Dulu kita menganggap bahwa yang perlu dijemur di bawah matahari adalah bayi kuning saja. Pernyataan itu memang tidak salah, namun dalam perjalanannya banyak data dari Eropa, Amerika, India, bahkan di Indonesia sendiri mulai melihat kurangnya vitamin D di dalam tubuh dikarenakan ekspos terhadap matahari sangat kurang.
Selama ini belum ditemukan ada seseorang kelebihan vitamin D di dalam tubuhnya, malahan rata-rata kurang dari yang dibutuhkan. “Bayangkan bila ini terjadi pada anak perempuan. Jika ia memiliki tabungan vitamin D yang kurang, bagaimana ia bisa memberikan vitamin D yang cukup bagi calon bayinya kelak,” ujar Dokter Aman B. Pulungan, MD., Ph.D.
Jadi, berapa lama anak butuh terpapar matahari? Menurut Aman, orang kaukasian membutuhkan paparan matahari 3 kali dalam seminggu minimal setengah jam. Sementara orang Asia membutuhkan 5 kali lipatnya, yaitu sekitar 450 menit dalam seminggu.
Dalam pembukaan AP&AP Pediatric, Growth, and Diabetes Center di Kuningan, Jakarta Selatan, ia pun sempat menyebutkan vitamin D tidak hanya berguna bagi tulang saja, melainkan juga untuk mencegah kanker, osteoporosis, diabetes, infeksi, TB, serta menurunkan angka kejadian pneumonia. Ia menuturkan, “Di Finlandia, dengan memberikan vitamin D sejak dini, mereka mampu menurunkan angka penyakit diabetes nasional.”
Vitamin D sudah direkomendasikan untuk diberikan pada anak sejak ia lahir, namun dengan dosis tertentu, selain zat besi dan kalsium. Jadi, selain terekspos matahari dan makan-makanan yang bergizi, vitamin D tambahan juga diperbolehkan bagi bayi, balita, dan anak. (Sagar/DT/Dok. M&B)