Type Keyword(s) to Search
TODDLER

Kontroversi Memukul Anak agar Disiplin

Kontroversi Memukul Anak agar Disiplin

Salah satu kandidat presiden Amerika, Ted Cruz, baru-baru ini berkomentar mengenai metode memukul anak sebagai cara mendisiplinkan jika ia tidak berperilaku baik. Dalam kampanyenya, ia menuturkan, “Jika anak perempuan saya Catherine yang berusia 5 tahun, mengucapkan sesuatu yang ia tahu itu salah, ia akan mendapatkan pukulan.”

 

Komentar tersebut menjadi viral dan menimbulkan berdebatan di kalangan publik. Apakah memukul merupakan cara efektif untuk mendisiplinkan anak dan boleh diterapkan sesekali? Melihat kontroversi yang berkembang, Dr. Ronald W. Pies, profesor psikiatri sekaligus dosen di SUNY Upstate Medical University angkat bicara.

 

Memukul, umumnya di bagian bokong atau telapak tangan, merupakan salah satu hukuman fisik yang sering diterapkan orangtua. Meski tidak menyebabkan luka fisik, Prof. Ronald menyebutkan, ini dapat mengakibatkan masalah mental yang serius bagi anak. Sementara Dr. Michelle Knox, profesor psikiatri dari University of Toledo, AS, menjelaskan bahwa ada korelasi yang kuat antara hukuman fisik dengan penyiksaan anak.

 

Profesor Michelle merasa kasus ini sangat ironis. Jika pemukulan terjadi kepada orang dewasa, perlakuan tersebut dapat dituntut dan diganjar hukuman. Namun, hal itu malah dianggap lumrah bila diterapkan kepada anak-anak. “Memukul sering kali menjadi tahap awal lingkaran penyiksaan anak. Alasan orangtua untuk mendisiplinkan anak biasanya berujung dengan pelampiasan kemarahan mereka,” ujar Knox, seperti dikutip melalui Daily Mail.

 

Pada 2011, National Association of Pediatric Nurse Practitioners mengungkapkan, hukuman fisik sangat berisiko memengaruhi pola perilaku anak menjadi impulsif dan anti-sosial. Anak yang sering mengalami hukuman fisik juga cenderung berperilaku kasar saat dewasa.

 

American Academy of Child and Adolescent Psychiatry pada 2012 menyatakan, walaupun hukuman fisik umumnya memberikan efek langsung saat diterapkan untuk mengubah perilaku, tetapi dalam jangka panjang menjadi tidak efektif. Hukuman tersebut pun diasosiasikan dengan peningkatan agresi dan menurunkan pendalaman moral untuk berperilaku baik.

 

Secara garis besar, memukul anak hanya 'membantu' dalam jangka pendek, namun tidak efektif, serta berdampak buruk pada jangka waktu lama. Anak yang terbiasa dipukul akan belajar bahwa kekerasan fisik merupakan metode yang 'umum' digunakan untuk menyelesaikan masalah.

 

Meski begitu, Prof. Ronald percaya, orangtua tidak memiliki niat buruk terhadap anak-anak mereka. Hanya saja, stres yang dialami orangtua sering membuat mereka langsung memilih metode hukuman fisik. Mereka pun lupa bahwa ada metode alternatif lain untuk mendisiplinkan anak, seperti menggunakan metode 'time out', yaitu mendudukkan anak di sebuah kursi dalam jangka waktu tertentu untuk merenungkan kesalahan mereka. (Sagar/DC/Dok. M&B)