Type Keyword(s) to Search
BUMP TO BIRTH

Cuaca Ekstrem Tingkatkan Risiko Persalinan Prematur

Cuaca Ekstrem Tingkatkan Risiko Persalinan Prematur

Hidup di iklim tropis seperti Indonesia, secara tak langsung membuat kita lebih 'kebal' panas dibanding mereka yang tinggal di negara 4 musim. Saking terbiasanya dengan udara panas, mungkin Moms sampai tidak sadar kalau tubuh kita sudah berteriak kepanasan. Nah, ternyata membiarkan tubuh kepanasan saat hamil bisa memberi dampak buruk bagi perkembangan janin lho, Moms.

 

Dilansir dari Dailymail.co.uk, sebuah penelitian terbaru telah menguak fakta, kepanasan dan kedinginan selama 7 minggu pertama kehamilan dapat meningkatkan risiko bayi lahir prematur. Mau tahu penyebabnya? Sayangnya, para peneliti pun belum yakin benar apa penyebabnya.

 

Walau begitu, para peneliti yakin kalau penyebabnya adalah stres karena kepanasan dan kedinginan. Seperti yang kita ketahui, stres dapat menghambat perkembangan plasenta atau mengganggu peredaran darah ke uterus. Kedua hal tersebut tentu saja dapat menyebabkan persalinan prematur.

 

Penelitian ini mengatakan bahwa wanita hamil yang mengalami kedinginan pada 7 minggu pertama kehamilan, memiliki risiko 20 persen lebih tinggi untuk melahirkan di usia 34 minggu. Mereka juga 9 persen lebih berisiko melahirkan prematur di kehamilan 34-36 minggu, dan 3 persen lebih tinggi melahirkan di usia kehamilan 37-38 minggu.

 

Sedangkan jika wanita hamil kepanasan selama 7 minggu pertama kehamilan, maka ia 11 persen lebih berisiko melahirkan sebelum usia kandungan 34 minggu. Mereka juga mengalami peningkatan risiko 4 persen, melahirkan pada 37-38 minggu.

 

Menurut Dr. Pauline, kehamilan dikatakan sudah cukup bulan jika usianya sudah 39 dan 40 minggu. Sedangkan kelahiran prematur terjadi sebelum minggu ke-37. Kelahiran prematur ini harus Moms waspadai, karena dapat meningkatkan risiko kematian anak, asma, gangguan jantung, dan kecacatan jangka panjang.

 

“Hasil penelitian kami mengindikasikan bahwa akan lebih bijak jika wanita hamil dapat mengurangi paparan sinar matahari di suhu yang ekstrem,” ujar Dr. Pauline Mendola, penulis penelitian senior, dari Eunice Kenney Shriver National of Child Health Human Development. (Tiffany/OCH/Dok. M&B UK)