Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Dads We Love: Bimo Kusumo Yudo

Dads We Love: Bimo Kusumo Yudo

Menggeluti profesi yang belum banyak dikenal orang tentu memiliki tantangan tersendiri. Namun tidak bagi Bimo Kusumo Yudo, voice over talent, podcaster, sekaligus ayah dari Mireya (5) dan Gaby (2). Pria yang hobi main motor klasik ini justru sangat menikmati dan sudah akrab dengan dunia voice over (VO) sejak masih kecil. Bagaimana tidak, ayah dan ibu dari Bimo ternyata "pemain" lama di dunia sulih suara, sehingga Bimo kecil pun sudah terbiasa diajak bermain nada dan intonasi agar enak didengar.

Kini, lewat kekuatan media sosial, Bimo pun "menularkan" info seru soal voice over. Pria di balik akun Instagram @bimoky ini sering berbagi video serba-serbi voice over, yang kemudian ia rangkum dalam hashtag #BelajarVO. Menariknya lagi, ada postingan Bimo yang paling ditunggu-tunggu, yaitu voice over bareng Mireya, putri sulungnya yang sudah mulai tertarik mengikuti keahlian Bimo bermain intonasi.

Apakah Bimo mau mewariskan tahta “King of VO” pada Mireya? Seperti apa sih suka dukanya menggeluti dunia VO yang belum banyak dikenal khalayak luas? Sambil merayakan Hari Ayah Nasional yang jatuh setiap 12 November, yuk simak cerita seru Bimo Kusumo Yudo yang menjadi Dads We Love November 2023 ini kepada M&B.

Dads We Love: Bimo Kusumo Yudo 1
Kunci untuk menjadi VO talent zaman sekarang adalah: Cepat menerima brief dan tepat menggunakan teknik VO, karena sebenarnya enggak ada suara yang enggak enak didengar.

Sedang sibuk apa Bimo saat ini?

Saat ini masih sibuk jadi voice over talent, aku mengisi suara untuk beberapa iklan. Aku juga founder dan mentor di Voice Institute Indonesia, salah satu pionir platform belajar bagi para voice talent di Indonesia. Aku ada podcast juga namanya Podcast Malam Kliwon, ini podcast yang temanya horror tapi dikemas dengan lebih fun. Selain itu, aku pastinya sangat menikmati peran sebagai suami dan ayah dari 2 anak, Mireya dan Gaby.

Ngetop sebagai VO talent, bagaimana sih, awalnya terjun ke dunia VO?

Aku berterima kasih sama orang tuaku karena mereka dari dulu sudah ada di industri ini. Bapak saya adalah dubber dari tahun 1980-an, sedangkan ibu bekerja di sanggar Audiopost, lalu “cinlok” deh mereka, haha. Dari orang tuaku aku mengenal dunia dubbing, voice over, radio sejak aku masih anak-anak. Sebenarnya mereka enggak memaksa aku untuk menekuni profesi yang sama, tapi aku memang jatuh cinta sendiri karena melihat langsung orang tua bekerja. Mereka kerjanya seru dan passionate banget.

Makin ke sini, dunia VO juga makin seru. Kalau zaman orang tuaku mungkin pengisi suara harus punya suara yang bagus, karena semua iklannya seperti lebih serius begitu, ya. Kalau sekarang, agensi periklanan sudah lebih dinamis dan kreatif, jadi orang yang suaranya cempreng pun bisa jadi VO talent asalkan tekniknya benar. Bahkan iklan perusahaan yang menurut kita agak kaku pun, sekarang bisa diisi iklan yang agak nyeleneh kreativitasnya.

Dads We Love: Bimo Kusumo Yudo 2

Anda terlihat sering latihan VO bersama Mireya. Mau Mireya jadi VO talent juga, kah?

Template-nya diulang lagi saja. Dulu bapakku juga mengarahkan aku caranya seperti ini, haha. Berawal dari rasa penasaran Mireya setiap melihat aku VO di studio, kebetulan di rumah ada studio VO, jadi Mireya sering melihat aku kerja, kan. Nah, karena dia sudah sering bertanya-tanya, jadi kenapa enggak sekalian diajak coba-coba VO di studio, nih. Awalnya iseng saja, just for fun. Aku ajak Mireya mengikuti kalimat-kalimat yang aku contohkan, eh lama-lama bisa dan suka nih, dia. Malah sekarang tuh Eya (panggilan akrab Mireya) yang sering minta diajak latihan duluan, haha.

Latihan VO bareng Mireya bisa jadi quality time berdua dong?

Oh, pastinya, dong. Pekerjaan VO itu kan bukan pekerjaan 9-to-5, jadi kadang susah cari waktu yang pas buat quality time sama keluarga. Kadang aku belum pulang, anak sudah tidur. Kadang aku belum bangun, anak sudah berangkat sekolah. Nah, jadi ketika aku lagi bisa kerja di rumah atau aku menyebutnya “voice from home” gitu, aku ajak aja Mireya untuk ikutan latihan VO sekalian quality time berdua.

Mireya happy banget kalau aku ajak VO, karena kan berangkatnya dari pertanyaan dan rasa penasaran dia sama pekerjaan Papanya. Kebetulan aku dan istri punya komitmen untuk enggak menunda-nunda dalam menjawab pertanyaan anak, jadi ketika Mireya banyak bertanya soal VO, ya langsung saja aku jelaskan dan sekalian praktik di studio.

Komitmen kami di rumah adalah perbanyak komunikasi dan selalu ceritain apa yang lagi dirasakan.

Sebagai mentor VO, sulit nggak sih mengajarkan VO ke anak kecil?

Kalau profesional, memang ada requirement usia talent anak itu harus 6 atau 7 tahun. Cuma kalau sekadar buat seru-seruan kaya aku dan Mireya, itu dia dari umur 3 atau 4 tahun sudah bisa latihan VO, sudah bisa mengikuti arahanku. Kalau ditanya sulit atau enggak, menurutku tantangannya cuma satu: Anak-anak tuh enggak bisa di-push! Haha.

Anak-anak tuh enggak bisa langsung diminta mengikuti kalimat yang aku sebutkan, jadi harus cari cara “pemanasan” dulu biar mereka mau mengikuti. Jadi, biasanya enggak ada masalah tuh sama artikulasi misalnya, karena memang naturalnya anak kecil saja kan ada cadel-cadelnya. Yang penting bagaimana mereka deliver nada-nadanya.

Selain itu, VO sama anak-anak juga punya tantangan tersendiri, yaitu enggak boleh keseringan minta mengulang kalimat. Pasti mereka sebel dan mood bisa nge-drop kalau sudah 3-4 kali diminta mengulang kalimat. “Udah kenapa, sih!” gitu tuh jawabnya kalau sudah keseringan mengulang kalimat, haha.

Di tengah kesibukan Anda, bagaimana menjaga kedekatan dengan anak-anak dan istri?

Komitmen kami di rumah adalah perbanyak komunikasi dan selalu ceritain apa yang lagi dirasakan. Sebagai ayah, aku biasakan bertanya ke anak-anak biar mereka mau cerita. Terus kalau anak sedang enggak enak, mungkin mereka sedang merasa tidak nyaman, itu aku akomodir saja kebutuhannya. Apalagi kalau Gaby kan masih kecil ya, usianya belum sampai 2 tahun, pasti komunikasi verbal belum sempurna dong, ya. Nah, itu kita bantu komunikasikan saja pakai kalimat tanya, seperti “Gaby mau ditemenin main, ya?” semacam itu contohnya. Saya dan istri membiasakan gaya komunikasi yang deskriptif ke anak-anak, jadinya mereka terbiasa untuk jelas menyampaikan perasaan dan mau terbuka. Kami suka banget mengajak anak deep talk.

Anda adalah ayah yang rutin melakukan deep talk ke anak. Gimana sih, tipsnya mencari topik obrolan deep talk dengan anak?

Kalau aku dan istri mencari topik deep talk sama anak itu nggak usah yang berat-berat. Topiknya ringan aja sesuai usia anak, tetapi benar-benar apa yang sedang dia rasakan saat itu. Misalnya topik sederhana seperti sikap temannya di sekolah, atau bahkan snack yang sedang anak inginkan juga bisa kita jadikan topik deep talk. Menurut aku, yang penting itu waktu dan keseriusan yang kita luangkan untuk ngobrol mendalam dengan anak, dari hati ke hati, dan pastinya harus saling jujur.

Apa sih manfaat rutin deep talk dengan anak yang Anda rasakan?

Anak tumbuh menjadi orang yang jujur dan dia percaya sama saya dan istri untuk cerita apa saja. Dia senang, sedih, marah, minta maaf, bilang terima kasih, itu semua bisa dia sampaikan dengan jujur. Jadi, menurutku itu berangkatnya bukan dari pendidikan dia di sekolah, tetapi dari deep talk di rumah.

Aku dan istri memang maunya anak terbuka dan nyaman ngobrolin apa pun ke kami. Sekarang malah Mireya sering bilang, “Ayo dong Mama Papa ajak aku ngobrol pakai kalimat-kalimat yang aku enggak tahu!” Haha.

Kalau lagi overwhelm, adakah “mantra” yang selalu Anda katakan ke diri sendiri biar kembali kuat?

Mantra yang selalu saya katakan ke diri sendiri adalah: Apa tujuannya? Sederhana aja sih mantranya, tapi selalu berhasil membuat aku semangat lagi. Kadang kita melakukan suatu hal itu hanya untuk senang, tetapi enggak tahu tujuannya.

Nah, ketika hal yang dilakukan itu semakin menguras energi, waktu, dan semangat, itu waktunya aku tanyakan lagi ke diri sendiri apa tujuanku melakukan ini. Sebagai contoh, capek bekerja tetapi ingat tujuannya adalah biar anak bisa sekolah terus, nah itu pasti langsung membuat aku jadi semangat lagi, kan. Masa kepala rumah tangga mau malas-malasan, sih. Kira-kira begitu saja “mantra” yang selalu aku ingat setiap kali merasa down atau lelah.

Kalau mau menekuni VO sebagai profesi, jangan ragu-ragu belajar sama ahlinya, karena dari situ enggak cuma ilmu yang berkembang, tapi juga networking.

Penasaran deh, pernah ada pengalaman bindeng atau batuk saat harus VO enggak, sih?

Wah, pernah, lah! Haha. Musuh utama dan paling berat buatku pastinya kalau suara lagi bindeng, ya. Pernah juga tiba-tiba bindeng pas sudah waktunya VO untuk sebuah iklan. Kalau sudah begitu ya enggak ada cara lain selain mengomunikasikan ke klien tentang masalah yang tiba-tiba ini.

Aku mohon maaf banget force majeure ini terjadi, aku sampai bindeng dan batuk saat harus take VO. Mungkin ada obat dan air hangat yang cocok sama aku dan bisa mengurangi bindengku selama beberapa menit, tapi aku akan mohon dengan sangat take VO jangan terlalu lama karena khawatir hasil tidak maksimal. Aku sangat berterima kasih kalau klien masih berkenan memakai suaraku, tetapi aku juga mengerti banget kalau sampai klien memilih untuk ganti talent. Jadi, kuncinya ya, aku komunikasikan setransparan mungkin tentang kondisi yang aku alami.

Ada tips buat Moms & Dads yang mau coba menjadi VO talent?

Karena VO itu dasarnya adalah suara, jadi memang belajar VO itu enggak bisa seperti les-les pada umumnya yang cuma beberapa hari dalam seminggu. Untuk belajar VO itu harus setiap hari berlatihnya. Tips berikutnya adalah harus memperbanyak referensi VO, karena orang berbicara itu gayanya banyak banget, ada yang gaya corporate, hard selling, dan banyak lagi gaya lainnya.

Selain itu, kalau latihan VO itu jangan di dalam hati, karena kalau ngomong di dalam hati aja pasti hasilnya bagus, seperti orang bernyanyi di kamar mandi, ya, haha. Harus berani tampil. Kalau mau menekuni VO sebagai profesi, jangan ragu-ragu belajar sama ahlinya, karena dari situ enggak cuma ilmu yang berkembang, tapi juga networking.

Kalau berdasarkan pengalaman saya di Voice Institute Indonesia, orang yang belajar VO itu enggak cuma yang mau terjun ke dunia VO secara profesional, lho. Banyak juga yang mau berlatih agar lancar presentasi di kantor atau sekadar enak berbicara saat harus speech. Banyak pilihan kelasnya, jadi bisa disesuaikan dengan kebutuhan.

Terakhir, apa sih kunci sukses menjadi VO talent?

Kunci untuk menjadi VO talent zaman sekarang adalah: Cepat menerima brief dan tepat menggunakan teknik VO, karena sebenarnya enggak ada suara yang enggak enak didengar. Suara enggak enak itu mungkin hanya karena tekniknya kurang pas. Semua bisa jadi VO talent kok, Moms & Dads! (M&B/Tiffany Warrantyasri/SW/Foto: Gustama Pandu Pawenang/Digital Imaging: Ragamanyu Herlambang/Stylist: Gabriela Agmassini/Wardrobe: Zara Men & Zara Kids/Location: The Ritz-Carlton Jakarta, Mega Kuningan)