Type Keyword(s) to Search
BUMP TO BIRTH

Hamil Berkat Ovarium yang Dibekukan 15 Tahun Lalu

Hamil Berkat Ovarium yang Dibekukan 15 Tahun Lalu

Seorang ibu berhasil melahirkan berkat ovariumnya yang dibekukan waktu ia masih anak-anak. Wanita asal Dubai ini bernama Moaza Al-Matrooshi, 24. Saat lahir, ia divonis menderita talasemia, kondisi kelainan pada darah yang dapat mengancam nyawa jika tidak diobati. Akhirnya, Moaza kecil harus menjalani kemoterapi yang membuat ovariumnya rusak, bahkan sebelum ia merasakan pubertas.

 

Untungnya, sebelum prosedur itu dilakukan, ibu Moaza memutuskan untuk membekukan sebagian sel-sel ovarium Moaza, untuk digunakan saat ia sudah siap punya anak kelak. Lewat operasi yang dilakukan di Leeds, Inggris, sel-sel ovarium kanan Moaza berhasil dibekukan melalui prosedur yang cukup rumit.


Waktu terus bergulir, kini Moaza kecil pun telah tumbuh dewasa dan telah menikah. Momongan? Tentu saja menjadi hal yang paling ia nantikan. Oleh karena itu, tahun lalu di Denmark, tim dokter melakukan operasi transplantasi dari 5 sel ovarium yang pernah dibekukan nyaris 20 tahun lalu.

 

Ada 4 sel ovarium yang ditransplantasikan ke ovarium kiri yang sudah rusak, sementara 1 lagi di dekat rahim. Setelah prosedur itu, Moaza yang tadinya menopause, mulai mendapatkan haid dan memiliki tingkat kesuburan normal.

 

Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Moaza dan suaminya segera memulai program bayi tabung di London dan berhasil. Moaza dan suaminya, Ahmed, kini telah menjadi orang tua dari seorang bayi laki-laki yang sehat.

 

"Ini adalah keajaiban. Saya selalu yakin bahwa saya bisa menjadi ibu. Saya tidak berhenti berharap dan berusaha, dan sekarang saya memeluk bayi saya. Perasaan saya tidak bisa diungkapkan," ujar Moaza, seperti dikutip dari BBC.

 

Sementara itu, dokter kandungan yang merawat Moaza, Sara Matthews, mengatakan bahwa ini merupakan kabar baik bagi banyak orang di luar sana. Keberhasilan Moaza memberi harapan pada banyak gadis kecil yang terancam menjadi tidak subur, karena perawatan kanker atau talasemia. (Nadia Sarasati/TW/Dok. BBC)