Type Keyword(s) to Search
BUMP TO BIRTH

Angka Kematian Ibu Hamil di Indonesia Masih Tinggi!

Angka Kematian Ibu Hamil di Indonesia Masih Tinggi!

Pada 2013, tercatat angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih sekitar 190 per 100.000 kelahiran. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tersebut, Indonesia masuk ke dalam jajaran negara dengan AKI tertinggi, yaitu menduduki peringkat ke-3 dalam negara anggota ASEAN.

 

Penyebab terbesar kematian ibu di Indonesia adalah plasenta previa, yakni kondisi plasenta terlalu dekat dan menutupi jalan lahir, yang bila terlambat ditangani dapat mengakibatkan perdarahan. Sedangkan, kasus anemia dan gizi buruk merupakan penyebab kematian ibu terbesar ke-2 di Indonesia. Faktor alam dan geografis Indonesia juga dinilai membuat ibu hamil sulit mendapatkan akses pelayanan kesehatan, terutama yang tinggal di daerah pedesaan.

 

“Ini menjadi satu keprihatinan bagi kami. Mengapa akhirnya banyak kematian terjadi? Karena komplikasi yang dialami ibu hamil baru diketahui di meja operasi ketika proses persalinan. Alhasil, dokter pun terkaget-kaget menghadapi situasi tersebut. Jadi, bukan meninggal karena melahirkan, melainkan memang sudah berisiko tinggi sejak kehamilan,” ujar Suryo Suwignjo, Direktur Utama Philips Indonesia, pada jumpa pers di Kuningan, Jakarta Selatan, pada Senin (11/01).

 

Komplikasi kehamilan berisiko seharusnya dapat dideteksi sejak dini. Karenanya, Royal Philips bekerja sama dengan Kabupaten Sijunjung di Sumatera Barat menerapkan program Mobile Obstetrical Monitoring (MOM). MOM adalah solusi berbasis ponsel pintar yang didesain untuk mengidentifikasi komplikasi kehamilan berisiko dan membantu memperbaiki angka kematian ibu.

 

Suryo menyebutkan, dokter dan bidan di area yang jauh dari rumah sakit besar akan diberikan sebuah tas dengan berbagai perlengkapan pemeriksaan kehamilan yang memadai, seperti pengukur lingkar perut, alat pengukur tekanan darah, dan alat untuk USG, serta sebuah ponsel. Melalui aplikasi khusus di dalam ponsel, dokter atau bidan setempat dapat mengumpulkan data vital ibu hamil, misalnya berat badan, tekanan darah, suhu tubuh, dan hasil USG

 

Hasil data tersebut kemudian langsung dikirimkan kepada dokter spesialis di rumah sakit, sehingga kondisi ibu dapat dipantau dan diidentifikasi. Jika ternyata kehamilan berisiko tinggi, dapat dilakukan tindakan lebih jauh secara cepat dan tentunya menghindari kemungkinan ibu dan bayi meninggal.

 

Pj Bupati Sijunjung, Mudrika, menyambut baik kerja sama ini dan senang karena Sijunjung menjadi kabupaten pertama yang mengimplementasikan program MOM. “Dulu, USG itu masih mimpi, perjalanan menuju rumah sakit pun memakan waktu sekitar 1 jam menggunakan kendaraan, bahkan lebih. Kami sudah menambah anggaran untuk kesehatan, yaitu sekitar 15 persen dan menyiapkan APBD untuk membeli alat ini,” ungkapnya. (Sagar/DC/Dok. M&B)