Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Diserang Penyakit Misterius, 41 Anak di Papua Meninggal Secara Mendadak

Diserang Penyakit Misterius, 41 Anak di Papua Meninggal Secara Mendadak

Selama 3 pekan terakhir November ini, tercatat 41 anak di Papua meninggal karena penyakit misterius. Laporan tersebut didapatkan dari Dinas Kesehatan Provinsi Papua yang langsung mengirimkan tim ke Distrik Mbua, Kabupaten Nduga.

 

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua, drg. Aloysius Giay mengatakan, kasus kematian puluhan anak di Kabupaten Nduga ini baru ia ketahui beberapa hari lalu. Namun saat  dikonfirmasi kepada Yairus Gwijangge, Bupati Kabupaten Nduga, ia mengaku belum mendapat laporan terkait kejadian ini.

 

Kasus ini pertama kali muncul setelah Kepala Distrik Mbua, Erias Gwijangge, melaporkan puluhan anak di beberapa kampung di Distrik Mbua diketahui meninggal. Menurut laporan dari kepala kampung, penyakit misterius ini sangat mematikan. Setelah terserang penyakit ini, korban pun langsung meninggal dunia dalam waktu singkat.

 

Sebelumnya, di Distrik Mbua juga ditemukan kasus kematian mendadak pada hewan ternak milik warga. Namun, belum ada kepastian apakah hal ini berkaitan dengan kematian puluhan anak tersebut. Muncul pula dugaan kalau kejadian ini dipengaruhi oleh perubahan cuaca yang semula kemarau panjang menjadi musim hujan.

 

Anak yang diketahui meninggal secara tiba-tiba diketahui memiliki gejala yang sama, yaitu demam tinggi yang disertai kejang dan buang-buang air (diare). Namun, setelah melakukan pemeriksaan darah di Laboratorium Dinas Kesehatan di Wamena, mereka dinyatakan negatif malaria. Menurut laporan, kasus kematian anak ini tersebar di beberapa kampung, di antaranya kampung Digilmo, kampung Imanuel, kampung Opmo, kampung Dal, kampung Labirik, dan kampung Berapngin.

 

Sayangnya, pelayanan kesehatan di beberapa distrik belum maksimal karena adanya keterbatasan tenaga medis dan jarak antar kampung yang berjauhan. Parahnya lagi, untuk mencapai satu lokasi ke lokasi lainnya, mereka harus berjalan kaki, karena belum tersedia alat transportasi yang memadai di sana. (Deonisia/DC/Dok. M&B)