Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Moms dan Dads, Ini Akibatnya Jika Anak Sering Dibentak dan Dipukul

Moms dan Dads, Ini Akibatnya Jika Anak Sering Dibentak dan Dipukul

Setiap orang tua ingin anaknya tumbuh menjadi individu yang bahagia, sehat, dan mampu menghadapi berbagai tantangan hidup. Namun, cara mendidik anak sering kali menjadi penentu utama dalam membentuk kepribadian dan emosinya. Salah satu metode yang harus benar-benar dihindari adalah membentak dan memukul anak. Akan ada dampak negatif dan akibatnya jika anak sering dibentak dan dipukul.

Akibat anak sering dibentak dan dipukul

Ini sejumlah akibat jika anak sering dibentak dan dipukul.

1. Terganggunya perkembangan emosional

Anak yang sering dibentak dan dipukul sering kali mengalami kesulitan dalam mengembangkan kontrol emosional yang sehat. Tindakan ini mengajarkan anak bahwa kekerasan atau agresi adalah cara untuk menyelesaikan masalah. Akibatnya, anak bisa tumbuh menjadi individu yang cenderung agresif, atau di sisi lain, terlalu pasif karena takut berekspresi.

Ketakutan yang terus-menerus dapat menciptakan stres kronis pada anak, yang secara langsung berdampak pada perkembangan psikologisnya. Menurut studi yang diterbitkan American Academy of Pediatrics, paparan terhadap kekerasan verbal maupun fisik dapat merusak kesehatan mental anak dalam jangka panjang, termasuk memicu kecemasan dan depresi.

2. Rendahnya rasa percaya diri

Ketika anak sering dimarahi dengan kata-kata kasar atau dipukul sebagai bentuk hukuman, ia akan mulai merasa bahwa dirinya tidak cukup baik. Pesan seperti ini tertanam jauh di dalam alam bawah sadarnya, yang akhirnya mengikis rasa percaya dirinya.

3. Rusaknya hubungan orang tua dan anak

Tindakan membentak dan memukul tidak hanya menyakiti anak secara fisik dan emosional, tapi juga bisa menghancurkan kepercayaan antara orang tua dan anak. Anak yang merasa takut kepada orang tuanya cenderung menjauh atau bahkan menyembunyikan hal-hal penting tentang dirinya karena takut dihukum. Padahal, interaksi positif antara orang tua dan anak sangat penting untuk membangun hubungan yang sehat.

Kenapa tak boleh membentak dan memukul anak?

1. Anak belajar dengan mencontoh

Seorang anak adalah cermin dari lingkungannya. Perilaku Moms dan Dads sebagai orang tua akan menjadi contoh yang ditiru anak. Jika anak sering melihat Anda membentak atau menggunakan kekerasan, ia cenderung menganggap perilaku tersebut normal dan membawanya saat berinteraksi dengan orang lain.

2. Efek jangka panjang pada otak anak

Penelitian menunjukkan bahwa paparan terhadap kekerasan verbal dan fisik pada masa kanak-kanak dapat menghambat perkembangan otak. Area di otak yang bertanggung jawab atas pengaturan emosi menjadi hiperaktif karena seringnya mengalami stres. Hal ini menyebabkan anak lebih sulit mengelola emosinya di masa depan.

3. Menghancurkan jalur komunikasi yang sehat

Anak yang sering dibentak lebih cenderung merasa bahwa kebutuhan emosionalnya tidak dihargai, sehingga menjauhkan diri dari orang tuanya. Sebaliknya, anak yang merasa didukung cenderung lebih terbuka dalam berbagi perasaan dan masalahnya, yang pada akhirnya memperkuat hubungan keluarga.

Positif dalam mendidik anak

Sebagai orang tua, penting untuk selalu mengingat bahwa setiap anak belajar dan bereaksi terhadap situasi secara berbeda. Berikut ini beberapa metode disiplin positif yang bisa menggantikan tindakan membentak atau memukul anak.

1. Komunikasi dengan nada tenang

Saat anak melakukan kesalahan atau berperilaku buruk, cobalah untuk tetap tenang dan komunikasikan dengan nada rendah. Jelaskan mengapa perilaku tersebut tidak dapat diterima dan tawarkan solusi untuk memperbaikinya. Misalnya, jika anak memukul temannya, Moms bisa mengatakan, "Memukul itu tidak baik karena bisa menyakiti temanmu. Bagaimana kalau kita belajar meminta maaf kepada teman?"

2. Terapkan konsekuensi yang relevan

Daripada membentak, berikan konsekuensi yang sesuai untuk tindakan anak. Misalnya, jika anak tidak merapikan mainannya, Anda dapat mengambil waktu bermain lainnya sampai ia belajar tanggung jawab. Pastikan konsekuensi berlangsung konsisten agar anak memahami batasan yang jelas.

3. Puji perilaku positif

Saat anak melakukan sesuatu yang baik, seperti berbagi atau membantu orang lain, beri ia penghargaan atas usahanya. Pujian sederhana seperti, "Mama bangga karena kamu mau berbagi dengan adikmu," bisa memotivasinya untuk terus berperilaku baik.

4. Ajarkan anak mengelola emosi

Saat anak merasa frustrasi atau marah, ajari ia cara mengenali dan mengelola emosi tersebut. Anda bisa mengajarkan teknik pernapasan dalam untuk menenangkan diri atau meminta anak untuk menggambar perasaannya sebagai cara untuk menyalurkan emosinya.

5. Luangkan waktu untuk bermain dan berbicara

Anak-anak membutuhkan perhatian positif dari orang tuanya. Luangkanlah waktu setiap hari untuk bermain, mengobrol, atau membaca buku bersama anak. Aktivitas ini akan memperkuat bonding Anda dengan anak.

Baca juga: Tanpa Kekerasan dan Ancaman, Ini 10 Teknik Disiplin Positif untuk Anak

Membesarkan anak memang bukan tugas mudah. Namun, membentak atau memukul anak bukanlah solusi. Pilihlah pendekatan disiplin yang positif untuk membangun hubungan sehat dengan anak dan mendukung perkembangan emosinya. Ingat, setiap interaksi dengan anak adalah peluang untuk mengajarkannya tentang cinta, hormat, dan tanggung jawab. (M&B/Ayu/SW/Foto: Freepik)