Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Depresi Pasca Melahirkan Menyerang Ayah Baru

Depresi Pasca Melahirkan Menyerang Ayah Baru

Depresi pasca melahirkan merupakan kondisi yang umumnya dialami kalangan ibu baru. Gejala ini bahkan bisa dialami selama beberapa tahun setelah melahirkan. Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah kasus ini mengalami peningkatan, dan masih terus dipelajari bagaimana mengidentifikasi gejalanya.

 

Namun, muncul penemuan bahwa depresi pasca-melahirkan ternyata tidak hanya dialami ibu baru, tetapi ayah baru juga rentan terhadap kondisi ini. Tim Riset AS pada 2010 menemukan sebanyak 10 persen ayah baru di negara mereka menderita depresi pasca-melahirkan, yang dialami 3-6 bulan pertama setelah kelahiran bayi mereka. Dalam Journal of American Medical Association dituliskan, kondisi ini lebih mungkin dialami seorang ayah baru, jika istri mereka juga menderita kondisi ini.

 

Dr. James Paulson dan Dr Sharnail D Bazemore, dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak di Eastern Virginia Medical School, melakukan review penelitian tentang masalah depresi pasca melahirkan pada pria pada 1980 dan 2009. Ia menemukan bahwa informasi mengenai kondisi ini yang tidak konsisten dan akurat secara medis, turut membawa pengaruh pada prevalensi kasus ini.

 

"Informasi tentang depresi pasca melahirkan pada ayah baru masih minim, sehingga kondisi ini seringkali tidak disadari oleh penderita. Untuk mengidentifikasinya, diperlukan skrining dan rujukan lebih dini. Mengingat, depresi ayah ini diduga memiliki efek emosional, perilaku, dan perkembangan pada anak-anak nantinya," ungkap penulis penelitian, dikutip dari M&B Australia.

 

Pria yang mengalami depresi pasca kelahiran juga dapat mengakibatkan rutinitasnya terganggu, seperti berkurangnya kepercayaan diri di tempat kerja, perasaan sengsara, gelisah, insomnia, hingga perasaan bersalah yang tidak beralasan. Maka, jika seorang ayah merasakan beberapa gejala tertentu yang mengarah ke depresi setelah memiliki anak, konsultasikan segera ke ahlinya. Semakin cepat depresi ditangani, semakin cepat diobati. (Aulia/DT/dok.M&B)