Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Don't Worry Be Happy. It's 2015.

Don't Worry Be Happy. It's 2015.

Saat saya menjadi orangtua, bukan hanya saya mendapatkan anugerah berupa anak tersayang. Saya juga mendapatkan seabrek hal-hal yang menjadi bahan kekhawatiran dan kecemasan. Berhubung sekarang sudah memasuki tahun yang baru, dan juga menyambut momen saya akan berubah status menjadi ibu beranak dua, saya mencanangkan resolusi bahwa saya akan berusaha untuk mengurangi sifat serba khawatir sebagai orangtua.

 

Demikian adalah sumber-sumber stres yang biasanya selalu sukses meningkatkan rasa senewen, dan kedepannya (rencananya) akan saya sikapi santai:

1. Rumah yang berantakan. Daripada sibuk dalam lingkaran setan mengangkat mainan dari lantai dan senantiasa membereskan ruang TV, untuk lalu menyaksikannya kembali menjadi kapal pecah dalam waktu 5 menit, saya ingin menghabiskan waktu untuk ikut bermain saja bersama anak. Mereka tidak akan mengingat betapa rapinya rumah mereka, tapi mereka akan ingat betapa senangnya bermain bersama Ibunya. Taruh saja keranjang lucu ukuran besar di ujung ruangan untuk memudahkan hidup.

2. Menyusui. Dalam hitungan hari saya akan kembali menjalani rutinitas menyusui, kembali akrab dengan mesin pompa, dan nantinya, berjibaku untuk memompa ASI sambil bekerja. Untungnya saya sudah mengenyam pengalaman dari anak pertama. Dan satu hal utama yang saya pelajari, selain percaya penuh pada teori supply and demand (semakin banyak demand dengan menyusui dan memompa, akan semakin banyak supply ASI tercipta), adalah: Keep Calm and Be A Happy Mommy. Tidak usah khawatir soal persediaan cukup atau tidak, tidak usah minderan dan kecil hati melihat foto-foto teman di Facebook dengan botol ASIP memenuhi kulkas, tidak usah senantiasa mencemaskan segala hal sehingga tidak bisa menikmati proses bonding menyenangkan bersama Si Buah Hati.

3. Meal Time. Saya tidak ingin melanjutkan tradisi makan yang melelahkan dan menguras energi bersama Si Batita. Apa pun yang ingin dia makan atau tidak mau makan, akan saya anggap sebagai proses perjalanannya dalam membangun seleranya. In the meantime, selalu ada backup ayam goreng kesukaan dan jus buah kesayangannya.


4. Potty Training. Ya sudah lah, kalau memang masih harus sesekali menggunakan popok untuk perjalanan keluar rumah di usianya yang hampir 3 tahun ini, terus kenapa? Saya percaya pada akhirnya Si Anak sendiri akan menyadari saatnya bagi dia untuk menjadi mandiri dalam urusan kamar mandi ini. I just hope sooner than later. But I won’t worry about it.

5. Pendapat orang lain. Lirikan tajam orang lain di mall saat Si Kecil tantrum, ucapan seorang anggota keluarga mengomentari kebiasaan makannya, atau khawatir berlebihan mengenai pendapat teman-teman soal kemampuan sopan santun anak kita. Hal-hal ini tidak perlu menjadi sumber kecemasan. Tidak usah dimasukkan ke hati, tanggapi saja dengan senyum sopan sembari mengingatkan Si Anak bagaimana seharusnya sikapnya. Kalau hari ini belum bisa, niscaya dengan diberitahu berulang-ulang akan berhasil juga.

 

Pada intinya, ini akan menjadi semboyan hidup saya di 2015:
Worry Less, Enjoy More.
No Regrets, Just Learn and Grow.

 

Happy New Year Moms!