Buat sebagian besar wanita yang telah menikah, kehamilan adalah sebuah momen membahagiakan yang mereka nanti-nantikan hingga waktunya melihat buah hati lahir dengan selamat saat persalinan tiba. Ya, setiap ibu tentu mengharapkan kehamilan yang sehat dan berjalan lancar hingga proses persalinan.
Meskipun begitu, kehamilan sendiri merupakan sebuah proses yang cukup panjang. Ada kalanya kondisi kehamilan justru menimbulkan risiko bagi kesehatan bumil maupun janin dalam kandungan karena kondisi tertentu.
Untuk itu, bumil perlu tahu, apa saja kehamilan berisiko tinggi yang bisa dialami, agar Anda bisa terhindar dari masalah tersebut. Berikut ini penyebab dan gejala kehamilan berisiko tinggi yang sebaiknya Anda ketahui,.
Penyebab kehamilan berisiko tinggi
Dalam Media Discussion yang diadakan Rumah Sakit Pondok Indah Group membahas tentang kehamilan berisiko tinggi, dr. Novan Satya Pamungkas, Sp.OG, Subsp. KFM, selaku dokter spesialis obstetri dan ginekologi subspesialis kedokteran fetomaternal di RS Pondok Indah - Bintaro Jaya, menjelaskan beberapa penyebab kehamilan berisiko tinggi, di antaranya:
Anemia. Ini merupakan kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) atau protein yang terdapat pada sel darah merah dalam tubuh berada di bawah kadar normal atau kurang dari 11 g/dl. Menurut dr. Novan, prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia masih terbilang tinggi, mencapai hampir 50 persen.
Hipertensi. Tekanan darah yang melebihi batas normal, yakni di atas 140/90 mmHg, di masa kehamilan perlu diwaspadai karena bisa membahayakan kehamilan dan tumbuh kembang janin.
Diabetes gestasional. Diabetes yang dialami terjadi saat hamil dipicu oleh perubahan hormon dalam tubuh bumil. Perubahan hormon ini bisa mengubah kinerja tubuh dalam mengelola insulin sehingga menyebabkan terjadinya resistensi insulin.
Hamil sebelum usia 20 tahun atau sesudah usia 35 tahun. Usia saat hamil juga bisa menyebabkan kehamilan berisiko tinggi pada seorang perempuan. Pasalnya, jika Anda hamil terlalu muda (di bawah usia 20 tahun) atau di atas usia 35 tahun, risiko untuk mengalami masalah kesehatan pun meningkat.
Baca juga: 5 Hal yang Perlu Anda Tahu Soal Hamil di Usia 35 Tahun
Kehamilan kembar. Hamil anak kembar dapat meningkatkan risiko tinggi pada kehamilan, karena bisa mengakibatkan komplikasi. Untuk mencegah hal ini, Anda dianjurkan untuk rajin memeriksakan diri ke dokter kandungan.
Gejala kehamilan berisiko tinggi
Dijelaskan oleh dr. Novan, ada sejumlah gejala yang biasanya muncul dari kehamilan berisiko tinggi, misalnya demam tinggi—lebih dari 38,5 derajat Celsius dalam waktu 24 jam atau lebih, sakit kepala, pandangan buram, hingga munculnya bengkak di beberapa bagian tubuh dan wajah.
Selain itu, mudah lelah, kesulitan bernapas walau sedang istirahat, nyeri di bagian perut, pendarahan pada vagina atau keluar cairan pada vagina, hingga tidak adanya gerakan pada janin merupakan gejala lain kehamilan berisiko tinggi. Untuk itu, dr. Novan menyarankan agar bumil segera memeriksakan kandungan ke dokter guna mengetahui kondisinya lebih lanjut.
Mengatasi kehamilan berisiko tinggi tentunya bergantung kepada penyebabnya. Jika bumil mengalami anemia, misalnya, maka ia harus menjaga agar kadar Hb tetap stabil, antara lain dengan mengonsumsi makanan tinggi zat besi atau suplemen tambahan jika diperlukan.
Adapun untuk hipertensi, bumil harus mengontrol tekanan darahnya, misalnya dengan mengonsumsi makanan sehat bergizi, rutin berolahraga, dan menghindari stres. Sedangkan untuk diabetes gestasional, bumil disarankan menjaga pola makan dan gaya hidup selama kehamilan.
Selain itu, yang terpenting, bumil harus segera memeriksakan diri ke dokter jika mengalami gejala-gejala yang mengarah kepada kehamilan berisiko tinggi. Dengan begitu, Anda bisa mendapatkan penanganan yang tepat sehingga risiko kehamilan tinggi bisa dicegah. (M&B/SW/Foto: Senivpetro/Freepik)