Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Jehan Djody: Menjadi Career Mom Artinya Tetap Bisa Menjalani Semuanya

Jehan Djody: Menjadi Career Mom Artinya Tetap Bisa Menjalani Semuanya

Bukan darah seni, tapi justru jiwa pebisnis yang turun kepada Jehan Djody dari sang ayah, Setiawan Djody, yang dikenal sebagai seorang seniman dan juga pengusaha terkenal. Di balik kesukaannya pada dunia bisnis, ternyata Jehan juga menyukai olahraga. Inilah yang membuat tubuhnya kuat dan menjadi pendonor organ hati untuk sang ayah pada 2011 lalu.

Sosok Jehan yang mampu menjalani setiap tanggung jawab, baik di dalam pekerjaan maupun sebagai seorang ibu, tentunya bisa menjadi inspirasi buat kita, Moms. Dengan kesibukannya sebagai Head of Sales di salah satu perusahaan F&B, ia pun sangat dekat dengan putranya yang beranjak remaja, Tyaga. Yuk, kenal lebih dekat dengan sosok Jehan Djody dan simak wawancara eksklusifnya bersama Mother & Beyond berikut ini, Moms!

Apa kesibukan Jehan saat ini?

Selain bekerja sebagai Head of Sales di salah satu perusahaan F&B, saat ini aku juga sedang menjalani program untuk mempersiapkan diri ikut maraton tahun depan. Selain itu, ya mengurus keluarga saja.

Saat kuliah, Anda memilih jurusan desain, dan sempat juga menjadi model. Namun, saat ini menjalani karier di bidang marketing F&B. Kenapa memilih profesi ini?

Iya, dulu aku sempat menjadi model untuk beberapa photoshoot saja dan kuliah di American InterContinental University London jurusan Design and Applied Arts. Tapi, saat kuliah, karena tinggal sendiri dengan peralatan masak yang lengkap di apartemen, aku jadi suka masak. Adikku yang saat itu juga tinggal di negara yang sama tapi beda kota juga sering main ke apartemenku untuk menikmati masakan aku. Setelah selesai kuliah, aku juga sempat ambil kursus memasak dan bekerja sebagai pegawai katering di London.

Lalu, saat aku kembali ke Jakarta, aku langsung dihubungi oleh salah satu perusahaan F&B. Sejak saat itulah aku menjalani karier sebagai wanita yang bekerja di kantoran. Jadi, memang sudah mengenal dunia F&B sejak lama dan bertahan untuk berkarier di bidang ini sampai sekarang.

Apa kesulitan yang Anda alami saat ini dengan menjalani peran sebagai ibu bekerja?

Tentunya sulit, terutama saat Tyaga masih kecil, ya. Saat itu dia masih berusia 4 tahun dan aku sempat bekerja di salah satu hotel di Jakarta. Karena sebagai hotelier pasti punya jam kerja yang panjang, aku jadi kesulitan menemani Tyaga. Saat itu aku hanya bisa ketemu waktu mengantarnya ke sekolah, sedangkan di malam hari dia sudah mau tidur.

Jadi, kesulitannya saat membagi waktu di mana aku harus berusaha lebih, seperti bangun lebih pagi untuk bisa meluangkan waktu lebih banyak dengan Tyaga. Kalau sedang ada event di waktu tertentu, misalnya di akhir pekan, dan membuat aku harus stand by di tempat kerja lebih lama lagi, aku akan minta ke atasan untuk bisa menginap dengan keluarga. Jadi aku tetap bisa bekerja dan sekaligus bisa menghabiskan waktu bersama keluarga.

“Business is gambling. Either you try it or you fail”. Dan sepanjang pengalamanku, aku usahakan untuk mengejar karierku dalam bekerja. Dan tentunya, tidak boleh patah semangat.

Apakah pekerjaan Jehan memengaruhi tumbuh kembang Tyaga?

Seiring berjalannya waktu, Tyaga memang akhirnya bisa mengerti dengan pekerjaan saya yang memang durasinya panjang. Tapi, ternyata kondisi ini membuatnya punya trauma. Jadi setelah pandemi, aku memutuskan untuk kembali bekerja kantoran lagi dan Tyaga bilang “Oh no! Nanti Mami pulangnya malam terus.” Itu yang dia ingat. Aku pun mencoba memberi pengertian ke dia dan Tyaga pun menerima keputusan aku itu. So far so good.

Siapa yang menjaga Tyaga saat Jehan bekerja?

Sebelumnya memang ada asisten rumah tangga yang menemani Tyaga. Lalu saat pandemi, aku dan Tyaga tinggal di rumah orang tua aku. Jadi dia juga cukup akrab dengan kakek dan neneknya. Kalau sekarang, karena kami sudah tinggal di apartemen, jadi Tyaga sendiri saja. Toh, dia sudah mulai beranjak remaja, jadi sudah mulai mandiri dan tidak perlu dititipkan lagi.

Seperti apa kedekatan Jehan dan Tyaga?

Aku selalu luangkan waktu untuk Tyaga. Kami pasti ada waktu untuk saling cerita, berpelukan. Kedekatan yang rasanya cuma Tyaga dan aku yang tahu, ya, hahaha.

Di 2022, Jehan memutuskan untuk kembali menikah dengan Hari Hoedojo setelah beberapa tahun berdua saja dengan Tyaga. Bagaimana cara untuk menyatukan keluarga, khususnya Tyaga dengan ayah sambungnya dan Radi, kakak sambungnya?

Aku mengenalkan Tyaga ke calon ayah sambungnya saat itu setelah beberapa bulan kami menjalani hubungan. Lalu pada satu waktu setelahnya, kami berempat bertemu untuk makan malam bersama. Pernah juga aku biarkan mereka bertiga punya boys night out dan ternyata bisa jadi makin dekat. Sebenarnya tidak ada cara khusus untuk membuat Tyaga bisa dekat dengan ayah atau kakak sambungnya. Seiring berjalannya waktu, aku rasa nanti mereka juga akan dekat dengan sendirinya.

Tyaga dan Radi punya perbedaan usia yang cukup jauh, bagaimana pola asuh yang diterapkan?

Radi sendiri sudah kuliah dan tinggal terpisah dengan kami. Jadi, pola asuh yang utama memang ke Tyaga. Dan karena umurnya yang sudah mulai masuk remaja, jadi sekarang aku sudah membiasakan Tyaga untuk mandiri, apalagi karena aku dan papanya juga bekerja.

Pada awalnya tentu berat buat aku, bahkan aku telepon Tyaga terus setiap jam cuma untuk tahu kabarnya. Tapi, aku sadar kalau hal ini justru membuatnya jadi tidak percaya diri dan sekarang kebiasaan aku ini sudah berkurang.

Jehan pernah mendonorkan organ hati untuk sang ayah, Setiawan Djody, ketika ia didiagnosis penyakit kelainan liver. Apakah ada pengaruh yang Anda rasakan sekarang dengan berkurangnya satu organ hati di dalam tubuh?

Enggak ada, kok. Sampai sekarang aku sehat, nih. Memang salah satu yang menjadi pertimbangan dari dokter saat itu bahwa pendonor yang menjadi sakit itu 1:1.000. Karena penjelasan ini dan memang aku yang cocok menjadi pendonor untuk papaku saat itu, ya, aku jalani prosesnya.

Apakah hal ini juga yang membuat Anda jadi rutin untuk berolahraga untuk menjaga kesehatan tubuh?

Bukan, dong. Aku memang suka olahraga sejak kecil, dan salah satu yang jadi favoritku adalah tenis. Lalu saat SMA juga rutin nge-gym, sampai sempat ketagihan melakukan hot yoga juga. Tapi, kalau sekarang aku suka olahraga lari dan lagi persiapan untuk maraton nanti.

Aku bangun saat subuh, lalu menyiapkan makanan untuk anak dan suamiku, dan aku bangga akan hal itu. Ini pun jadi bentuk apresiasi untuk diriku sendiri dan juga love language yang aku berikan untuk mereka yang aku sayang.

Tumbuh di keluarga pebisnis, apa pesan dalam berkarier yang paling Jehan ingat dari kedua orang tua?

Papaku pernah bilang “Business is gambling. Either you try it or you fail”. Dan sepanjang pengalamanku, aku usahakan untuk mengejar karierku dalam bekerja. Dan tentunya, tidak boleh patah semangat.

Boleh berikan tips untuk Moms cara membagi waktu antara bekerja dan keluarga?

Pokoknya jangan pernah bilang “Aduh, enggak bisa begini, enggak bisa begitu”. Bukan. Semua bisa kok, dilakukan. Yang penting harus ada rencana dan bisa menjalaninya, mulai dari bangun tidur, masak, olahraga, luangkan waktu dengan keluarga, dan juga bekerja. Tidak ketinggalan harus menjaga kesehatan, karena bagaimana kita memilih gaya hidup itu yang terpenting.

(M&B/Vonia Lucky/SW/Foto: Gustama Pandu Pawenang/Digital Imaging: Ragamanyu Herlambang/MUA: Inez Febiola (@inezfab)/Hairsylist: Winda Juniansa (@windajuniansa.artist)/Stylist: Gabriela Agmassini/Wardrobe: Sora (@sorastudio_id)/Lokasi: AYANA Midplaza Jakarta (@ayanajakarta))