Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Mom of the Month: Radhini Aprilya

Mom of the Month: Radhini Aprilya

Lebih dikenal sebagai seorang podcaster lewat podcast RAPOT yang ia buat bersama para sahabatnya, siapa sangka kalau Radhini Aprilya masih memiliki ambisi untuk mengeluarkan karya bermusiknya sebagai penyanyi yang sebenarnya telah lebih dulu ia geluti. Hanya saja, setelah menjadi ibu dari seorang anak perempuan, Imani (5 tahun), Radhini merasa kesulitan untuk merilis lagu baru.

Meski begitu, kehidupan barunya sebagai seorang ibu tetap membahagiakan bagi Radhini. Apalagi, kini ia sudah lebih bisa menyeimbangkan kehidupannya sebagai seorang ibu, seorang istri, dan sebagai dirinya sendiri. Tak ada alasan lagi bagi Radhini untuk mengabaikan kebahagiaan dirinya sendiri, karena ia percaya seorang ibu juga berhak menjadi diri sendiri dan menemukan kebahagiaan.

Lalu bagaimana cara Radhini membersamai keluarga dengan tetap berkarya dan menemukan kebahagiaan untuk dirinya sendiri? Simak obrolan eksklusif Radhini yang menjadi Mom of the Month Desember 2024 bersama Mother & Beyond berikut ini, Moms!

Hal apa yang paling membahagiakan setelah jadi ibu?

Melihat perkembangan dan milestone Imani itu membahagiakan banget buat aku. Terus, melihat ada yang senang dengan kehadiran aku juga jadi sesuatu yang menyenangkan banget dan enggak pernah aku sangka sebelumnya.

Bagaimana membagi peran dengan suami dalam mengasuh anak?

Dari awal, suamiku sudah ikut serta mengurus Imani. Waktu Imani masih bayi, bahkan dia yang mandiin dan gantiin popok, karena kami merasa kalau anak itu enggak bisa cuma sama ibunya aja, dia juga mesti dekat sama bapaknya. Suamiku bisa melakukan semuanya kecuali menyusui ya, haha. Jadi, gantian saja siapa yang lagi bisa megang Imani. Apalagi aku kan kerja juga. Semakin Imani besar, pembagiannya lebih jelas lagi, misalnya kalo sama bapaknya tuh bagian yang main, kalau sama aku biasanya makan, belajar, atau hapalan doa-doa.

Pernahkah ada perbedaan pola asuh dengan suami?

Tentu saja, haha. Misalnya untuk urusan sekolah Imani, sempat ada pemahaman yang berbeda. Kalau aku tuh lebih ngulik, lebih riset dulu sekolah apa sih yang cocok buat Imani. Selain riset, aku konsul dulu ke psikolog. Sementara kalau suamiku tuh mikirnya udahlah sekolah di mana aja juga sama. Padahal kan enggak gitu, ya. Kita pasti ingin anak dapat sekolah yang terbaik.

Lalu bagaimana mengatasi perbedaan tersebut?

Aku biasanya langsung libatkan suamiku secara penuh terhadap semua keputusan yang aku buat. Misalnya untuk masalah sekolah, ya, aku ajak dia untuk ke psikolog, lihat sekolahnya juga. Lucunya, setelah udah diajak ke psikolog, malah dia yang lebih excited dan banyak nanya. Di momen itu rasanya aku mau bilang, "tuh kan!".

Aku selalu bilang ke Imani, jadi cantik dan pintar itu memang penting, tapi in the end, it doesn’t matter. Yang paling penting tetap jadi orang baik dan enggak menyusahkan orang lain.

Value hidup apa yang sudah ditanamkan ke Imani?

Value yang paling penting dan menurut aku harus diutamakan diajarkan ke anak itu adalah jadi orang baik dan bermanfaat bagi orang sekitar. Aku selalu bilang ke Imani, jadi cantik dan pintar itu memang penting, tapi in the end, it doesn’t matter. Yang paling penting tetap jadi orang baik dan enggak menyusahkan orang lain.

Bagaimana cara mengajarkan value tersebut?

Aku selalu memasukkan value-value tersebut dari cerita atau kejadian sehari-hari. Misalnya, Imani mengalami hal yang tidak menyenangkan, aku akan tanya dia dulu gimana perasaan dia, apa yang dia lakukan untuk menghadapi masalah itu, dan apa yang dia mau. Jadi, setelah dia memberikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, baru aku kasih nasihat dan value-value yang sesuai dengan value keluarga. Dari percakapan tersebut, aku jadi tahu seperti apa pemikiran Imani. Jadi, daripada buru-buru ngasih nasihat atau langsung marah, aku lebih suka nanya dulu. Itu yang aku lakukan untuk menanamkan value keluarga ke Imani.

Selain itu, yang paling basic lagi yang aku terapkan sehari-hari ke Imani itu, sesimpel 3 magic words: tolong, terima kasih, dan maaf. Udah deh, kalau dia sudah terbiasa melakukan itu, aman hidupnya. Harapannya ke depannya dia bisa tumbuh menjadi anak yang makin baik setiap harinya.

Aku termasuk orang yang cukup ambisius dalam melakukan banyak hal. Sementara setelah jadi ibu kan semua harus dikompromikan. Nah, momen kompromi itu yang aku rasa sulit banget. Makanya aku merasa seperti kehilangan jati diri.

Apa momen paling menantang setelah jadi ibu?

Buat aku momen paling menantang itu saat awal-awal Imani baru lahir. Aku sampai merasa kehilangan jati diri. Semenjak hamil aku enggak mengeluarkan karya musik sama sekali, karena aku kewalahan banget mengurus bayi. Aku juga kesulitan meregulasi emosiku.

Aku termasuk orang yang cukup ambisius dalam melakukan banyak hal. Sementara setelah jadi ibu kan semua harus dikompromikan. Nah, momen kompromi itu yang aku rasa sulit banget. Makanya aku merasa seperti kehilangan jati diri. Sampai akhirnya aku mencoba berdamai dengan keadaan, dengan diri sendiri. Ada bantuan dari support system juga. Aku grateful banget dengan kehadiran mbak yang bantu aku jaga Imani. Rasanya kalau enggak ada dia, aku enggak bisa berkarya lagi. Kemudian aku menyadari kalau yang aku butuhkan adalah kehadiran support system. Soalnya dulu setahun pertama punya anak, aku maunya mengurus semuanya sendiri. Pokoknya hanya aku yang bisa ngurus Imani, eh ujung-ujungnya malah stres.

Aku ingin jadi ibu yang berdaya. Selain ingin tetap bisa berkarya, aku juga ingin jadi role model pertamanya Imani. Aku ingin Imani melihat kalau ibunya, walaupun sudah berkeluarga, tetap bisa berkarya untuk dirinya sendiri.

Apa yang memotivasi Radhini untuk tetap bekerja setelah punya anak?

Aku ingin jadi ibu yang berdaya. Selain ingin tetap bisa berkarya, aku juga ingin jadi role model pertamanya Imani. Aku ingin Imani melihat kalau ibunya, walaupun sudah berkeluarga, tetap bisa berkarya untuk dirinya sendiri. Jadi supaya kelak Imani bisa tahu bahwa perempuan meskipun sudah berkeluarga, tetap bisa berdaya dan berkarya untuk diri sendiri.

Bagaimana diskusi dengan suami jika Radhini tetap ingin bekerja setelah menikah? Apakah suami mendukung penuh?

Dari awal aku sudah bilang dengan suamiku bahwa setelah menikah dan punya anak, aku tetap ingin menjadi diriku sendiri. Jadi, tolong jangan ubah aku menjadi orang yang tidak aku inginkan dan tidak aku suka. Untungnya dia mengerti dan mendukung. Apalagi bidang pekerjaan kami sama, jadi dia lebih paham kalau secara waktu pekerjaan aku akan lebih fleksibel. 

Selama jadi ibu, pernahkah menyesali keputusan yang diambil untuk Imani?

Ada banget, yaitu soal pola makan Imani. Mestinya aku enggak seidealis itu. Dulu aku terlalu banyak membaca informasi sampai akhirnya malah terlalu kaku untuk urusan MPASI Imani dan anaknya malah jadi GTM. Andai saja dulu aku enggak banyak ketakutan, mungkin Imani enggak sesusah itu makannya.

Seperti apa quality time yang dilakukan berdua dengan suami untuk menjaga keharmonisan sebagai pasangan?

Aku sama suami selalu berusaha untuk menyempatkan waktu minimal untuk makan berdua. Aktivitas yang juga sering kami lakukan adalah nonton konser berdua, karena kebetulan kami berdua suka musik. Menurut aku itu penting banget sih, untuk merekatkan relasi kami sebagai suami istri. Jadi, aku dan suami memang mengagendakan secara khusus untuk datang ke konser atau festival musik. Apalagi kalau ada teman-teman kami yang manggung di acara tersebut.

(M&B/RF/Photographer: Gustama Pandu/Digital Imaging: Raghamanyu Herlambang/Stylist: Gabriela Agmassini/MUA: Arimbi (@arimbi_mua)/Hair Stylist: Meilanie Emanuella (@_meilanie)/Wardrobe Radhini Aprilya: Josephine Anni (@josephineanni)/Wardrobe Imani: The Wonders Crew (@thewonders_crew))