Type Keyword(s) to Search
KID

Tren Nge-Vape di Kalangan Anak-anak, Ini Bahayanya buat Kesehatan

Tren Nge-Vape di Kalangan Anak-anak, Ini Bahayanya buat Kesehatan

“Bunda, tahu enggak? Anak-anak di sekolahku lagi pada suka nge-vape!” Sebuah kalimat sederhana yang cukup membuat ibu-ibu seperti saya kaget. Ketar-ketir, mengingat anak saya masih duduk di kelas IX di sebuah SMP di Jakarta!

Tren penggunaan vape memang sudah cukup lama terjadi Indonesia, khususnya Jakarta. Tak sedikit orang yang beralih dari rokok ke vape dengan alasan “kesehatan”. Namun, apakah benar, vape tidak berbahaya bagi tubuh seperti halnya rokok?

Bagi seseorang yang bukan perokok seperti saya, asap vape sekilas lebih friendly ketimbang asap rokok. Mungkin karena asap vape cenderung punya aroma yang menyenangkan seperti cokelat, mint, vanilla, dan lain-lain. Tapi, tetap saja, asap vape akan membuat sesak napas jika terhirup.

Faktanya, vape juga mengandung zat-zat yang sama berbahayanya seperti rokok. Dilansir dari situs resmi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, kandungan dalam vape mencakup:

1. Propilen glikol

Zat yang juga dikenal dengan nama gliserin ini berfungsi untuk memproduksi uap air. Penelitian menunjukkan bahwa menghirup propilen glikol dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan pada beberapa individu.

2. Nikotin

Kadarnya bisa berbeda-beda di setiap produk vape. Akan tetapi, rata-rata kadar konsentrasi nikotin dalam satu rokok elektrik antara 0-100 mg/ml. Zat ini tergolong sangat adiktif. Efeknya bisa memengaruhi perkembangan otak remaja secara negatif.

3. Karsinogen

Karsinogen merupakan bahan kimia yang diketahui merupakan salah satu pemicu kanker. Karsinogen yang terdapat dalam vape di antaranya adalah acetaldehyde dan formaldehyde.

4. Acrolein

Zat ini biasanya digunakan untuk membunuh gulma dan dapat menyebabkan kerusakan permanen pada paru-paru.

5. Perasa tambahan 

Perasa tambahan biasanya mengandung diacetyl, yaitu zat kimia yang berhubungan dengan penyakit paru-paru bronchiolitis obliterans.

6. Diethylene glycol

Diethylene glycol merupakan zat kimia beracun yang juga berkaitan dengan penyakit paru-paru.

Kasus paru-paru kolaps akibat vape

Berdasarkan kandungan di dalamnya, bisa dipastikan bahwa vape sama berbahayanya bagi kesehatan seperti halnya rokok. Pengguna vape juga memiliki risiko tinggi untuk mengalami berbagai penyakit, khususnya jika mereka masih berusia anak-anak atau remaja.

Bahkan dalam beberapa tahun terakhir, sudah banyak anak praremaja dan remaja yang menjadi korban vape. Pada April 2023, Darren Hatfield seorang remaja laki-laki berusia 19 asal West Virginia, Amerika Serikat, terpaksa harus menjalani operasi bullectomy setelah mengalami paru-paru kolaps untuk yang keempat kalinya.

Sebagai catatan, operasi bullectomy adalah operasi pengangkatan bagian kantong udara yang rusak pada paru-paru. Hatfield mengaku telah menjadi pengguna vape sejak masih berusia 13 tahun.

Dia telah empat kali mengalami paru-paru kolaps. Menurut dokter, kondisi paru-paru Hatfield terlihat seperti layaknya seseorang yang terbiasa merokok sebanyak tiga bungkus dalam sehari selama lebih dari 30 tahun.

Kasus serupa juga dialami seorang anak perempuan berusia 12 tahun asal Berlfast, Irlandia Utara, pada Oktober silam. Sarah Griffin, anak tersebut, awalnya diduga terkena serangan asma ketika ia mengalami batuk-batuk menjelang tidur. Sang ibu memberikan inhaler dan nebulizer sebagai pertolongan pertama untuk mengatasi batuk yang dianggap sebagai bagian dari gejala asma.

Alih-alih mereda, Sarah justru mulai kesulitan untuk bernapas di pagi harinya dan langsung dilarikan ke rumah sakit. Saat tiba di rumah sakit, diketahui bahwa kadar oksigen dalam darah Sarah sudah sangat rendah.

Dan berdasarkan hasil foto sinar X, diketahui bahwa salah satu paru-paru Sarah mengalami kerusakan dan infeksi parah. Efeknya, paru-paru satunya lagi harus bekerja ekstra keras sehingga memperparah kondisi asma yang diderita Sarah. Karena kerusakan yang begitu parah, dokter sengaja membuat kondisi Sarah menjadi koma selama 3 hari.

Menurut sang ibu, Sarah mulai menjadi pengguna vape sejak usia 9 tahun. Segala cara sudah dilakukan untuk menghentikan kebiasaan itu, tapi tak berhasil. Bahkan menurut ibunya, kebiasaan mengisap vape yang dilakukan Sarah makin menjadi-jadi.

Setelah koma dan menjalani perawatan, kondisi Sarah memang membaik. Akan tetapi, paru-parunya sudah rusak secara permanen dan Sarah termasuk ke dalam kategori pasien dengan penyakit berisiko tinggi.

“Dia harus melakukan latihan untuk paru-paru dan hal-hal yang lain yang seharusnya dilakukan oleh seseorang yang sudah menginjak usia 80 tahun, bukan 12 tahun seperti Sarah,” ungkap sang ibu, Mary, seperti dilansir dari situs BBC.

Jauhkan vape

Nah, Moms dan Dads sudah tahu bahwa vape juga sangat berbahaya bagi kesehatan seperti halnya rokok. Jadi, tak ada salahnya jika Anda mulai mengedukasi anak mengenai hal ini.

Meski harganya tergolong tak murah, nyatanya banyak anak sekolah yang mampu membeli dan menggunakan vape. Jika dibiarkan, bukan tak mungkin mereka juga akan mengalami masalah pada paru-paru seperti kedua cerita di atas. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Foto: Freepik)