Type Keyword(s) to Search
TODDLER

Tak Mengompol di Malam Hari

Tak Mengompol di Malam Hari
si kecil mengompol

Di usia balitanya, Si Kecil umumnya sudah belajar untuk tidak mengompol lagi dan bebas diaper. Namun, menurut sebuah studi di Inggris, 55 persen balita laki-laki dan 40 persen balita perempuan masih mengompol saat malam hari di usia 3 tahun.  Sementara di usia 4 tahun, 20 persen anak balita masih mengompol di malam hari, dan 16 persen balita lainnya masih melakukan hal yang sama ketika usia mereka sudah menginjak 5 tahun. Faktanya, anak-anak pada rentang usia 1,5 sampai 8 tahun, memang masih suka mengompol. Lalu bagaimana?

 


Para ahli umumnya menganjurkan Anda untuk menggendong Si Kecil setiap jam 10 malam di tengah-tengah tidurnya dan membawanya ke kamar mandi untuk pipis. Namun, Anda harus benar-benar yakin bahwa Si Kecil terbangun ketika melakukannya, karena jika ia tetap terlelap, ia akan terbiasa untuk melakukan hal yang sama hingga besar. Sisi negatifnya, anak Anda justru akan mudah melepaskan tanggung jawabnya, karena ia merasa ada Anda yang akan membereskan semuanya, termasuk menggendongnya setiap malam ke kamar mandi untuk pipis.

 


Menurut Dr. Christopher Green, penulis buku Toddler Taming, jika sampai usia 4 tahun anak Anda masih terbangun dengan kondisi diaper yang penuh, maka Anda harus berani untuk tidak memakaikan diaper lagi ketika ia tidur. Secara psikologis, Si Kecil akan menganggap bahwa memakai diaper saat tidur adalah hal yang lumrah, sehingga ia tidak terbiasa untuk mengaktifkan sensor kandung kemihnya. Dengan sedikit terapi kejut, maka ia akan keluar dari zona 'nyamannya' dan mulai belajar mengenali sinyal-sinyal dari tubuhnya. Anda juga harus memulai latihan awal agar Si Kecil dapat bangun tengah malam untuk pipis. Jika latihan itu tidak berhasil, segeralah berkonsultasi dengan psikolog anak.

 


Normalnya di malam hari, tubuh mengeluarkan hormon yang disebut vasopressin yang dapat memperlambat produksi urine. Oleh karenanya, anak-anak yang kesulitan mengontrol kandung kemihnya diasumsikan kekurangan produksi hormon tersebut. Kelainan ini kemungkinan besar disebabkan karena faktor keturunan.

 


Ada pula mitos yang menyebutkan anak yang masih mengompol mengalami gangguan emosional. Anda harus meminta bantuan psikolog untuk mencari kebenaran dan akar permasalahannya. (Aulia/DMO/Dok. M&B)