Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Ini Jenis Jamur yang Digunakan dalam Pembuatan Tempe

Ini Jenis Jamur yang Digunakan dalam Pembuatan Tempe

Moms, Anda tentu sudah tidak asing dengan tempe. Ya, jenis makanan yang satu ini sangat populer di kalangan masyarakat Indonesia, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, mungkin juga termasuk keluarga Anda ya, Moms.

Tempe sendiri mengandung sejumlah nutrisi yang penting buat tubuh, seperti kalsium, zat besi, fosfor, vitamin A, dan asam folat. Bahan makanan satu ini banyak disukai karena rasanya yang nikmat dan cocok dibuat menjadi berbagai menu makanan lezat serta harganya yang cukup terjangkau.

Tempe dibuat dari olahan kacang kedelai yang kemudian dicampur dengan mikroorganisme berupa jamur. Proses fermentasi yang terjadi membuat biji kedelai menyatu dengan tekstur yang padat dan berwarna putih. Berikut ini informasi lengkap mengenai beberapa jenis jamur yang digunakan dalam pembuatan tempe.

Baca juga: Ini Manfaat Tempe untuk MPASI Bayi Anda

Kandungan tempe

Menurut Data Komposisi Pangan Indonesia, dalam setiap 100 gram tempe mentah terkandung sekitar 72,5 gram air, 119 kal energi, 11,4 gram protein, 3,5 gram lemak, 18,3 gram karbohidrat, dan 27 mcg kalsium.

Selain tinggi nutrisi, tempe juga disukai karena rasanya yang gurih dan menggugah selera saat sudah diolah. Tempe biasanya dimasak dengan cara digoreng, ditumis, dibacem, dan kerap menjadi camilan yang lezat untuk keluarga.

Jenis jamur dalam pembuatan tempe

Tempe merupakan salah satu makanan fermentasi berbahan dasar kedelai dan ragi. Ragi merupakan kumpulan spora mikroorganisme atau jamur, yang disebut juga dengan nama kapang.

Dalam proses pembuatan tempe, setidaknya ada dua kapang yang dibutuhkan, yaitu Rhyzopus oligosporus dan Rhyzopus oryzae. Rhyzopus oligosporus dan Rhyzopus oryzae akan melakukan proses fermentasi aerobik (tanpa oksigen) yang bebas garam hingga menghasilkan miselium. Miselium yang dihasilkan akan menembus jaringan kedelai hingga ke lapisan dalam. Proses fermentasi ini yang kemudian akan mengikat biji kedelai hingga padat dan berwarna putih.

Selain itu, proses fermentasi dalam pembuatan tempe juga akan menciptakan perubahan kimia pada protein, karbohidrat, dan lemak. Proses tersebut nantinya akan membuat tempe punya kadar protein lebih tinggi dibandingkan sumber bahan makanan lainnya. Inilah sebabnya dalam penjelasan Journal of Applied Microbiology, disebutkan bahwa tempe sebaiknya dikonsumsi saat sudah matang.

Proses pembuatan tempe

Selama ini tempe kedelai cukup terkenal di Indonesia, dengan proses pembuatan yang dilakukan melalui 2 cara, yaitu tradisional dan modern. Keduanya tidak memiliki perbedaan khusus, hanya saja proses tradisional memakan waktu lebih lama dibandingkan proses modern. Berikut ini proses pembuatan tempe, Moms.

1. Pilih biji kedelai yang berkualitas.

2. Cuci biji kedelai hingga bersih dengan air mengalir.

3. Jika sudah bersih, masukkan biji kedelai ke dalam panci berisi air, lalu rebus selama 30 menit.

4. Kedelai yang sudah direbus lalu direndam kembali selama satu malam hingga menghasilkan kondisi asam.

5. Setelah itu, keesokan harinya, kupas bagian kulit ari kedelai, caranya dengan meremas-remas kedelai sambil dikuliti.

6. Cuci kembali kedelai hingga bersih, lalu masukkan ke panci untuk ditanak.

7. Setelah matang, angkat kedelai dan hamparkan tipis-tipis di atas wadah, bisa menggunakan tampah atau daun pisang. Biarkan beberapa saat hingga kadar air dalam tempe menurun.

8. Kemudian, tambahkan ragi pada kedelai. Ini dilakukan pada suhu sekitar 37 derajat Celsius. Satu sendok makan ragi bisa digunakan untuk 1 kilogram kedelai. Setelah itu, aduk hingga rata dan bungkus.

9. Setelah dibungkus, biarkan proses fermentasi bekerja pada suhu kamar 38-40 derajat Celsius. Proses ini bisa dilakukan selama 1-2 hari, untuk menghasilkan tempe yang segar dan berkualitas. (M&B/Ayu/ZA/SW/Foto: Mochawalk/Pixabay)