Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Mom of the Week Spesial Hari Ibu 2023: Tiara Alincia

Mom of the Week Spesial Hari Ibu 2023: Tiara Alincia

Tak bisa dimungkiri, ada beberapa pekerjaan yang identik dengan maskulinitas karena didominasi kaum laki-laki. Salah satunya adalah masinis. Namun, hal ini tak berarti seorang ibu tak mampu menjadi masinis andal. Tiara Alincia (27), ibu dari Andi Ravsha Arkenzie (1 tahun 9 bulan), adalah salah satunya. Dari 11 orang masinis perempuan di MRT Jakarta, Tiara adalah salah satu masinis yang juga seorang ibu.

Profesi yang tinggi risiko ini tentu penuh tantangan, terlebih lagi setelah Kenzie hadir melengkapi rumah tangganya bersama Andi Salbi Herdiansyah (27). Manajemen waktu dan emosi pun diuji, dan Tiara mengaku menikmati setiap tahapannya.

Lalu, bagaimana Tiara berhasil menaklukan tantangan yang ia hadapi sebagai masinis sekaligus ibu? Apa saja yang ia korbankan demi kebahagiaan sang buah hati? Simak kisah Tiara Alincia yang menjadi Mom of the Week Spesial Hari Ibu 2023 berikut ini, Moms!

Apakah pernah terpikir menjadi masinis MRT?

Sebenarnya enggak pernah terpikir sebelumnya. Aku kuliah perkeretaapian selama 3 tahun di Politeknik Perkeretaapian Indonesia Madiun. Setelah 3 tahun belajar kereta, MRT Jakarta datang ke kampus untuk seleksi pegawai. Waktu itu, MRT Jakarta memang sedang mencari banyak masinis dan pegawai operasional, seperti station staff, train dispatcher, dan lainnya. Jurusan studiku, manajemen transportasi perkeretaapian, ada 2 variasi penjurusan, yakni station staff dan masinis.

Tapi aku enggak pernah terpikir untuk jadi masinis. Aku memilih menjadi dispatcher saja, yaitu pengendali kereta di ruangan. Namun ternyata, harus menjadi masinis dulu untuk menjadi dispatcher. Yang mengejutkan, aku berhasil sampai di tahap terakhir pendaftaran bekerja di MRT Jakarta.

Saat itu, muncul pertanyaan, “Kamu enggak mau mencoba jadi masinis? Belum ada masinis wanita di Indonesia, lho, dan MRT Jakarta akan menjadi yang pertama dan pelopor.” Karena panik, aku berdiam dulu sebelum menjawab. Kemudian aku menanggapi dengan, “Baik, jika perusahaan dan Bapak sudah percaya dengan saya, maka itu adalah kesempatan emas untuk saya.”

Bagaimana dengan pengalaman menjadi masinis selama hamil?

Jadi ketika hamil, para masinis perempuan enggak boleh mengemudikan kereta. Dulu aku sempat ingin mencoba menyembunyikan kehamilanku untuk mengemudikan kereta. Tapi enggak bisa juga, karena mual, haha. Jadi sempat istirahat dulu selama hamil.

Kurang lebih hampir setahun aku enggak mengemudikan kereta, karena break selama 9 bulan saat hamil dan 3 bulan setelah melahirkan. Setelah itu, aku harus belajar ulang mengemudikan kereta lagi, karena prosedurnya adalah refreshment setelah 2 bulan tidak mengemudikan kereta. Jadi, harus belajar lagi sebelum mengemudikan kereta pascamelahirkan.

Mom of the Week Spesial Hari Ibu 2023: Tiara Alincia
Setelah menjadi ibu, aku jadi bisa lebih mengontrol emosi.

Mengingat pekerjaan ini termasuk yang didominasi laki-laki, apakah Tiara menikmati profesi sebagai masinis MRT?

Alhamdulillah, aku enjoy. Bagian tersulitnya adalah ketika menjadi ibu, karena harus menyeimbangkan waktu bersama anak, apalagi dulu sempat mengalami baby blues.

Awalnya aku juga enggak menyangka. Dulu aku enggak mengambil jurusan sebagai masisnis, karena aku merasa pekerjaan itu untuk laki-laki. Tapi ternyata aku bisa. Thanks to MRT, yang sudah memercayakan para wanita untuk bekerja sebagai masinis. Aku sendiri sudah bekerja sebagai masinis selama 6 tahun, sejak sebelum menikah.

Tapi saat pertama kali ayahku tahu, ia tanya, “Kamu enggak mau coba yang lain? Soalnya ini, kan, sangat berisiko.“ Aku bilang, “Enggak, aku mau coba tantangan ini.” Kebetulan suamiku adalah teman SMA satu kelas. Aku sempat berdiskusi soal pekerjaanku yang jadwalnya tidak tetap, berbeda dengannya yang office hour. Ia kemudian berkata, “Enggak apa-apa, aku malah bangga banget sama kamu.“

Tantangan menjadi masinis MRT apalagi setelah menjadi ibu?

Sulit banget, sih. Soalnya, setelah melahirkan aku sempat mengalami baby blues. Aku melahirkan di momen pandemi COVID-19 dan kala itu aku positif COVID-19 di detik-detik terakhir kehamilan. Sebelumnya, aku sama sekali belum pernah terjangkit COVID-19.

Sebelum persalinan, aku dan suami tes antigen sebagai prosedur wajib. Pertama kali yang ketahuan positif adalah suamiku, setelah itu aku. Saat itu aku kalang kabut banget, aku menangis karena sedih. Kita boleh merencanakan semua hal, tapi memang ternyata Tuhan yang mengatur.

Kemudian aku harus menjalani proses melahirkan tanpa suami, karena ia positif COVID-19 sehingga enggak boleh masuk ruangan dan menemani. Saat persalinan, semua dokter dan nakes memakai APD lengkap, which was terrifying. Setelah itu, aku enggak bisa langsung bertemu anakku. Aku dan anakku enggak bisa melakukan IMD. Bahkan, aku tahu muka anakku pertama kali dari foto yang diberikan orang tuaku. Selain itu, orang tuaku yang melafalkan azan untuk anakku.

Aku juga panik karena air susuku belum keluar setelah melahirkan. Alhamdulillah, aku bisa menerima donor ASI dari temanku, karena anak kami seumuran. Jadi ASI yang pertama kali diminum bukan ASI-ku. Tapi alhamdulillah, seminggu setelah itu aku bisa menyusui Kenzie, meski pakai masker.

Aku dan suami sempat pisah rumah pascamelahirkan dan berkomunikasi dengan video call, soalnya gejala suamiku cukup parah. Oleh karena itu, aku jadi stres. Soalnya aku menganggap dukungan dari suami itu penting, meski ada orang tua yang juga mendukung.

Kemudian aku kembali ke kantor setelah 3 bulan cuti melahirkan. Momen itu penuh tantangan, karena rasanya aku enggak mau meninggalkan anakku. Tapi akhirnya aku mulai percaya dengan support system yang aku miliki.

Setelah itu, aku dihadapkan dengan masa kedinasan yang seperti roller coaster. Sebagai contoh, aku harus bangun jam 2 pagi, padahal aku baru selesai menyusui jam 12 malam. Adaptasinya susah banget saat itu. Untungnya, ada kedinasan khusus ibu melahirkan dari departemenku. Soalnya bekerja sebagai ibu sangat berbeda jika dibandingkan dengan dulu sebelum menikah. Mentalnya terkuras, fisiknya pun lelah.

Alhamdulillah, keadaanku membaik saat kembali bekerja. Baby blues hanya kualami di awal-awal pascapersalinan, mungkin karena faktor terjangkit COVID-19 juga. Makanya, support untuk ibu melahirkan itu nomor 1. Jadi, pesanku untuk para suami, jangan tinggalkan istri Anda sendirian, haha.

Mom of the Week Spesial Hari Ibu 2023: Tiara Alincia

Aku dan suami percaya, jika kita melakukan hal baik, maka dampaknya pun baik. Tutup mata dan tutup telinga terhadap omongan yang kurang baik, lalu buktikan saja dengan hasilnya.

Bagaimana Tiara membagi waktu sebagai masinis, seorang ibu, dan istri?

Awalnya aku tanya suami, “Setelah melahirkan, enggak apa-apa aku masih jadi masinis?” Menurutnya pun enggak apa-apa. Ternyata setelah aku menjalaninya, menyenangkan juga jadi masinis, karena masinis itu kerjanya enggak terpatok, Senin hingga Jumat, sehingga liburnya variatif. Jadi, anakku punya waktu bervariasi denganku. Selain itu, misalnya aku sedang bekerja, ada suami yang back up. Alhamdulillah, aku dan suami saling back up. Suamiku adalah number one support system.

Mungkin sebagai seorang istri, aku ada kurangnya. Soalnya saat suamiku kerja, aku juga kerja, bahkan berangkat lebih dulu. Meskipun begitu, aku mencoba memastikan apa yang suamiku butuhkan, misalkan baju dan makanan. Selain itu, mungkin karena love language-ku quality time, jadi sebisa mungkin kami membagi waktu untuk quality time.

Jadi, misalnya, Sabtu dan Minggu suamiku libur, tapi aku enggak libur, sehingga mau enggak mau salah satu dari kami pasti harus ada yang ngalah, entah untuk jalan-jalan atau traveling ke luar kota. Masing-masing dari kami enggak boleh egois. Alhamdulillah, kami saling mengerti satu sama lain.

Bagaimana dukungan suami dalam urusan parenting?

Alhamdulillah, sangat baik. Aku sangat bersyukur memilikinya sebagai suami, haha. Bisa dibilang, ia bisa apa saja. Yang enggak bisa ia lakukan hanya hamil, melahirkan, menyusui, dan haid. Pernah aku kelimpungan dan enggak bisa melakukan pekerjaan rumah, yang akhirnya digantikan olehnya. Di saat aku kecapekan dan harus bangun jam 3 pagi, suamiku yang menawarkan untuk merawat Kenzie agar aku bisa istirahat.

Apa momen paling berkesan saat bekerja sebagai masinis setelah menjadi ibu?

Yang aku senang dari profesi masinis, yaitu misi untuk mengantarkan penumpang selamat hingga tujuan. Saat sudah sampai tujuan, ada saja penumpang yang berterima kasih. Meski sederhana, aku merasa sangat terharu karena masyarakat bisa mengapresiasi dan tahu bahwa ada masinis wanita. Setelah menjadi ibu, aku jadi bisa lebih mengontrol emosi. Karena profesi sebagai masinis MRT mendorongku untuk bisa membagi waktu sebaik-baiknya. Pokoknya, aku enggak ingin Kenzie kekurangan kasih sayang dari ibu atau bapaknya.

Profesi sebagai masinis MRT mendorongku untuk membagi waktu sebaik-baiknya. Pokoknya, aku enggak ingin Kenzie kekurangan kasih sayang dari ibu atau bapaknya.

Adakah momen yang tak bisa dilupakan setelah menjadi ibu?

Ada momen di mana aku harus berangkat jam setengah dua dini hari, karena aku harus bekerja jam 3 pagi. Kala itu, Kenzie baru umur 3 bulan. Jadi waktu tidurku benar-benar luar biasa. Sudah seperti zombie, waktu itu. Awal masa refreshment, ada partner yang mendampingi dinas. Kemudian aku sempat menangis, down, dan curhat banyak dengan partner aku. Aku memikirkan Kenzie yang ku tinggal bekerja. Alhamdulillah, setelah 1 tahun 9 bulan, aku sudah bisa melewatinya meski terkadang masih menangis. Berkesan banget momen ini, karena bagian tersusah yang pernah aku alami.

Apakah Tiara masih menyempatkan me time?

Malah suamiku yang sering menawarkan aku untuk me time. Bisa dibilang, aku me time setiap sebulan sekali atau dua kali. Saat aku me time, entah pijit, spa, atau nyalon, suamiku yang menjaga anakku. Soalnya, menurut aku me time itu penting banget.

Aku pernah diskusi dengan kakak iparku. Ia menasihatiku agar tidak terlalu mengkhawatirkan anak di rumah. Trust issue istilahnya. Soalnya, dulu aku pernah khawatir berlebihan tentang anakku, dan ia menyarankan untuk tidak khawatir berlebihan karena anak malah bisa rewel. Kemudian aku mencoba untuk memercayai orang di rumah yang merawat anakku.

Jika dideskripsikan, Tiara itu ibu yang seperti apa?

Yang jelas aku bukan ibu yang sempurna. Meskipun begitu, aku adalah ibu yang selalu mengusahakan 100% untuk Kenzie. Walau sulit, aku harus memberikan yang terbaik untuk anakku. Misalkan aku ada jadwal masuk siang atau sore, aku pasti tetap menyiapkan MPASI Kenzie. Aku akan siapkan breakfast, lunch, sama dinner Kenzie.

Aku juga selalu evaluasi diri sendiri dan menjadi ibu yang upgrade ilmu. Karena sekarang banyak ilmu parenting bisa diraih melalui internet secara gratis, jadi, apa salahnya kalau kita belajar? Memang harus belajar, karena menjadi ibu enggak habis ilmunya. Menjadi ibu memang pekerjaan seumur hidup.

Mom of the Week Spesial Hari Ibu 2023: Tiara Alincia
Menjadi ibu enggak habis ilmunya. Menjadi ibu memang pekerjaan seumur hidup.

Apakah profesi memengaruhi gaya parenting Tiara?

Enggak, sih. Aku mencoba profesional. Kalau di tempat kerja, aku adalah pemimpin perjalanan kereta. Tapi sebagai ibu, aku menjadi sosok yang lemah lembut di depan suami dan anak, haha.

Bagaimana gaya parenting Tiara?

Aku enggak bisa bilang bahwa aku idealis, karena aku banyak memaklumi. Misalnya, Kenzie enggak mau makan, enggak apa-apa. Aku percaya bahwa nantinya ia pasti akan makan. Karena ada gaya parenting yang strict, ya, seperti durasi makan harus berapa lama dan sebagainya. Hanya saja, aku percaya bahwa apa yang Kenzie lakukan dan rasakan sekarang, pasti ia akan belajar mengatasinya dan menghadapinya.

Apa pesan Tiara untuk para Moms?

Jangan pedulikan omongan orang lain. Karena dulu aku sempat dikomentari banyak, mulai tentang profesi hingga pilihanku tetap bekerja setelah punya anak. Setelah diskusi dengan suamiku, ia malah berkata, “Ya sudah, tenang saja. Kan, kita yang menjalaninya bersama. Insya Allah kita enggak berdampak buruk bagi orang lain. Insya Allah kita bisa merawat Kenzie dengan cara kita.” Aku dan suami percaya, jika kita melakukan hal baik maka dampaknya pun baik. Tutup mata dan tutup telinga terhadap omongan yang kurang baik, lalu buktikan saja dengan hasilnya. Jangan pantang menyerah dan jangan takut mencoba ya, Moms!

Mom of the Week Spesial Hari Ibu 2023: Tiara Alincia

(M&B/Gabriela Agmassini/SW/Foto: Hadi Cahyono/Digital Imaging: Raghamanyu Herlambang/Stylist: Gabriela Agmassini/Makeup Artist: Atika Sakura @tsakeru/Hijab Stylist: Rachela Yu @rachela_yu/Wardrobe: Klamby @wearingklamby, Tutubi @tutubi_studio/Lokasi: The Dharmawangsa @thedharmawangsa)