Untuk mendeteksi anak yang mengalami kekerasan, orangtua harus peka! Biasanya, Si Kecil akan menunjukkan perubahan sikap di awal kekerasan terjadi. Menurut Kathy Baxter, Direktur San Francisco Child Abuse Council, mayoritas orangtua salah melihat tanda-tanda yang ditunjukkan anaknya.
"Kebanyakan orangtua hanya menduga-duga saja. Mereka menganggap anaknya hanya beralasan untuk mencari perhatian. Jika anak mengalami luka, orangtua kerap menganggap anaknya mendapat luka saat bermain. Karena itulah, rata-rata kasus kekerasan pada anak terlambat dideteksi," ujar Baxter.
Ya! Kepekaan Anda sebagai orangtua adalah kunci 'penyelamatan' Si Kecil dari kekerasan. Berikut beberapa tanda jika anak mengalami kekerasan.
Kekerasan fisik:
- Si Kecil menangis dan merajuk saat Anda membawanya ke tempat penitipan anak atau sekolah. Ia juga sering kali tidak mau ditinggal.
- Mengalami luka seperti memar di mata atau bagian tubuh lain, luka tergores atau terpotong, tanda gigitan, luka bakar, atau luka yang tak jelas penyebabnya.
Kekerasan emosional:
- Menjadi lebih rewel, pemarah, dan perilakunya berubah drastis. Dari anak yang ceria menjadi pendiam, atau sebaliknya.
- Enggan berkomunikasi, mogok bicara, sering gagap.
- Sering mengeluh sakit kepala atau sakit perut, yang jika diperiksakan ke dokter tidak ditemukan penyakitnya. Terkadang, anak juga kehilangan nafsu makan.
Kekerasan seksual:
- Mengalami nyeri, gatal, perdarahan, dan memar di sekitar alat kelamin atau duburnya.
- Mengalami kesulitan dan sering terlihat kesakitan saat berjalan, duduk, atau buang air.
- Selalu meminta memakai baju berlapis dan sering menolak untuk membuka jaket meski di hari panas.
- Jika Anda mendapati tanda-tanda di atas, segera bawa ia ke dokter untuk berkonsultasi. (SR/Lydia Natasha/DC/Dok. M&B UK)