Masa transisi dari menyusui dan memberikan makanan pendamping ASI (MPASI) untuk Si Kecil mungkin menghadirkan perasaan campur aduk bagi setiap orang tua. Moms bisa jadi sangat excited memikirkan makanan apa saja yang nanti akan diberikan kepada Si Kecil. Namun, di sisi lain, timbul pertanyaan, sudahkah Si Kecil benar-benar siap makan makanan selain ASI?
Seperti diketahui, umumnya pemberian MPASI dilakukan saat bayi sudah berusia 6 bulan. Hal ini dikarenakan Si Kecil membutuhkan lebih banyak energi dan nutrisi untuk tumbuh kembangnya, sementara pemberian ASI saja sudah tidak bisa memenuhi kebutuhannya. Namun, nyatanya tak sedikit ibu yang masih kebingungan terkait waktu pemberian MPASI pada anak, bahkan ada pula yang memberikan MPASI telalu dini, sebelum usia 6 bulan. Terkait hal ini, adakah bahayanya?
Waspadai bahayanya, Moms!
Tumbuh kembang setiap bayi memang berbeda-beda. Begitu pun dengan kesiapannya mengonsumsi MPASI. Ada bayi yang mungkin siap untuk makan makanan padat sedikit lebih awal di rentang usia 4-6 bulan, sementara yang lainnya sedikit lebih lambat, yaitu di usia 6-8 bulan. Namun, berdasarkan berbagai sumber yang telah M&B rangkum, pemberian MPASI terlalu dini pada anak bisa menyebabkan risiko berbahaya, seperti:
1. Alergi
Melansir laman National Library of Medicine, pengenalan makanan padat terlalu dini pada bayi diketahui dapat meningkatkan risiko alergi di kemudian hari. Berdasarkan studi EAT (Enquiring About Tolerance), yang dilakukan pada 1.303 bayi yang diberikan ASI eksklusif dan diperkenalkan pada 6 makanan alergen (kacang tanah, telur matang, susu sapi, wijen, ikan, dan gandum) pada usia 4 bulan, ditemukan bahwa pada usia 36 bulan, 2,4% dari kelompok yang mengonsumsi MPASI dini mengalami alergi terhadap satu atau lebih makanan, dibandingkan 7,3% dari kelompok yang diperkenalkan pada makanan padat setelah usia 6 bulan. Hal ini bisa terjadi karena sistem imunitas bayi di bawah usia 6 bulan belum optimal.
2. Obesitas
Selain alergi, risiko obesitas juga bisa dialami akibat pemberian MPASI terlalu dini. Berdasarkan sejumlah studi, ditemukan bahwa pengenalan MPASI dini pada anak menyebabkan adanya peningkatan risiko obesitas anak hingga 6 kali lipat pada usia 3 tahun, dibandingkan jika anak tidak diberikan MPASI terlalu dini. Studi lainnya menyebutkan bahwa di negara maju pengenalan MPASI pada bayi lebih awal rentan kaitannya dengan obesitas dan peningkatan lemak tubuh yang merupakan faktor risiko diabetes.
3. Mempengaruhi mikrobioma usus
Secara singkat, mikrobioma usus merupakan jumlah total mikroorganisme yang hidup di usus manusia. Selama pemberian ASI eksklusif, mikrobioma usus bayi mengandung lebih banyak bifidobacteria dan enterobacteriacae dengan jumlah streptococcus, lachnospiracaie, lactobacilli, dan spesies clostridial yang lebih sedikit.
Sementara dengan diperkenalkannya MPASI, spesies bifidiobacteriae, enterobacterial, lactobacilli, dan clostridial menurun, dan fermentasi serat lachnospiracaie, bacteriodes, dan ruminococcace meningkat. Nah, keragaman mikroba yang rendah di awal kehidupan Si Kecil ini dikaitkan dengan peningkatan risiko kolik infantil, eksim, asma, dan diabetes tipe 1.
4. Risiko tersedak
Otot mulut bayi yang berusia di bawah 4 bulan belum cocok untuk makan makanan padat dan sering kali terjadi masalah dengan koordinasi menelan, sehingga ini bisa meningkatkan kemungkinan tersedak.
Tanda bayi siap makan
Pemberian MPASI pada Si Kecil bisa dimulai saat ia sudah menunjukkan tanda siap makan. Biasanya di usia 6 bulan, sebagian besar bayi telah menunjukkan tanda-tandanya, seperti:
1. Bayi menunjukkan ketertarikan pada makanan yang dimakan orang lain.
2. Bayi bisa duduk tegak dengan sedikit atau tanpa dukungan.
3. Bayi bisa menegakkan kepalanya.
4. Bayi mulai mengambil makanan lunak.
5. Bayi mulai memasukkan makanan tersebut ke dalam mulutnya.
6. Bayi mulai menjulurkan lidah dan menjilat sendok. (M&B/Vonda Nabilla/SW/Foto: /Freepik)
- Tag:
- bahaya MPASI dini
- MPASI
- bayi