Pernahkah Anda mendengar tentang Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau dikenal dengan ADHD? Umumnya, ADHD muncul pada masa awal kehidupan anak atau saat ia menginjak usia sekolah. Menurut dr. Dharmawan A. Purnama, Sp.KJ, Psychotherapist Ciputra Medical Center, sebanyak 4 persen orang dewasa di Indonesia diketahui mengalami ADHD. Gangguan psikiatri ini bersifat kronis dan lebih dari 50 persen kasus diduga berlanjut hingga remaja atau dewasa.
Kasus ADHD lebih sering ditemukan pada anak laki-laki, dibandingkan anak perempuan. Penyebabnya pun belum dapat diketahui. “Beberapa hal memang diduga bisa menjadi faktor penyebab, seperti genetik, struktur anatomi otak, atau faktor neurokimiawi otak. Namun, kebanyakan penelitian menunjukkan adanya gen hiperaktif yang diturunkan orangtua. Bila ada riwayat keluarga hiperaktif, ada kemungkinan generasi selanjutnya juga hiperaktif,” tutur dr. Dharmawan, dalam seminar media Ciputra Medical Center beberapa waktu lalu.
Selain faktor gen, gangguan pada ibu saat hamil ternyata juga bisa menyebabkan anak menderita ADHD, seperti stres dan depresi saat hamil, serta ibu yang terpapar rokok dan alkohol. Anak-anak yang lahir prematur juga diduga dapat mengalami ADHD, karena risiko perlukaan otak akibat trauma saat anak dilahirkan. ADHD yang terjadi pada usia sekolah memang kerap menimbulkan gangguan perilaku, seperti prestasi akademik yang buruk, kesulitan bergaul, hingga rendah diri.
“Itu sebabnya, bila tidak mendapat penanganan yang tepat, anak ADHD banyak yang akhirnya gagal dalam pendidikannya dan berdampak hingga mereka dewasa nanti. Jika anak ADHD, orangtua pun harus berkonsultasi dengan ahli agar Si Kecil bisa diarahkan dengan tepat. Mereka perlu diperlakukan dengan ‘agak spesial’,” jelas dr. Dharmawan. (Aulia/DC/Dok. Freedigitalphotos)