
Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram dan Youtube Mother & Beyond
Rutin membagikan kesehariannya tinggal di Korea Selatan bersama anak dan suami, membuat Gina Selvina, yang akrab disapa Mama Gina dari Kimbab Family, memiliki banyak penggemar. Dikenal sebagai sosok ibu yang sangat dekat dengan ketiga anaknya, Suji (12), Yunji (9), dan Jio (8), Gina kerap membagikan aktivitasnya bersama keluarga.
Istri dari Yeon Seungjae atau yang akrab disapa Appa Jay ini, tak memungkiri bahwa membesarkan anak di negara orang memiliki tantangan tersendiri. Namun, bersama sang suami, ia mampu menghadapi segala tantangan yang ada dan tetap bisa memiliki keluarga harmonis yang menjadi panutan banyak keluarga di Indonesia.
Lalu apa saja kesulitan yang dihadapi Mom Gina saat harus membesarkan ketiga anak di Korea Selatan? dan bagaimana cara Mom Gina menghadapi tantangan tersebut? Simak obrolan eksklusif Gina Selvina yang menjadi Mom of the Month April 2025 bersama Mother & Beyond berikut ini, Moms!

Seperti apa cerita awal kemunculan YouTube Kimbab Family?
Awalnya tujuannya untuk kasih kabar ke keluarga di Bandung. Setelah pindah ke Korea, kami pikir kasihan kakek neneknya jadi enggak bisa lihat kegiatan anak-anak selama di Korea. Jadi kami buatlah video itu, tapi hanya untuk dikirim ke chat grup keluarga. Makin lama makin panjang videonya, trus Appa Jay mengusulkan untuk upload saja ke YouTube. Eh, ternyata kok banyak yang nonton, ya sudah deh, akhirnya kami lanjutkan sampai sekarang.
Adakah tantangan dalam membesarkan anak dengan latar budaya yang berbeda dengan suami?
Sebetulnya karena sama-sama dari Timur, sama-sama masih Asia, enggak terlalu banyak perbedaan yang berarti. Jadi, enggak ada tantangan yang terlalu besar. Sekarang kan tinggalnya di Korea, jadi sehari-hari mereka sudah terpapar dengan budaya Korea, ngomong juga bahasa Korea. Nah, di rumah saya imbangi dengan informasi mengenai budaya Indonesia. Jadi, anak-anak dapat dua-duanya, misal lagi pulang ke Indonesia juga enggak terlalu bingung karena mereka sudah bisa bahasa Indonesia.

Sekarang kan tinggalnya di Korea, jadi sehari-hari mereka sudah terpapar dengan budaya Korea, ngomong juga bahasa Korea. Nah, di rumah saya imbangi dengan informasi mengenai budaya Indonesia.
Bagaimana sih, rasanya mengasuh anak di luar negeri?
Pastinya capek karena semua serba sendiri, enggak ada yang bantu. Kami enggak punya asisten rumah tangga. Semuanya hanya dikerjakan berdua dengan suami. Kadang-kadang suka sedih kalau pas lagi butuh bantuan. Paling cuma bisa telepon keluarga di Indonesia. Tapi, di sisi lain juga merasa puas karena dari kecil anak-anak kami urus sendiri tanpa campur tangan orang lain. Sementara dulu waktu kami tinggal di Indonesia, misalnya anak enggak boleh makan permen, eh neneknya kasih. Hal-hal kecil kayak gitu kadang berpengaruh sama anak-anak.
Dilihat dari konten-konten youTube Kimbab Family, anak-anak tampak menerapkan banyak budaya Indonesia, seperti cium tangan dengan orang yang lebih tua. Itu bagaimana sih, mengajarkannya?
Nah, itu, karena mereka sehari-hari udah serba Korea, jadi saya jelaskan ke anak-anak seperti apa budaya Indonesia, termasuk dalam menghormati orang yang lebih tua. Kalau di Korea kan harus membungkukkan badan sama orang tua, nah kalau di Indonesia harus cium tangan. Jadi, saya yang selalu mengajarkan ke anak-anak, supaya seimbang.

Saling mau belajar dan memahami latar belakang masing-masing. Jadi, makin lama makin paham satu sama lain. Saling memahami itu menjadi kunci yang sangat penting.
Adakah kesulitan memiliki suami orang asing dengan latar belakang yang berbeda?
Pasti ada, di Indonesia saja kalau beda suku bisa beda banget budayanya. Di awal pernikahan sih kami kesulitan soal bahasa, walaupun kami sama-sama bisa bahasa Inggris, tapi tetap suka ada miskomunikasi. Kalau sekarang kesulitannya itu jauh dari keluarga. Misalnya tinggal di Korea, jauh dari keluarga saya. Kalau tinggal di Indonesia, jauh dari keluarga suami dan sulit karena suami saya itu anak tunggal di keluarganya. Jadi, enggak bisa kumpul semua, termasuk enggak bisa merayakan Lebaran bersama.
Lalu, bagaimana cara menghadapi kesulitan tersebut?
Saling mau belajar dan memahami latar belakang masing-masing. Jadi, makin lama makin paham satu sama lain. Misal dalam berkomunikasi juga kan bisa dilihat dari ekspresi wajah dan intonasi suara. Saling memahami itu menjadi kunci yang sangat penting.

Yang paling penting komunikasi dan kami selalu menyediakan waktu untuk bersama anak-anak. Kami juga punya kebiasaan untuk berpelukan beberapa kali dalam sehari. Jadi, itu yang bikin kami makin dekat dan bonding juga makin kuat.
Apa sih rahasia keluarga harmonis ala Kimbab Family?
Yang paling penting komunikasi dan kami selalu menyediakan waktu untuk bersama anak-anak. Kami juga punya kebiasaan untuk berpelukan beberapa kali dalam sehari. Jadi, itu yang bikin kami makin dekat dan bonding juga makin kuat. Sebanyak mungkin aktivitas selalu dilakukan bersama-sama sejak anak-anak kecil.
Bagaimana pembagian peran dengan suami dalam mengasuh anak?
Enggak ada pembagian peran khusus, misalnya saya ngapain, suami ngapain, itu enggak ada. Semua dikerjakan bersama-sama. Paling hanya bagian pengenalan budaya saja. Saya mengajarkan budaya Indonesia, suami mengajarkan budaya Korea. Di rumah juga begitu, saya ngomong bahasa Indonesia, suami ngomong bahasa Korea. Sisanya menyesuaikan saja dengan kondisi yang ada saat itu.

Gina sering membuat konten berdua bersama suami, apakah memang selalu menyediakan waktu khusus untuk pergi berdua?
Sebenarnya enggak ada waktu khusus karena memang kami sudah sibuk sama anak-anak, sibuk dengan pekerjaan juga. Jadi ketika memang ada waktu yang pas untuk berdua, kami manfaatkan untuk quality time. Kebetulan kami suka olahraga, jadi kami sering olahraga bareng. Misalnya setelah anak-anak berangkat sekolah, lalu kami sudah selesai dengan pekerjaan, ya kami manfaatkan untuk berdua.

Apakah ada keinginan untuk kembali tinggal di Indonesia?
Keinginan sih ada, tapi untuk rencana belum ada, hehe. Banyak hal yang menjadi pertimbangan, terutama karena anak-anak sudah sekolah. Jadi, kasihan kalau mereka harus pindah-pindah, nanti harus adaptasi lagi. Kalau di Indonesia juga saya banyak saudara dan ada adik yang menjaga orang tua jadi lebih tenang. Sementara di Korea enggak begitu, kebetulan suami kan anak tunggal di keluarganya, jadi kasihan kalau harus jauh dari orang tuanya.
Pernahkah anak-anak merasa keberatan dengan rencana konten yang dibuat?
Kalau keberatan sama kontennya sih enggak pernah. Paling biasanya keberatan soal waktu. Misalnya enggak mau hari ini atau enggak mau besok. Itu biasanya pas mereka lagi capek atau lagi enggak mood. Apalagi sekarang mereka sudah makin besar, jadi sudah lebih bisa untuk negosiasi.

Apa tips untuk menjadi ibu yang bahagia?
Tidur yang cukup. Itu penting banget untuk ibu-ibu. Kalau kecapekan dan kurang tidur nanti tantrum. Nah, kalau kitanya tantrum, anak-anak bisa ikut tantrum juga. Jadi, jangan lupa istirahat. Lalu yang enggak kalah penting juga harus selalu berpikiran positif.
(M&B/RF/Photographer: Lintang Sukmana/Digital Imaging: Raghamanyu Herlambang/Stylist: Gabriela Agmassini/MUA: Aksismipi (@aksismipi_mua)/Hair Stylist: Anto (@anto_cimpring))