Type Keyword(s) to Search
BABY

Protein Nabati atau Hewani, Mana yang Bisa Bantu Cegah Anak Stunting?

Protein Nabati atau Hewani, Mana yang Bisa Bantu Cegah Anak Stunting?

Moms, sudah siap untuk memulai fase MPASI untuk bayi Anda di usia 6 bulan? Namun, bukan hanya soal menu, pemberian MPASI juga terkait dengan pemberian varian makanan untuk membantu tumbuh kembang Si Kecil yang optimal, karena kesalahan dalam memberikan MPASI justru akan meningkatkan risiko anak mengalami stunting.

Salah satu hal yang perlu dilakukan adalah dengan mencukupi kebutuhan protein anak setiap hari. Protein sendiri dibagi menjadi 2 jenis, yaitu protein nabati yang mampu mencegah obesitas pada anak dan protein hewani yang mudah dicerna oleh sistem pencernaan tubuh anak. Lalu dari keduanya, mana jenis protein yang lebih penting?

Dr. dr. Meta Herdiana Hanindita, Sp.A(K) menjelaskan bahwa anak membutuhkan asam amino yang mampu merangsang pertumbuhan dan regenerasi otot serta mengatur kadar gula darah. Dan protein hewani menjadi satu sumber terlengkap dari asam amino dibandingkan protein nabati.

Protein hewani harus diprioritaskan untuk bisa diberikan setiap hari, khususnya selama fase MPASI. Sementara protein nabati yang berasal dari kacang-kacangan, buah, sayur, bersifat sebagai mikronutrien. Meski begitu, Moms tetap perlu berikan keduanya untuk bisa memenuhi kebutuhan nutrisi Si Kecil.

Moms juga tidak perlu ragu untuk membiarkan anak mencoba beragam jenis protein hewani di masa MPASI, baik susu, telur, ayam, sapi, bebek, atau jenis seafood seperti ikan, udang, cumi-cumi, hingga kepiting. Karena jika terjadi alergi, maka Anda tetap bisa mengganti jenis protein hewani lainnya, sesuai anjuran dokter.

“Sepanjang sejarah jadi dokter, saya tidak pernah bertemu dengan satu anak yang mengalami alergi semua jenis protein hewani. Jika anak alergi telur, bisa diubah proteinnya dengan ayam, ikan, dan masih banyak pilihan lainnya. Alergi makanan pun tidak akan berlangsung selamanya dan bisa membaik seiring bertambahnya usia,” ujar dokter Meta.

Pilihan makanan di fase awal MPASI

Dokter Meta dan penjelasan soal MPASI

Jika Si Kecil sudah berusia 6 bulan, pemberian MPASI jadi satu tantangan yang akan Moms hadapi. Tidak hanya memikirkan tekstur makanan, tapi juga kadar setiap rasa pada menunya, komponen tambahan, dan masih banyak lagi. Belum lagi mempertimbangkan proses pembuatannya yang harus dibuat sendiri atau memakai yang instan.

Untuk hal ini, dr. Meta menjelaskan bahwa pemberian MPASI boleh saja dengan bubur instan yang tentunya sudah terfortifikasi. “Walaupun terlihatnya hanya ada satu jenis bahan atau rasa yang terlihat di luar kemasan, tapi kan sudah terfortifikasi, artinya, campuran susu di dalamnya sudah mengandung protein hewani,” tegas dr. Meta.

Agar aman, dr. Meta mengingatkan agar Moms cermat dan memastikan bahwa pilihan MPASI instan yang ingin diberikan sudah aman dan sudah berlabel BPOM, artinya tidak boleh mengandung pengawet, tidak memiliki perasa yang berbahaya, dan tidak boleh mengandung senyawa apa pun yang membahayakan bayi.

Tekstur MPASI di fase awal sendiri memang harus lembut, dan sudah dibuat dari bahan yang mengandung karbohidrat, protein, serta vitamin dan mineral lainnya. Jadi, bukan hanya sekadar memberikan buah pisang atau pepaya saja, atau makanan lain yang teksturnya dirasa mirip dengan ASI ya, Moms.

Memberi tambahan bumbu dalam MPASI, boleh atau tidak?

Dr. dr. Meta Herdiana Hanindita, Sp.A(K) meluncurkan buku mommyclopedia resep mpasi

Sejak awal MPASI, Si Kecil sudah boleh dikenalkan kepada beragam rasa. Hal ini termasuk dalam pemberian bumbu, seperti gula dan garam, dalam setiap menunya. Terkait hal ini, dr. Meta menambahkan, “Agar rasanya tidak keasinan atau kemanisan, Moms bisa minta anak untuk mencicipinya. Selama anak suka, berarti itulah rasa yang paling cocok untuknya.”

Jika anak tidak menghabiskan makanannya, bukan berarti rasanya tidak enak, lho! Hal ini bisa jadi karena memang porsi makan anak yang tidak terlalu banyak atau mungkin ia sedang sakit. Kalau kondisi ini terjadi, Moms hanya perlu menyesuaikan porsinya saja tanpa perlu memaksanya untuk menghabiskan makanan. Ini bukan melulu berarti anak picky eater, tapi memang ia punya porsi makan seperti itu.

Panduan resep MPASI serba gampang untuk ibu baru

Untuk menjawab semua keresahan Moms tentang MPASI, dr. Meta pun menghadirkan kembali ‘Mommyclopedia’: 99+ Resep MPASI. Di buku seri resep MPASI ke-9 ini dr. Meta menulis makin banyak resep yang cocok untuk dikonsumsi anak usia 6-23 bulan. Pemilihan jenis proteinnya pun lebih beragam dan mudah ditemukan, seperti ikan lele, telur puyuh, ataupun ubi jalar.

Beberapa resep yang ditulis juga bisa menjadi booster berat badan dan sebagian lagi menjadi menu finger food. Selain menu makanan padat, Moms juga bisa mengikuti panduan memasak kaldu untuk diberikan pada Si Kecil. Ada 3 jenis kaldu, yaitu kaldu sapi, kaldu ikan, dan kaldu ayam, yang setiap takarannya sudah disesuaikan dengan kebutuhan anak.

Beberapa pertanyaan Moms soal MPASI juga dijawab langsung oleh dr. Meta di buku ini. Jadi, pastikan untuk memiliki ‘Mommyclopedia’: 99+ Resep MPASI, yang bisa Moms dapatkan di toko buku atau melalui e-commerce. Selamat mencoba dan mengkreasikan MPASI untuk Si Kecil agar tumbuh kembangnya optimal! (M&B/Vonia Lucky/SW/Foto: Prostooleh/Freepik, Gramedia Pustaka Utama)