
Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram dan Youtube Mother & Beyond
Melahirkan adalah salah satu pengalaman paling mengubah hidup bagi seorang perempuan. Pasalnya, setelah bayi lahir, tubuh seorang ibu tidak hanya menjalani pemulihan fisik, tapi juga mengalami banyak perubahan hormon yang bisa memengaruhi tubuh dan emosi secara keseluruhan. Itulah pentingnya mengetahui cara mengelola perubahan hormon pascamelahirkan. Dengan begitu, Moms dapat menjalani masa-masa postpartum dengan menyenangkan.
Kali ini M&B telah merangkum beragam info penting mengenai perubahan hormon pascapersalinan yang perlu Anda ketahui. Yuk, simak penjelasan lengkapnya berikut ini, Moms!
Apa yang terjadi pada hormon setelah melahirkan?
Setelah melahirkan, tubuh seorang ibu mengalami fluktuasi hormon yang signifikan. Kondisi ini bisa memengaruhi tubuh dan emosi Anda dalam berbagai cara. Secara fisik, Moms mungkin mengalami kelelahan, perubahan berat badan, atau ketidaknyamanan pada sendi. Selain itu, perubahan hormon bisa memengaruhi produksi ASI.
Secara emosional, beberapa ibu mungkin merasakan baby blues atau bahkan depresi pascamelahirkan. Kondisi ini bisa menyebabkan perasaan sedih, mudah tersinggung, atau cemas yang intens. Namun, penting untuk diingat bahwa ini adalah reaksi normal tubuh yang sedang beradaptasi.
Beberapa hormon yang paling terpengaruh pascapersalinan meliputi:
1. Progesteron dan estrogen
Saat hamil, kadar progesteron dan estrogen sangat tinggi untuk mendukung kehamilan. Namun, setelah persalinan, kedua hormon ini turun drastis. Penurunan ini bisa memicu beberapa gejala seperti kelelahan, mood swings, hingga baby blues.
Baca juga: Penting Diketahui, Ini Efek Progesteron Selama Kehamilan
2. Oksitosin
Hormon yang sering disebut "hormon cinta" ini meningkat pascapersalinan, terutama selama menyusui. Oksitosin membantu menciptakan rasa kasih sayang terhadap bayi serta memfasilitasi kontraksi rahim agar kembali ke ukuran normal. Namun, kurangnya tidur atau stres dapat menghambat efek positif hormon ini.
3. Prolaktin
Prolaktin, hormon penting untuk produksi ASI, juga meningkat secara signifikan. Perubahan pada prolaktin ini bisa memengaruhi suasana hati, menyebabkan beberapa perempuan merasa lebih emosional.
4. Kortisol
Kortisol, sering disebut hormon stres, biasanya meningkat pascamelahirkan karena tubuh beradaptasi dengan tantangan merawat bayi baru lahir. Namun, kadar kortisol yang tinggi dan terus-menerus bisa menyebabkan kelelahan atau rasa kewalahan.
5. Relaksin
Hormon ini membantu melembutkan sendi dan ligamen selama kehamilan untuk bersiap menghadapi persalinan. Setelah melahirkan, kadar relaksin perlahan menurun, tapi ini juga bisa menyebabkan nyeri atau ketidakstabilan sendi di awal-awal pascapersalinan.
Cara mengelola perubahan hormon pascapersalinan
Mengelola perubahan hormon pascamelahirkan bukanlah hal mudah, tapi ada banyak langkah yang bisa membantu Moms merasa lebih baik. Berikut ini beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk menghadapi perubahan hormon pascapersalinan.
1. Berbagi perasaan dan cari dukungan
Tidak ada salahnya merasa lelah, sedih, atau kewalahan. Namun, bagikan berbagai perasaan dan emosi yang Moms rasakan tersebut dengan pasangan, keluarga, atau teman dekat. Anda juga bisa bergabung dalam komunitas ibu baru, baik secara online maupun offline. Pasalnya, dukungan emosional sering kali menjadi obat terbaik.
Jika perasaan sedih dan cemas berkelanjutan atau makin buruk, konsultasikan dengan ahli profesional, seperti psikolog atau konselor postpartum.
2. Memberikan waktu untuk pemulihan
Tubuh Moms telah bekerja keras selama kehamilan dan persalinan. Karena itu, berikan waktu buat tubuh untuk pulih. Hindari merasa terburu-buru untuk kembali ke rutinitas sebelum melahirkan. Jika memungkinkan, mintalah pasangan atau keluarga membantu mengurus bayi, sehingga Anda bisa mendapatkan istirahat yang cukup.
3. Perhatikan pola makan
Makan makanan bergizi bisa membantu menyeimbangkan hormon Anda pascapersalinan. Cobalah fokus pada makanan yang kaya:
- Omega-3 (seperti ikan salmon, kenari, dan biji chia) untuk membantu mengatur suasana hati
- Protein tanpa lemak untuk mendukung energi Anda
- Buah dan sayuran untuk menjaga hidrasi dan memberikan vitamin penting.
Hindari makanan yang tinggi gula atau terlalu banyak kafein, karena hanya akan memperburuk kondisi Anda.
4. Tetapkan jadwal tidur
Tidur tentu menjadi tantangan besar bagi ibu baru. Meskipun begitu, usahakan untuk tidur saat Si Kecil tidur. Bahkan tidur singkat selama 15-20 menit sudah bisa membantu tubuh mengisi ulang energi. Jika Moms merasa sulit mendapatkan waktu tidur yang cukup, maka mintalah Dads untuk bergiliran menjaga bayi di malam hari.
5. Bergerak dan olahraga ringan
Berolahraga ringan, seperti jalan kaki selama 10-15 menit atau melakukan yoga postpartum, bisa membantu meningkatkan kadar oksitosin dan menurunkan stres. Selain itu, aktivitas fisik membantu memperbaiki suasana hati. Namun, penting untuk berkonsultasi lebih dahulu dengan dokter sebelum memulai jenis olahraga apa pun, terutama jika Anda melahirkan secara caesar atau mengalami komplikasi saat persalinan.
6. Tetap bersikap fleksibel
Tidak apa-apa jika hal-hal tidak berjalan sesuai rencana. Menjadi ibu baru adalah proses belajar setiap hari. Fleksibilitas dalam rutinitas dan harapan merupakan kunci untuk mengurangi tekanan pada diri sendiri.
7. Manjakan diri secara sederhana
Cobalah untuk menyisihkan waktu, bahkan hanya beberapa menit setiap hari, untuk melakukan sesuatu yang membuat Anda bahagia. Mandi air hangat, membaca buku kesukaan, atau sekadar duduk minum secangkir teh sambil mendengarkan musik favorit bisa menjadi bentuk self-care sederhana.
Itulah informasi cara mengelola perubahan hormon pascamelahirkan. Perubahan hormonal adalah bagian alami dari pengalaman postpartum dan menghadapinya butuh kesabaran serta perhatian pada kesehatan fisik dan mental. (M&B/Ayu/RF/Foto: Freepik)