Bagi wanita bekerja, kondisi hamil tidak menjadi penghalang untuk tetap produktif. Namun, perlakuan tidak adil di lingkungan kerja dilaporkan masih sering dialami ibu hamil. Kehamilan seringkali dianggap sebagai penghalang kesuksesan ibu dalam berkarier.
Laporan dari lembaga di Australia, Fair Work Ombudsman, mencatat daftar keluhan tentang perlakuan buruk ibu hamil di tempat kerja telah meningkat sejak tahun 2012 hingga 2013. Keluhan tersebut termasuk diskriminasi dan kekerasan mental yang dialami ibu hamil, juga ibu bekerja pasca cuti melahirkan di tempat kerjanya.
Selama periode tersebut, dari sekitar 235 laporan diskriminasi yang didaftarkan kepada Fair Work Ombudsman, sebanyak 21 persen ibu hamil mengaku mengalami kekerasan mental dari lingkungan kerjanya, dan 11 persennya berasal dari ibu yang kembali bekerja pasca cuti melahirkan, yang mengaku diperlakukan berbeda dan tidak adil di kantornya.
Berbagai keluhan diskriminasi kehamilan tersebut, di antaranya dipecat, pencabutan hak ibu hamil untuk dipromosikan kenaikan jabatan, menerima komentar yang tidak pantas dari rekan kerja, porsi kerja yang tidak sesuai dengan kondisi ibu hamil, dan lainnya.
“Di luar laporan tersebut, mungkin begitu banyak ibu hamil yang juga merasakan keluhan tersebut di tempat kerjanya. Tak heran, banyak ibu yang kemudian memutuskan untuk mengundurkan diri pasca cuti melahirkan karena tak tahan dengan lingkungan kerja," ungkap Kearney, pengamat tenaga kerja dari Australia, dikutip dari M&B Australia.
Ia juga menambahkan, banyak wanita yang mengeluhkan bahwa peran dan tanggung jawab mereka di kantor berubah setelah hamil. Mereka merasa para atasan tidak yakin dengan kemampuan kerja wanita saat hamil. Bahkan, beberapa ibu hamil mengeluhkan bahwa mereka diminta perusahaan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya. (Aulia/DT/dok.M&B)
- Tag:
- ibu
- hamil
- karier
- diskriminasi
- kerja