Type Keyword(s) to Search
TODDLER

Main Perang-perangan, Boleh atau Tidak?

Main Perang-perangan, Boleh atau Tidak?

Apakah balita Anda gemar main perang-perangan menggunakan pistol atau pedang mainannya? Ada sebagian orangtua dan pihak yang ternyata kurang mendukung kegiatan ini, karena dinilai sebagai akar perilaku agresif pada anak, serta tidak baik untuk perkembangan mentalnya. Namun, penelitian menunjukkan jarang sekali ada orangtua yang bisa melarang total anaknya bermain polisi-polisian, tentara-tentaraan, dan permainan perang-perangan lainnya.

 

Uniknya, meski tidak punya mainan senjata, anak-anak akan tetap bermain tembak-tembakan menggunakan benda lain, misalnya tangan mereka. Jadi bagaimana mencegah agar Si Kecil tidak terbiasa menggunakan senjata dalam menyelesaikan masalah ketika ia dewasa nanti?

 

Ada 2 hal yang Anda perlu perhatikan! Pertama, jika Anda memutuskan untuk mencekal mainan itu di rumah, Anda perlu melakukannya dengan cara yang diplomatis. Ke-2, untuk menjadikan Si Kecil menjadi pribadi yang cinta damai, Anda perlu memberikan suasana dan contoh yang baik. Berikut poin-poin penting yang bisa menjadi catatan Anda.

 

Jelaskan Keberatan Anda dengan Lembut
Melarang dengan keras malah akan meninggalkan tanda tanya dan kekesalan di hati Si Kecil. Anda bisa katakan, “Mama tahu kamu ingin punya mainan senjata, tetapi kamu juga perlu tahu bahwa pistol, pisau, dan pedang bisa melukai orang.” Atau jelaskan, “Hanya polisi dan tentara yang menggunakan senjata dan itupun hanya digunakan untuk melindungi kita.” Ketika ia mulai menunjukkan gelagat berperilaku kasar, katakan, “Sayang, berbicara baik-baik itu lebih enak daripada berkelahi.”

 

Kekerasan Itu Merugikan
Perang, kekerasan, dan kerusuhan bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Kadang kita berpikir, bukankah perang seharusnya sudah berakhir di zaman modern ini? Tapi kenyataannya, hal itu terus terjadi dan kita tidak bisa menyensor pemberitaan media massa tentang ini. Yang Anda bisa lakukan adalah menjelaskan kepada Si Kecil bahwa hal ini tidak baik dan ada banyak orang, termasuk anak-anak yang terluka akibat kekerasan.

 

Jangan Langsung Rebut
Anda tahu semakin dilarang, semakin Si Kecil ingin melakukannya. Kalau suatu saat ia mengambil mainan senjata di toko, jangan langsung rebut mainan itu dan mengatakan, “Tidak boleh!” Larangan keras Anda malah membuatnya penasaran. Ia pun bisa jadi berimprovisasi dan membuat benda lain sebagai 'senjata'.

 

Biarkan Si Kecil Berimajinasi
Boleh saja membatasi mainan senjata, tetapi jangan pernah batasi imajinasi Si Kecil. Dengan tidak mengizinkan ada mainan senjata di rumah, anak-anak sudah mengerti ketidaksetujuan Anda. Tetapi ketika Si Kecil sedang bermain perang-perangan dengan imajinasinya, jangan Anda marahi. Selama tidak saling melukai, mengumpat, atau benar-benar bergelut, biarkan mereka bermain peran.

 

Kompromikan
Anda boleh kompromi. Beberapa orangtua melarang mainan senjata yang modern dan terlihat seperti betulan, tetapi masih mengizinkan mainan senjata yang bersifat fun, seperti pistol air atau pedang-pedangan plastik.

 

Mengajarkan Melalui Cerita
Gunakan buku cerita sebagai sarana untuk Anda /mengampanyekan' soal perdamaian. Cari cerita-cerita yang menunjukkan adanya konflik tapi dapat diselesaikan dengan damai.

 

Batasi Tontonannya
Sensor tayangan yang berbau kekerasan. Perhatikan isi film yang Si Kecil tonton. Meski film kartun, tetapi jika ada adegan perkelahian, baik dengan bela diri maupun kekuatan super, sebaiknya tidak ditonton.

 

Menjadi Contoh
Kalau Anda mau Si Kecil cinta damai, rumah Anda harus menjadi langkah awalnya. Tidak ada faktor yang lebih berperan penting dalam kepribadian seorang anak daripada lingkungannya. Seorang anak yang hidup dengan menyaksikan orangtuanya beradu argumen daripada beradu otot akan tumbuh menjadi pribadi yang akan memilih menggunakan kata daripada otot untuk menyelesaikan masalah.

 

Tunjukkan Kasih Sayang
Menghujani Si Kecil dengan bahasa cinta, memberi penekanan pada nilai yang baik dan buruk, toleransi, dan kebaikan akan membuatnya menjadi orang yang lembut hati. Satu hal yang tak kalah penting adalah mendukung perkembangan kemampuan komunikasinya. Mengajarinya sopan santun dan respek terhadap sesama akan jauh lebih efektif daripada sekadar melarang mainan senjata. (FR/Sagar/DC/Dok. M&B)