Makanan yang kita konsumsi sehari-hari merupakan bagian dari budaya. Dr. Pinky Saptandari, MA., menyebutkan, “Budaya mengajarkan kepada kita apa yang disebut dengan makanan, yang mana yang bisa dan tidak bisa dimakan serta makanan apa yang enak dan tidak enak. Semua itu diajarkan dari generasi ke generasi.”
Karenanya, masalah pola makan anak cukup kompleks dan tidak hanya melibatkan ibu saja, melainkan juga Sang Nenek. “Jadi, nenek tidak hanya berkontribusi dalam penurunan gen, tapi juga berkontribusi dalam pola makan anak,” ujarnya. Sebab, berdasarkan penelitian di beberapa daerah, yang bertanggung jawab soal makanan anak sehari-hari, bahkan sejak mereka di dalam kandungan ibunya, bukanlah ibu Si Kecil, tetapi nenek dari Si Kecil. Apalagi jika Sang Ibu adalah ibu bekerja.
(Baca : Perbaikan Gizi Anak Dimulai dari Nenek dan Ibu)
Ia pun menyarankan filosofi bahwa dengan pola makan zaman dahulu seorang anak bisa tetap hidup dan tumbuh perlu diperhatikan kembali, begitu pun dengan mitos-mitos seputar makanan dan gizi yang berkembang di masyarakat. Karena, tidak hanya sekadar untuk hidup, makanan yang dikonsumsi anak harus dengan gizi yang seimbang agar ia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. (Sagar/DT/Dok. M&B)