Type Keyword(s) to Search
TODDLER

Pelajari Tantrum Balita Anda

Pelajari Tantrum Balita Anda

Sering kewalahan menghadapi tantrum Si Kecil? Jangan buru-buru marah, sebab menurut para peneliti di Amerika ada teori di balik itu semua. Mereka yang berasal dari University of Minesota dan University of Connecticut mengumpulkan suara-suara dari 100 anak yang sedang tantrum dalam audio berkualitas tinggi lalu memetakan pola suara tersebut untuk memahami perbedaannya. Selama penelitian, para orangtua pun diminta untuk menjahitkan mikrofon wireless di baju Si Kecil.

 

Dilansir dari M&B AU, hasil penelitian yang dipublikasikan di jurnal Emotion tersebut mengungkapkan anak-anak memiliki vokalisasi berbeda dengan ritme tertentu selama tantrum. “Berteriak dan menendang-nendang biasanya akan terjadi bersamaan. Melempar, menarik, dan mendorong suatu objek juga akan dilakukan secara bersamaan. Kemudian kombinasi antara menangis, merengek, menjatuhkan diri ke lantai, serta meminta diperhatikan terjadi setelahnya,” ujar Michael Potegal, salah satu anggota penelitian dari University of Minnesota.

 

Walaupun mungkin orangtua merasa kalau tantrum pada Si Kecil selalu didahului dengan rasa marah dan berakhir dengan kesedihan, penelitian menemukan suara-suara sedih dari Si Kecil selalu terdengar di balik rasa marahnya. “Jadi, kalau ada yang menganggap tantrum terjadi melalui 2 tahap, rasanya kurang benar. Faktanya, kemarahan dan kesedihan anak kurang lebih terjadi dalam waktu yang bersamaan,” tambah Potegal.

 

Menurut James A. Green dari University of Connecticut, memahami ritme tantrum tidak hanya akan membantu orangtua untuk mengatasinya, namun juga memberikan mereka bagaimana cara mengontrolnya. Ia menuturkan, “Sebab, secara ilmiah tantrum tidak ada bedanya dengan badai atau fenomena alam lainnya. Memelajarinya sebagai subjek ilmiah akan membuat orangtua tidak merasa trauma saat harus menghadapi tantrum.”

 

Green menyarankan saat Si Kecil sedang berada di puncak kemarahannya, misalnya ia sedang berteriak dan menendang-nendang, sebaiknya hindari menanyakan pertanyaan mengapa ia mengamuk atau lainnya kepada Si Kecil agar tidak memperpanjang drama kemarahannya. (Sagar/DT/Dok. M&B)