Type Keyword(s) to Search
BUMP TO BIRTH

Mild Stimulation, Metode untuk Tingkatkan Keberhasilan Program Kehamilan dengan Risiko Rendah

Mild Stimulation, Metode untuk Tingkatkan Keberhasilan Program Kehamilan dengan Risiko Rendah

Sebagian besar pasangan yang sudah menikah pastinya berkeinginan untuk punya anak. Nah, untuk membantu pasangan suami istri yang tengah berjuang memiliki momongan, Kato Ojin Fertility Center menawarkan metode Mini In Vitro Fertilization (IVF) atau Mild Stimulation dengan teknologi dari Jepang.

Saat Press Conference Grand Launching Kato Ojin Fertility Center di Jakarta, Rina Laurentie Sindunata, CEO Kato Ojin Fertility Center mengatakan bahwa metode ini punya beberapa keunggulan, seperti tingkat keberhasilan kehamilan yang lebih tinggi, yaitu 60-70% lebih tinggi dibandingkan dengan angka rerata keberhasilan IVF di Indonesia yang berkisar 30-40%; memaksimalkan kualitas sel telur dan embrio; penggunaan obat yang minimal; serta waktu tunggu antarsiklus yang lebih singkat dan biaya lebih ringan.

Menurut Rina, Kato Ojin Fertility Center (KOFC) menggunakan metode mini IVF atau Mild Stimulation. Saat ini Kato Group sudah ada di 6 negara, yaitu Jepang, Filipina, Mongolia, China, USA, dan kini hadir di Indonesia dengan tujuan menghasilkan calon-calon buah hati yang sehat dan berkualitas.

“Yang membuat Kato Ojin Fertility Center berbeda dengan klinik fertilitas lain adalah penggunaan metode mini IVF. Metode ini merupakan natural cycle treatment sehingga aman untuk para wanita yang sedang atau akan mengikuti program hamil. Selain itu, dosis obat yang digunakan juga sangat minim dan less injection. Medical supplies yang kami gunakan sebagian besar berasal dari Jepang sehingga kualitas dan tingkat akurasi hasil dari laboratorium mulai tahap awal sampai dengan proses selesai sangat tinggi,” tambah Rina.

Sementara dr. Muhammad Dwi Priangga, Sp.OG, SubSp.FER, Medical Director Kato Ojin Fertility Center dalam pemaparannya mengatakan, “Stimulasi minimal bertujuan untuk mengurangi dosis penggunaan obat stimulasi indung telur yang rata-rata cukup tinggi dengan tetap mempertahankan keberhasilan perkembangan embrio dan kehamilan. Pada IVF konvensional, penggunaan obat stimulasi dosis tinggi bertujuan untuk merangsang ovarium agar memproduksi banyak sel telur untuk diambil. Namun, hal ini dapat menimbulkan berbagai efek samping dan komplikasi.”

Bagaimana dengan penderita sindrom ovarium polikistik (PCOS) yang ingin punya anak? Menurut dr. Eko Santoso, Sp.OG, Spesialis Obgyn Kato Ojin Fertility Center, ketika seorang penderita PCOS ingin memulai program hamil bayi tabung, maka dalam penanganannya perlu meminimalisir kejadian Ovarian Hyperstimulation Syndrome (OHSS), karena penderita PCOS akan mempunyai resiko OHSS yang sangat meningkat. Efek samping OHSS paling ditakuti karena merupakan bentuk komplikasi serius IVF yang dapat terjadi ketika ovarium menghasilkan terlalu banyak folikel/sel telur. OHSS dapat mengakibatkan morbiditas atau bahkan kematian.

“Pedoman IVF khusus dari Kato Ojin Fertility Center bagi penderita PCOS adalah menggunakan protokol stimulasi minimal/mild-stimulation. Jenis protokol ini menggunakan dosis obat hormon/kesuburan yang lebih rendah untuk menstimulasi pertumbuhan sel telur, sehingga dapat membantu mengurangi risiko OHSS,” jelas dr. Eko.

“Strategi penting lainnya bagi penderita PCOS supaya hasil IVF dapat tercapai lebih baik, maka bagi penderita perlu mendapatkan persiapan khusus minimal 3 bulan berupa proses ‘Cleaning Up’ disertai perubahan pola hidup seperti program diet sehat, olahraga teratur, penurunan berat badan dan mengelola stres. Proses ini sangat penting untuk membersihkan telur-telur kualitas rendah sebelum memulai stimulasi, karena kualitas telur terbaik yang mampu mencapai kehamilan dan kelahiran hidup yang tinggi,” tambahnya.

Pasangan yang datang ke Kato Ojin Fertility Center bukan hanya sekadar mengalami masalah kesehatan reproduksi, tapi juga masalah psikologis, pola hidup suami istri, masalah keluarga, pekerjaan, dan masalah non medis lainnya. Kato memandang masalah infertilitas bukan sebatas masalah kesehatan reproduksi saja, tapi masalah pasangan itu secara holistik. (M&B/SW/Foto: Freepik)