok bayi merupakan kebutuhan yang wajib disediakan sejak bayi baru lahir karena Si Kecil belum bisa mengatur buang air kecil maupun buang air besar sendiri. Bukan hanya fungsinya yang dapat menahan kotoran bayi, kegunaan popok juga bisa memudahkan orang tua yang baru belajar merawat bayi.
Meskipun begitu, memilih popok untuk Si Kecil tidak boleh sembarangan. Moms harus mempertimbangkan dengan baik bagaimana kualitas popok, mulai dari bahan atau material, fitur yang dimiliki, daya serapnya, hingga cocok atau tidaknya dengan kulit Si Kecil yang cenderung sensitif.
Kini beragam popok hadir untuk membantu orang tua, mulai dari tipe popok kain hingga popok sekali pakai. Pemakaian popok sendiri sudah dilakukan dari berabad-abad lalu sejak zaman kuno. Meski fungsinya sama, yaitu untuk menampung kotoran bayi dalam jumlah yang cukup banyak dan jangka waktu yang lama, tapi tahukah Moms bagaimana evolusi popok dari tahun ke tahun dan perkembangannya hingga saat ini?
Sejarah popok sebenarnya cukup menarik dan penuh fakta-fakta mengejutkan yang mungkin belum diketahui oleh banyak orang. Ada beberapa dokumen sejarah yang menunjukkan bahwa popok telah digunakan pada zaman dahulu kala, di mana terlihat bayi pada zaman itu menggunakan popok.
Berbeda dengan popok masa kini yang lembut dan nyaman, saat itu bayi menggunakan popok yang terbuat dari daun, kulit binatang, lumut, linen, dan bahan alami lainnya untuk membantu melindungi kulit bayi dan mencegah penyakit akibat penyebaran kuman. Bahkan popok sendiri pada zaman itu menjadi simbolis untuk membedakan antara manusia dan binatang.
Popok kain pertama kali digunakan oleh seluruh masyarakat di Inggris pada pertengahan hingga akhir tahun 1500-an. Pada masa ini, kesadaran atas kebersihan dan kesehatan kulit bayi masih sangat kurang dan menyebabkan popok jarang diganti.
Seiring dengan kemajuan ilmu kedokteran, akhirnya praktik ini mulai menghilang dan ditemukan bahwa kotoran manusia adalah sumber penyakit. Lalu, pada akhir tahun 1800-an, bayi di Eropa dan Amerika Serikat menggunakan popok kain yang terbuat dari linen atau kain flanel yang diikatkan dengan peniti. Namun sayangnya, peniti sering kali rusak dan kain mengalami kebocoran. Popok kain pun dianggap kurang praktis karena harus mencucinya berkali-kali bahkan direndam dengan air mendidih untuk membunuh kuman dan bakteri pada awal 1900-an.
Kemunculan popok sekali pakai di dunia
Adanya permintaan kebutuhan popok bersih yang semakin meningkat, muncullah ide inovasi popok dalam bentuk sekali pakai pada tahun 1942 dan diciptakan di Swedia. Popok sekali pakai tersebut terbuat dari karet dan tisu karena bahan kapas masih sangat sulit didapatkan. Setelah kemunculan popok sekali pakai ini, mulailah banyak popok sekali pakai lainnya yang bermunculan.
Inovasi popok sekali pakai terus berkembang di tahun-tahun berikutnya. Perkembangan teknologi membuat para produsen giat dalam berinovasi. Hasilnya, popok sekali pakai kemudian menggunakan polimer penyerap, pengikat yang lebih elastic, dan plester sebagai pengunci.
Tentang popok bayi di Indonesia
Di Indonesia sendiri, penggunaan popok sekali pakai dimulai pada tahun 1980-an. Namun, popok sekali pakai pada tahun tersebut bisa dikatakan sebagai barang mewah yang mahal, karena umumnya popok sekali pakai ini digunakan oleh bayi dari kalangan ekspatriat dan dijual dengan harga cukup mahal.
Barulah pada tahun 1990-an popok bayi sekali pakai digunakan oleh banyak orang. Para orang tua bisa terbantu dengan adanya popok sekali pakai dan tidak perlu repot-repot membersihkan kotoran Si Kecil.
Popok bayi sekali pakai juga mengalami evolusi yang disesuaikan dengan kebutuhan orang tua saat ini. Popok bayi sekali pakai menjadi lebih praktis dan efisien dengan berbagai pilihan ukuran dan variasi. Namun sayangnya, tidak sedikit kasus masalah kulit seperti ruam popok, alergi, kulit lecet, bengkak, dan kulit bayi memerah terjadi akibat pemakaian popok.
Sejarah singkat MAKUKU SAP Diapers
Meski sudah mengalami perkembangan yang pesat dari tahun ke tahun, popok sekali pakai mengandung inti struktur pulp di fase pertama. Lebih dari 95% popok di Indonesia masih menggunakan inti struktur pulp. Kemudian, pada fase kedua popok bayi sekali pakai menggunakan campuran pulp dan SAP. Dan hingga saat ini kebanyakan popok yang dijual di pasaran masih menggunakan campuran pulp (serat kayu atau kapas). Sementara diketahui, campuran pulp kurang efektif dalam mengurangi ruam popok dan kebocoran.
Terobosan yang dilakukan oleh MAKUKU sebagai pelopor popok dengan teknologi inti struktur SAP (Super Absorbent Polymer) membuat popok lebih tipis, penyerapannya cepat dan merata, serta anti gumpal. Inilah alasan kenapa popok MAKUKU super tipis super nyerap dan anti gumpal efektif mengurangi ruam popok.
Dengan kecanggihan inti struktur SAP sebagai bahan penyerap, permukaan popok bayi jadi lebih kering, mampu menjaga kelembapan kulit bayi, dan bayi bisa tetap aktif bergerak tanpa takut popoknya menggumpal dan membuatnya tidak nyaman.
Anti gumpal
Popok yang menggumpal memiliki penyerapan hanya di satu titik saja. Artinya, cairan yang terserap oleh popok tidak menyebar ke seluruh permukaan popok dan hanya terserap di satu titik. Penumpukan cairan inilah yang membuat popok jadi mudah menggumpal, berat, dan terasa jatuh, serta membuat permukaan popok lembap dan basah sehingga pertumbuhan bakteri dan jamur pemicu ruam popok bisa berkembang biak dengan cepat.
Oleh karena itu, pemilihan popok dengan daya serap tinggi dan anti gumpal sangat disarankan. MAKUKU SAP Diapers Slim Care merupakan pelopor popok anti gumpal dengan inti struktur SAP tanpa campuran pulp atau serat kayu. MAKUKU SAP Diapers Slim Care tidak menggumpal, penyerapannya merata, dan menjaga permukaan tetap kering yang mampu secara efektif mengurangi ruam popok.
Super tipis super nyerap
Banyak yang beranggapan bahwa popok yang tebal mampu menyerap lebih baik dibandingkan popok yang tipis. Hal tersebut dipatahkan oleh kehadiran MAKUKU SAP Diapers Slim Care yang memiliki ketebalan hanya 1,6 mm, setipis koin tapi penyerapannya maksimal. Popok yang super tipis super nyerap ini begitu ringan sehingga bayi akan lebih nyaman menggunakan popok tipis.
Dengan menggunakan popok tipis, tidak akan ada hambatan buat bayi saat bergerak dan ia bisa nyaman beraktivitas. Si Kecil juga bisa bebas bergerak mengeksplorasi sekitar tanpa takut ruam popok.
Mengunci cairan
Kebocoran adalah masalah langganan pada popok bayi. Masalah popok bocor akan terus menghantui para orang tua dan membuat Moms jadi lebih pemilih dalam membeli popok. Nah, melihat permasalahan tersebut, MAKUKU SAP Diapers Slim Care dengan inti struktur SAP memiliki penyerapan yang cepat dan mampu mengunci cairan yang masuk ke dalam popok, sehingga permukaan popok MAKUKU SAP Diapers Slim care kering atau tidak basah ataupun bocor. Cairan tidak akan rembes kembali ke permukaan popok meski Si Kecil banyak melakukan aktivitas seperti duduk, berjalan, atau berguling.
U shape belly button
Sisa tali pusat bayi akan tetap menempel dan kemudian puput dengan sendirinya dalam kurun waktu 7-14 hari, bisa lebih cepat ataupun lambat. Tali pusat ini akan berubah menjadi hitam, mengeras, dan kering. Selama tali pusat belum lepas, Moms harus merawat dan memperhatikan kesehatan serta kebersihannya. Sebab, tali pusar bisa mengalami infeksi jika terkena gesekan dengan popok.
Hal tersebut tidak perlu Moms khawatirkan lagi, karena MAKUKU SAP Diapers Slim Care memiliki U shape belly button khusus untuk bayi baru lahir (size NB). U shape belly button ini merupakan desain lengkungan di bagian depan yang terbuat dari kain non-anyaman yang dipotong. Lengkungan berbentuk U ini agar karet pinggang popok tidak bersentuhan dengan pusar, sehingga bisa menghindari pusar bayi baru lahir, mengurangi gesekan pada pusar, dan melindungi pusar bayi baru lahir.
Selain itu, MAKUKU SAP Diapers Slim Care juga dilengkapi dengan fitur-fitur lainnya yang tidak kalah canggih, di antaranya:
- Struktur 3D: Lapisan permukaan dengan tekstur heksagonal dapat mengurangi kontak dengan kulit.
- Permukaan rongga udara: Menghilangkan lembap adanya pertukaran udara bagian bawah dan memungkinkan udara segar masuk.
- Bahan inti samping: Memiliki lebih banyak area penyerapan dan mengurangi risiko kebocoran samping.
- Indikator urine: Memudahkan untuk mengetahui apakah popok Si Kecil sudah penuh atau belum dengan perubahan warna dari kuning ke biru.
Sebagai pioneer popok bayi dengan inti struktur SAP, MAKUKU memecahkan dua rekor MURI sekaligus sebagai popok bayi sekali pakai tertipis dan popok bayi dengan fasilitas anti gumpal pertama (SAP technology).
Penganugerahan ini disaksikan pula oleh perwakilan dari Kementerian Kesehatan, drg. Widyawati, MKM, Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat; dua expert dari Siloam Hospital, dr. Keumala Pringgardini, Sp.A, dan Bd. Titin Susanti, Amd.Keb; dan Asmirandah sebagai guest speaker.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengapresiasi inovasi MAKUKU dalam menghadirkan popok anti gumpal pertama di Indonesia. Kemenkes berharap pencapaian MAKUKU ini bisa menjadi tonggak kemajuan untuk industri penyediaan popok berkualitas bagi anak Indonesia serta inovasi dunia usaha, seperti yang dilakukan MAKUKU dalam menyediakan popok berkualitas dapat terus menggerakkan upaya promotif dan preventif higienitas kepada masyarakat demi mendukung masa depan generasi penerus bangsa.
MAKUKU SAP Diapers Slim Care kini hadir dalam tipe celana (ukuran M, L, XL, XXL) dengan harga Rp 89.200,00. MAKUKU SAP Diapers Slim Care tersedia di Superindo, Hypermart, Hero, Grand Lucky, AEON, Transmart, dan Diamond Supermarket. Atau bagi Moms yang lebih nyaman berbelanja online, Anda bisa kunjungi akun MAKUKU Indonesia Official di Lazada, Shopee, Tiktok Shop, dan Tokopedia. (M&B/SW/Foto: Cookie_studio/Freepik, MAKUKU)