Kanker memang tidak memandang usia penderitanya. Saat ini lebih dari 250.000 anak di dunia didiagnosis mengalami kanker dan 90.000 terpaksa meninggal akibat penyakit ini. Dari data yang dikemukakan oleh Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI), di Indonesia sendiri kanker menyerang 4.400 orang anak per tahunnya.
Fakta ini cukup menyedihkan karena sebenarnya 70 persen kanker pada anak dapat disembuhkan bila kanker cepat ditemukan dan ditangani dengan baik. Masalahnya, bagi anak-anak kanker yang tinggal di negara berkembang, mereka umumnya tidak mampu bertahan hidup disebabkan sulitnya mendapatkan akses perawatan dan pengobatan. ICCCPO (International Confederation of Childhood Cancer Parent Organizations) pun menyarankan agar pemerintah di seluruh dunia memastikan anak-anak kanker, di mana pun mereka berada, bisa mendapatkan perawatan yang memadai.
Di Indonesia, YOAI merupakan salah satu yayasan yang peduli terhadap anak kanker dan para keluarganya. Yayasan ini menyediakan area singgah bagi para pasien dan pendampingnya selama masa pengobatan. “Bagi keluarga pasien kanker anak, khususnya yang berasal dari keluarga yang tidak mampu, saat ini bisa menggunakan fasilitas BPJS untuk berobat tanpa biaya. Namun mereka masih terkendala akomodasi dan transportasi. Untuk itulah tujuan kami membuat Graha YOAI adalah untuk menyediakan akomodasi dan kendaraan yang bisa digunakan pasien dan keluarganya untuk transportasi dari Graha YOAI ke rumah sakit dan sebaliknya,” ujar Rahmi Adi Putra Tahir, selaku Ketua YOAI, dalam acara yang diadakan oleh Metro Departement Store beberapa waktu lalu.
Bambang Purwanto, SH, MH, yang bertindak sebagai tim hukum dan organisasi dari YOAI menambahkan, “Meskipun anak yang terkena kanker, orangtuanya lah yang sakit. Anak-anak akan tetap jadi anak-anak. Mereka akan tetap dengan dunianya sendiri dan terus bermain. Jadi yang kita obati lebih dulu adalah psikologis dari orangtua. Ada banyak tenaga psikolog yang ikut membantu memberikan konseling di yayasan ini. Tidak hanya itu, para pendiri YOAI yang anaknya juga menderita kanker pun ikut memberikan konseling. Anak-anak bisa tetap bermain dengan sebayanya, orangtua pun bisa saling berbagi.” (Sagar/DT/Dok. M&B)