Moms, Anda sudah tahu pastinya bahwa imunisasi campak termasuk imunisasi wajib untuk bayi. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan pemberian vaksin campak sebanyak 3 kali untuk Si Kecil.
Perlu diketahui, ada 3 jenis vaksin yang digunakan untuk menurunkan risiko penyakit campak, yaitu:
- Vaksin campak, yaitu jenis vaksin yang hanya bisa mencegah penyakit campak.
- Vaksin MR, yaitu vaksin yang bisa menurunkan risiko penyakit campak dan rubella.
- Vaksin MMR (Mumps, Measles, Rubella), yaitu vaksin yang diberikan guna mencegah penyakit campak, rubella, dan gondongan.
Untuk Si Kecil, biasanya vaksin yang diberikan adalah MR atau MMR. Berikut ini adalah jadwal pemberian vaksin campak yang direkomendasikan oleh IDAI seperti dilansir dari Halodoc.
1. Anak-anak: 0,5 ml disuntikkan di bawah kulit (subkutan/SC). Anak berusia 9 bulan diberikan imunisasi primer (MR). Anak berusia 18 bulan mendapatkan imunisasi booster (MR/MMR) dan anak di rentang 5-7 tahun juga mendapatkan booster yang sama.
2. Dewasa: Orang dewasa mendapatkan dosis pertama sebanyak 0,5 ml yang disuntikkan di otot (intramuscular/IM), atau bisa juga di bawah kulit (subkutan/SC). Pemberian dosis kedua dilakukan 28 hari setelah mendapatkan dosis pertama.
Vaksin MMR terbukti efektif untuk melindungi tubuh dari infeksi serta komplikasi ketiga penyakit tersebut. Satu dosis vaksin MMR memiliki efektivitas sebesar 93% untuk melawan campak, 78% untuk melawan gondongan, dan 97% untuk melawan rubella. Sedangkan dua dosis vaksin MMR, 97% efektif melawan campak dan rubella serta 88% efektif melawan gondongan.
Efek samping imunisasi campak
Meski sudah menjadi bagian dari imunisasi wajib untuk anak, tak sedikit orang tua yang menolak buah hatinya diberikan imunisasi campak. Pasalnya, vaksin campak kerap disebut-sebut sebagai pemicu autisme pada anak. Faktanya, anggapan tersebut tidak benar. Vaksin campak tidak menyebabkan anak mengalami gangguan autisme.
Sebuah penelitian berjudul The MMR Vaccine and Autism juga menyebutkan bahwa keduanya tidak berhubungan. Perlu diketahui, autisme terjadi akibat gangguan perkembangan saraf yang berhubungan dengan genetik sebelum anak berusia 1 tahun.
Namun, imunisasi campak memang memiliki beberapa efek samping. Efek samping ini juga masih tergolong ringan dan bisa terjadi antara 7 dan 10 hari setelah vaksinasi, yaitu:
- Demam (bisa lebih dari 39,4 derajat Celsius) dan bisa berlangsung selama 2 hingga 3 hari
- Ruam merah samar (tidak menular)
- Kepala terasa pusing, pilek, batuk, atau mata bengkak
- Mengantuk atau kelelahan
- Pembengkakan pada kelenjar ludah
- Nyeri kemerahan dan bengkak di tempat suntikan.
Selain efek samping yang telah disebutkan di atas, imunisasi campak/rubella/gondangan juga bisa menyebabkan ruam ringan, seperti cacar air pada 5-26 hari setelah imunisasi. Sementara itu, beberapa efek samping yang lebih berat seperti dilansir dari situs Siloam Hospitals, meliputi:
- Ruam di seluruh permukaan tubuh
- Kehilangan pendengaran
- Kejang-kejang
- Kerusakan otak
- Penurunan trombosit yang bersifat sementara.
Sebagai catatan, efek samping yang lebih serius ini sangat jarang terjadi. Bisa dibilang, prevalensi kejadiannya 1:1.000 kasus. Jadi, tak perlu khawatir, Moms. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Foto: Freepik)
- Tag:
- imunisasi campak
- bayi
- anak