Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Indonesia Kembangkan Telerobotic Surgery, Inovasi Bedah yang Hilangkan Hambatan Geografis

Indonesia Kembangkan Telerobotic Surgery, Inovasi Bedah yang Hilangkan Hambatan Geografis

Kongres Urological Association of Asia (UAA) akan kembali diadakan di Indonesia pada 5-8 September 2024 mendatang. Kongres yang merupakan puncak pertemuan urologi di Asia ini akan dilaksanakan di Bali dan diperkirakan sekitar 5.000 ahli urologi dari 60 negara, terutama di Asia, akan mengikutinya.

Salah satu yang menjadi highlight adalah pemaparan kemajuan teknologi bedah robotik yang paling mutakhir serta demonstrasi langsung bedah telerobotik yang akan dilaksanakan dari Denpasar dan terhubung dengan ahli di Beijing/Shenzhen, dengan jarak sekitar 8.500 km.

Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD-KEMD., PhD, Wakil Menteri Kesehatan RI dalam sambutannya menyatakan bahwa Kemenkes mendukung terlaksananya UAA 2024 untuk mendorong perkembangan teknologi mutakhir yang sedang ingin dikembangkan di Indonesia: bedah telerobotik (telerobotic surgery).

“Telerobotic surgery menguntungkan untuk mengisi kekurangan dokter spesialis bedah dan menghilangkan hambatan geografis sehingga membantu para dokter bedah dan pasien di daerah terpencil agar dapat memiliki akses ke prosedur bedah terbaru,” jelasnya.

Robotic Telesurgery sendiri merupakan salah satu use case inovatif pemanfaatan internet 5G, memungkinkan dokter bedah untuk melakukan tindakan operasi terhadap pasien secara jarak jauh dan real-time, termasuk untuk kasus-kasus urologi.

Teknologi bedah robotik kini telah berkembang menjadi telerobotik, artinya bisa dilakukan dari jarak jauh. Dokter berada di tempat yang berbeda dengan pasien dan robotlah yang menjadi perpanjangan tangan dokter tersebut.

Prof. dr. Ponco Birowo, SpU(K), PhD, President Elect of the Urological Association of Asia (UAA) dan Chairman Local Organizing Committee menjelaskan, “Kami memiliki harapan besar, khususnya bagi Indonesia, agar ke depannya mampu menjalankan bedah telerobotik secara mandiri. Hal ini tentu sangat berguna bagi peningkatan kualitas hidup pasien di Indonesia,” tambahnya.

Terkait dengan banyaknya penyakit yang tergolong penyakit urologi, Prof. dr. Chaidir A. Mochtar, SpU(K), Ph.D, selaku Ketua Kolegium Urologi Indonesia dan dokter spesialis urologi, menjelaskan bahwa ada beberapa gejala tertentu yang bisa menunjukkan bahwa seseorang mungkin perlu menemui dokter urologi untuk pemeriksaan lebih lanjut.

“Beberapa gejala yang mengindikasi adanya kemungkinan penyakit urologi seperti adanya darah dalam urine, sakit saat buang air kecil, perubahan pola buang air kecil, inkontinensia (kesulitan menahan kencing atau bocor), nyeri di perut bagian bawah, ISK terlalu sering, atau pada pria bisa juga terjadi perubahan massa pada testis dan disfungsi ereksi. Jika mengalami hal-hal tersebut, ada patutnya kita curiga dan menemui dokter ahli,” kata Prof. Chaidir. 

“Memang, salah satu hambatan atau kendalanya adalah masyarakat cenderung abai, dan bahkan enggan memeriksakan diri karena takut didiagnosis penyakit tertentu. Tapi itu pemikiran yang salah, sebab jika ditemukan sejak awal, tentu akan bisa mendapatkan penanganan yang tepat. Dan jika diperlukan tindakan tertentu, pasien juga kini memiliki banyak pilihan teknologi inovatif, salah satunya yang sedang diuji coba di Indonesia yaitu telerobotic surgery,” jelasnya.

Ia menambahkan, jika teknik ini bisa dijalankan segera di Indonesia, tentu mampu memberikan keuntungan bagi pasien dan dokter. “Beberapa di antaranya adalah mampu menjangkau wilayah-wilayah terpelosok dan kualitas pelayanan RS pun jadi merata, mengeliminasi perjalanan jarak jauh apalagi bagi pasien yang sudah terminal, penggunaan teknologi robotik mampu meningkatkan akurasi bedah dan meminimalisasi rasa sakit, serta mengurangi infeksi atau penularan virus yang bisa terjadi jika pasien berpindah-pindah ke rumah sakit lain. Ditambah lagi, teknik ini memungkinkan adanya kolaborasi antar dokter bedah sehingga hasil lebih maksimal,” tuturnya. (M&B/SW/Foto: Dok. Eugenia)