Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Celebrity Talk: Ngobrol Bareng Pemeran Film Dua Hati Biru

Celebrity Talk: Ngobrol Bareng Pemeran Film Dua Hati Biru

Moms, masih ingat dengan film Dua Garis Biru? Film ini mengisahkan tentang dua remaja SMA, Bima dan Dara, yang berpacaran sampai melewati batas sehingga mengakibatkan Dara hamil. Keduanya pun kemudian dihadapkan pada kehidupan yang tak terbayangkan bagi anak seusia mereka, kehidupan sebagai orang tua.

Nah, kini film tersebut hadir kembali dengan sekuelnya, Moms, yakni Dua Hati Biru. Masih disutradai oleh Gina S. Noer, Dua Hati Biru melanjutkan cerita dari film sebelumnya dan membahas kehidupan Bima dan Dara setelah memiliki anak.

Jika di Dua Garis Biru diceritakan bahwa Dara memutuskan melanjutkan pendidikan di Korea setelah melahirkan Adam, anaknya bersama Bima, sementara Bima tetap di Indonesia bersama Adam, maka di Dua Hati Biru cerita tersebut berlanjut di mana setelah menyelesaikan pendidikannya di Korea, Dara kembali ke Indonesia untuk menemui Bima dan anak mereka, Adam, yang sudah berusia 4 tahun. Lalu, bagaimana Bima dan Dara memperjuangkan rumah tangga mereka yang dibangun meski berusia muda?

Untuk mengetahui lebih jauh tentang Dua Hati Biru, M&B mendapat kesempatan untuk ngobrol dengan para pemeran film tersebut, yakni Angga Yunanda (Bima), Aisha Nurra Datau (Dara), dan Keanu AGL (Iki). Yuk, simak keseruan obrolan bersama mereka di M&B Teens’ Talk berikut ini, Moms!


Ceritain sedikit dong, sinopsis Dua Hati Biru?

Angga: Film ini berangkat dari 4 tahun setelah film pertamanya, Dua Garis Biru. Jadi, aku (Bima) di Jakarta membesarkan anak laki-laki bernama Adam dan Dara di Korea karena kuliah. Tapi setelah 4 tahun, akhirnya Dara memutuskan balik lagi ke Jakarta untuk memulai hidupnya bersama keluarga kecilnya, dan Bima selalu berusaha untuk membuat semua keadaan menjadi baik-baik aja.

Tapi, ternyata kehidupan pernikahan itu tidak selalu berjalan dengan mudah. Mungkin kalau kita hubungan LDR selama 4 tahun belakang ini semuanya terasa lebih enak lebih mudah, karena enggak ketemu setiap hari. Tapi, ada banyak hal yang ternyata kalau udah bareng yang awalnya enggak ada masalah jadi ada masalah. Dan itu yang terjadi di pernikahan Bima dan Dara. Ternyata hubungan pernikahan itu enggak semudah kelihatannya. Jadi, kita berusaha untuk meng-capture itu.

Seperti apa perkembangan karakter Bima dan Dara di Dua Hati Biru?

Angga: Karakternya kurang lebih sebenarnya masih sama seperti di film pertama, cuma memang sepertinya ada banyak perkembangan karakter, ada banyak proses pendewasaan yang terjadi di film ini.

Yang paling utama mungkin buat aku pastinya karena sekarang udah ada anak. (Bima) sekarang mengasuh Adam selama 4 tahun, dan itu pasti beda banget. Saat di Dua Garis Biru, Bima punya anak pas umur sekitar 17 tahun. Jadi itu (usia yang) sangat-sangat muda dan pasti banyak hal yang mungkin belum kita persiapkan.

Nurra: Karakter Dara di film ini adalah anak yang udah bertumbuh setelah 4 tahun tinggal di Korea. Dia udah menjadi seorang ibu sekarang. Untuk aku, 4 tahun tinggal di negara orang terus juga tinggal sendiri, menghadapi hidup sendiri, mengalami kuliah sambil bekerja, jadi itu udah pasti meng-upgrade karakter Dara banget, dari anak SMA, hamil, harus berangkat ke Korea mengejar mimpi, menghadapi hidup (di sana), balik lagi ke Jakarta dan ketemu Bima serta harus mengurus anak.


Kalau cerita di film Dua Hati Biru terjadi di hidup kalian, apa yang kalian lakukan?

Nurra: Jujur, enggak siap, sih. Dijadikan pelajaran aja bahwa memang kita pasti punya konsekuensi atas hal yang kita lakukan dan sadar penuh dengan konsekuensi tersebut. Dan itu hal yang lebih baik diantisipasi dari sekarang.

Angga: Aku juga kayaknya enggak siap sih, apalagi kalau misalnya melihat aku di umur 17 tahun kalau dihadapkan pada situasi yang kayak begini kayaknya enggak bakal bisa semudah itu untuk menjalaninya. Karena menurut aku, melihat dari sisi kehidupan yang dipotret di film itu aja udah susah banget, enggak kebayang kalau itu ada di dunia nyata. Pasti akan lebih banyak lagi permasalahan yang muncul dan enggak segampang itu juga untuk bisa menghadapinya, karena bagaimanapun juga berarti usia 16-17 itu harusnya jadi waktu untuk belajar, untuk eksplorasi diri, mengembangkan hal-hal yang disukai, bukan memikirkan hal-hal yang seharusnya belum dipikirkan di usia segitu.

Apa pesan moral yang bisa diambil dari Bima dan Dara di film Dua Hati Biru?

Angga: Sebelum kalian berpikir terlalu panjang, lebih baik nonton filmnya. Kalian pasti bakal merasakan bagaimana susahnya membangun rumah tangga di usia muda. Ada banyak hal yang ternyata tidak seindah, misalnya kayak masa pendekatan atau masa pacaran, karena menurut aku pribadi pernikahan itu another level, stage yang berbeda lagi dalam kehidupan. Jadi, pikirkan baik-baik konsekuensi yang ada, jangan sampai kejadian seperti Dara dan Bima.

Nurra: Kalau menurut aku sadar akan konsekuensi sebelum melakukan sesuatu. Pokoknya sadar akan apa pun yang kamu lakukan itu pasti punya konsekuensi dan be aware apa yang akan terjadi setelah itu. Ingat, nonton film Dua Hati Biru dan lihat sestres apa kita. Hahaa…

Keanu: Intinya menurut gue, jangankan pernikahan, kita aja masih sulit kan, untuk mengerti diri sendiri, karena di film ini Bima dan Dara menikah di situasi yang enggak ideal, di mana mereka juga enggak siap. Mungkin kamu cinta dan bersedia untuk tanggung jawab, tapi bukan cuma itu poinnya. Apakah mental kita juga udah siap? Jadi, menikahlah dengan (kondisi) ideal.

Angga: Terus bukan cuma itu. (Menikah) usia muda itu ada konsekuensi lainnya, seperti tubuh yang mungkin belum siap, dan itu yang terjadi pada Dara. Di film ini rahimnya udah diangkat, jadi otomatis dia enggak bakal bisa punya anak lagi ke depannya. Dan itu sebenarnya hal yang jadi salah satu pertimbangan penting, kita harus berpikir apakah tubuh kita udah siap, emosional kita udah siap, pikiran kita udah siap, semua hal itu udah siap, sebelum ke jenjang pernikahan.

Bima merawat Adam tanpa Dara. Menurut Angga, kasus seperti ini ada pengaruh apa sih, untuk anak?

Angga: Kalau untuk di film ini sebenarnya meskipun Dara enggak langsung hadir secara fisik selama 4 tahun perkembangannya Adam, setidaknya dia (Adam) tetap tahu kalau ibunya ada, sayang, dan care ke dia. Tapi, memang pasti ada hambatan-hambatan yang muncul kalau anak enggak melihat langsung secara fisik orang tua mereka. Pasti kondisi emosional dan lainnya akan ada sedikit renggangnya, dibandingkan jika ia setiap hari bertemu dan berkomunikasi dengan orang tua. Itu yang jadi salah satu konflik yang muncul (di film). Kalau menurut aku, terutama untuk perkembangan anak di usia 1-5 tahun, perkembangan yang penting untuk anak, orang tua harus selalu hadir.

Pengalaman paling seru selama syuting Dua Hati Biru?

Nurra: Kalau aku main ular tangga, haha. Kita selalu main ular tangga, soalnya Farrel (pemeran Adam) suka banget main ular tangga.

Angga: Dia (Farrel) bawa banyak banget mainan, jadi kita bisa main mainannya dia juga kalau lagi gabut, haha. Yang juga seru (waktu  syuting) di Tanah Abang kali, ya.


Kenapa kita harus nonton Dua Hati Biru?

Angga: Seru, heart warming banget. Menurut aku ini salah satu, yang bukan cuma bahan buat seru-seruan, tapi ada hal-hal baik yang bisa kita petik.

Keanu: Banyak banget hal baiknya, ada tentang pertemanan, keluarga, kesetaraan, semuanya dibahas. Film ini warnanya banyak banget, rasanya full. Isunya (yang diangkat film ini) juga penting banget, tapi biasanya orang enggak mau bahas, misalnya hal yang terjadi sama Bima dan Dara. Jadi, harus nonton!

Nah, Moms, menarik banget, kan? Jangan lupa untuk menyaksikan film Dua Hati Biru di bioskop, ya! (M&B/SW/Foto: Dok. M&B)