
Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram dan Youtube Mother & Beyond
Ketika momen Lebaran tiba, kelezatan kue-kue khas seperti nastar, kastengel, dan lidah kucing menghiasi meja makan. Sebagai orang tua, Moms mungkin bertanya-tanya, apakah bayi boleh makan kue lebaran? Nah, agar Anda tidak bertanya-tanya lagi, yuk, simak informasinya pada artikel di bawah ini, Moms!
Bayi di bawah usia 1 tahun biasanya belum disarankan untuk mengonsumsi kue Lebaran. Alasannya adalah karena mayoritas kue tradisional Lebaran mengandung gula, mentega, dan bahan-bahan lain yang mungkin bukan pilihan terbaik untuk perkembangan pencernaan bayi yang masih dalam tahap awal.
Kandungan pada kue lebaran
Sebagian besar kue Lebaran, seperti nastar, kastengel, dan putri salju, mengandung bahan-bahan berikut ini, Moms.
- Gula: Memberikan rasa manis, tapi tidak memberikan nilai gizi yang bermanfaat bagi bayi.
- Mentega/margarin: Tinggi lemak, yang bisa sulit dicerna oleh bayi.
- Tepung terigu: Meski aman, tepung terigu hanya memberikan kalori kosong tanpa vitamin dan mineral yang penting.
- Susu: Beberapa bayi mungkin memiliki alergi terhadap protein susu sapi atau laktosa.
Meskipun bahan-bahan ini tergolong aman untuk orang dewasa, bayi memiliki kebutuhan nutrisi yang berbeda yang didasarkan pada ASI, susu formula, dan makanan pendamping ASI (MPASI) yang kaya zat gizi.
Risiko memberikan kue lebaran untuk bayi
1. Gula berlebihan
Terlalu banyak gula bisa menimbulkan masalah bagi bayi. Selain meningkatkan risiko kerusakan gigi di kemudian hari, konsumsi gula juga dapat mengganggu pola tidur bayi dan memicu hiperaktif sementara.
2. Risiko tersedak
Tekstur kue-kue kering seperti nastar dan kastengel bisa menjadi risiko tersendiri. Kue ini cenderung mudah pecah menjadi remah kecil yang dapat menimbulkan bahaya tersedak bagi bayi yang belum mampu mengunyah dengan sempurna.
3. Alergi dan intoleransi
Bayi mungkin memiliki alergi terhadap bahan seperti mentega, susu, atau telur. Memberikan kue tanpa pengawasan bisa menyebabkan reaksi alergi seperti ruam, muntah, atau bahkan sesak napas.
4. Masalah pencernaan
Bayi memiliki saluran pencernaan yang masih berkembang. Kue yang tinggi lemak atau gula dapat menyebabkan gangguan pencernaan seperti diare atau konstipasi pada bayi.
Baca juga: Menu Lebaran untuk Balita, Mana yang Harus Dibatasi?
Usia ideal memperkenalkan makanan ringan
Meski bayi sudah bisa diberikan makanan padat sejak berusia 6 bulan, sebaiknya MPASI diberikan dalam bentuk makanan alami yang mengandung karbohidrat, protein, dan lemak sehat.
Saat bayi sudah berusia di atas 1 tahun dan mulai makan makanan seperti keluarga lainnya, Anda bisa memperkenalkan kudapan dengan kandungan gula dan garam yang sangat minimal, Moms.
Jika Anda ingin memberikan bayi pengalaman Lebaran, ada beberapa alternatif kue sehat yang bisa dicoba, seperti berikut ini.
1. Bola oat pisang
Gunakan oat, pisang matang, dan sedikit kayu manis untuk membuat bola-bola kecil. Panggang hingga matang sempurna. Kudapan ini bebas gula tambahan dan kaya serat.
2. Biskuit MPASI homemade
Campurkan tepung gandum utuh, sedikit unsalted butter, dan puree apel untuk membuat biskuit lembut yang mudah dikunyah bayi.
3. Puding alpukat cokelat
Blender alpukat matang dengan bubuk cokelat tanpa gula dan tambahkan sedikit susu formula atau ASI. Anda bisa menyajikannya dingin agar lebih lezat untuk dinikmati.
Itulah penjelasan terkait apakah bayi boleh makan kue Lebaran. Semoga informasi tersebut bisa menjadi acuan untuk Anda dalam menyambut momen Lebaran yang akan tiba, Moms. (M&B/Ayu/RF/Foto: Freepik)