Saat ini, kepribadian introvert sepertinya sudah bukan menjadi idaman lagi. Dahulu, orangtua memang lebih suka anak-anaknya memiliki kepribadian yang lebih tenang. Namun kini, dunia justru menuntut generasi muda untuk lebih ambisius, komunikatif, dan agresif.
Tuntutan ini tentu sulit diikuti oleh anak-anak yang hipersensitif. Anak-anak yang tidak berani naik panggung, tidak berani bergaul, atau lebih senang bermain sendirian ini menjadi terkesampingkan. Umumnya, anak-anak hipersensitif juga rentan terhadap penindasan atau bullying.
Sebenarnya, sikap malu-malu Si Hipersensitif ini bukan menandakan bahwa dirinya lemah, tapi karena sensitivitasnya yang tinggi terhadap 'atmosfer' sekitarnya. Jika ia belum merasa aman, maka ia belum berani melakukan tindakan apa pun.
Hipersensitivitas bukanlah sebuah kekurangan. Ini hanya salah satu kondisi fisik dari sistem saraf yang memengaruhi jenis kepribadian seseorang menjadi introvert, meski ada beberapa anak introvert bukan karena ia hipersensitif.
Hal positif dari hipersensitivitas adalah membuat seseorang lebih berhati-hati dalam bertindak, sehingga lebih bijak dalam mengambil keputusan. Anak hipersensitif juga cenderung mematuhi peraturan, bahkan lebih nyaman dengan rutinitas. Jadi, hal ini bukanlah sesuatu yang negatif ataupun harus diubah.
Namun, dengan pengasuhan yang tepat, anak hipersensitif akan tumbuh menjadi anak yang bahagia, sehat, kreatif, dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya. (Aulia/DMO/Dok. M&B)