
Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram dan Youtube Mother & Beyond
Serial berjudul Adolescence yang tayang di Netflix kini tengah menjadi perbincangan hangat. Drama kriminal ini tidak hanya menawarkan cerita yang menarik dan menegangkan, tapi juga teknik pengambilan gambar yang tidak biasa. Membaca sinopsis Adolescence dapat memberikan gambaran dari keseluruhan ceritanya.
Adolescence bisa menjadi pilihan tontonan Anda bersama pasangan agar mendapat pandangan mengenai bully dan bahaya internet bagi anak. Yuk, simak sinopsis Adolescence dan pelajaran yang bisa dipetik.
Sinopsis Adolescence
Serial ini bercerita tentang seorang remaja laki-laki berusia 13 tahun bernama Jamie (Owen Cooper) yang membunuh teman sekolahnya.
Jamie selama ini dikenal sebagai seorang anak yang penurut, pendiam, dan tidak pernah terlibat kenakalan di sekolah. Sampai di suatu pagi, rumahnya didatangi polisi untuk menangkap Jamie atas tuduhan pembunuhan terhadap teman sekolahnya yang bernama Katie.
Awalnya Jamie tidak mengakui perbuatannya tersebut. Begitu pun dengan orang tuanya yang tidak percaya bahwa sang anak melakukan tindak kriminal. Ayah Jamie, Eddie Miller (Stephen Graham), merasa kebingungan dengan situasi yang terjadi, tapi ia selalu mendampingi Jamie selama proses penyidikan.
Pelajaran yang bisa dipetik dari serial Adolescence
Bukan sekadar mengungkap kronologi pembunuhan, serial ini lebih jauh mengangkat soal sisi gelap internet dan bagaimana peran orang tua dalam mendampingi anak remaja. Setidaknya ada beberapa hal yang bisa kita petik dari serial yang dibintangi oleh Owen Cooper dan Stephen Graham ini.
1. Orang tua wajib melek digital
Orang tua saat ini wajib banget melek digital alias enggak boleh gaptek. Dengan begitu, Anda bisa mengawasi segala aktivitas anak di internet. Jangan biarkan anak berselancar di dunia maya tanpa pendampingan. Bahkan YouTube Kids pun banyak konten yang tidak ramah anak, Moms.
2. Bicarakan tentang media sosial
Berikan batasan mana yang boleh dan tidak boleh. Tanyakan pendapat mereka mengenai media sosial. Anak-anak sebaiknya tidak memiliki media sosial. Namun, saat anak sudah remaja dan ingin memiliki akun media sosial, pastikan akunnya terhubung dengan akun orang tua. Anda juga sebaiknya memberikan pemahaman pada anak bahwa tidak semua hal di media sosial merupakan hal yang sesungguhnya terjadi.
3. Selalu hadir untuk anak
Pastikan Moms dan Dads menjadi tempat yang aman bagi anak untuk membicarakan banyak hal, termasuk mengenai media sosial. Sampaikan pada anak bahwa ia bisa membicarakan semua aktivitasnya di internet dengan Anda tanpa takut dihakimi. Pastikan juga untuk menjawab segala pertanyaan anak mengenai internet dan media sosial sejelas mungkin.
4. Periksa pengaturan
Saat anak atau remaja mulai memiliki akun media sosial atau game online, pastikan pengaturan parental control yang paling aman. Bahas aturan keselamatan tentang siapa yang boleh ia ajak ngobrol secara online. Jangan biarkan anak menggunakan internet di dalam kamar tanpa pengawasan orang tua.
5. Waspadai tanda bahaya internet
Saat ini bully bukan sekadar tindakan fisik. Komentar negatif di media sosial atau paparan kekerasan di internet juga bisa memengaruhi kondisi mental anak. Namun, bukan hanya korban bully, anak juga bisa menjadi pelaku bully. Jangan abai bila anak mulai menarik diri dari pertemanan atau menunjukkan perilaku tidak biasa. Bullying pun tidak selalu lewat kata-kata makian, tapi juga kerap disampaikan lewat emoji.
Itulah sinopsis Adolescence dan pelajaran yang bisa kita petik sebagai orang tua. Pastikan Anda selalu berkomunikasi terbuka dengan anak ya, Moms dan Dads. (M&B/RF/Foto: Netflix)