Type Keyword(s) to Search
TODDLER

Pendidikan Seks bagi Balita, Perlu atau Tabu?

Pendidikan Seks bagi Balita, Perlu atau Tabu?

Baru-baru ini buku berjudul Aku Berani Tidur Sendiri terbitan Tiga Serangkai menuai kontroversi. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menuntut agar buku tersebut ditarik dari peredaran, karena isinya yang tidak sesuai dengan anak-anak. Di dalamnya terdapat ilustrasi mengenai masturbasi yang dilakukan anak saat tidur sendiri. Lewat Instagram, pihak Tiga Serangkai telah mengklarifikasi bahwa buku tersebut sebenarnya diperuntukkan untuk orangtua sebagai panduan untuk mengenalkan mengenai seksualitas kepada anak sejak dini. Nah, seberapa pentingkah pendidikan seks diberikan kepada anak sejak dini?

 

Aurora L Toruan, psikolog dari Keara Konsultan Psikolig di Cawang, Jakarta mengatakan bahwa sebaiknya pengenalan seksual memang sebaiknya dilakukan sejak dini. “Pendidikan seks sudah harus lebih maju. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa informasi tentang seks dan perilakunya, kalau 10 tahun lalu diketahui anak usia 16 tahun, sekarang harus disampaikan pada anak usia 10 tahun. Misalnya 10 tahun lalu anak mengetahui tentang masturbasi di usia 15 tahun, sekarang hal ini harus sudah dikenal oleh anak berusia 9 tahun. Teknologi semakin canggih dan maju, karenanya informasi sudah makin banyak jalurnya,” jelas Aurora.

 

Pendidikan seks yang tepat sebaiknya diberikan sebelum anak masuk ke lingkungan yang lebih luas, seperti masuk sekolah. Saat anak masuk ke lingkungan yang lebih luas, maka informasi yang diterimanya makin luas juga. Karenanya, untuk mengantisipasi anak mendapatkan informasi mengenai seks yang salah, dengan memberitahunya terlebih dahulu.

 

Situs Mayoclinic menyebutkan, pengenalan seksual terutama pada balita, dimulai dari rasa penasarannya akan tubuh sendiri. Berikut beberapa tahapan yang bisa Anda gunakan untuk memberikan pendidikan seks kepada Si Kecil:


1. Eksplorasi dini

Ketika Si Kecil belajar berjalan dan berbicara (1-2 tahun), ia akan mengenal tubuhnya. Pada saat itulah, Anda bisa mengajari dan mengenalkan tentang bagian-bagian tubuhnya, berikut nama dan fungsinya. Momen itu bisa Anda lakukan saat memandikan Si Kecil. Khusus alat kelamin sebaiknya menyebutkan nama asli daripada nama kiasan, misalnya burung untuk penis. Di saat pengenalan ini, beritahu bahwa organ vital harus dijaga kebersihan dan keamanannya. Ketika Si Kecil memasuki masa onotomi, yaitu semakin mengetahui dirinya sendiri dan tak selalu mau diarahkan orangtua, maka umumnya ia akan mulai mengetahui perbedaan gender. Biasakan Si Kecil mengenakan pakaian sesuai gendernya sejak dini ya Moms, agar ia tidak mengalami kebingungan identitas seksual sejak dini.


2. Rangsangan usia dini

Banyak anak yang mengekspresikan rasa penasaran mereka akan tubuhnya lewat stimulasi yang dilakukannya sendiri. Anak laki-laki misalnya, mulai suka memegang dan menarik-narik penisnya atau anak perempuan memegang organ genitalnya. Jika melihat Si Kecil melakukan ini, berikanlah respon positif. Bereaksilah, “Mengapa penismu dipegang? Apakah gatal atau sakit? Dengan begini Si Kecil akan merasa diperhatikan. Anda juga bisa menambahkan, “Sebaiknya penis/vagina tidak dipegang terus karena tangan kotor.”

3. Belajar setiap hari

Menurut Aurora, pendidikan seksual perlu disampaikan dengan gaya pengasuhan yang autoritatif, yaitu membuka jalur komunikasi hingga Si Kecil dapat melontarkan pertanyaan-pertanyaan dan menjawab pertanyaan yang sesuai dari Anda. Pendidikan seksual bukanlah proses belajar yang dilakukan dalam sekali waktu tetapi harus secara terus menerus. (Rosa Ayu Hapsari/Meiskhe/TW/dok.M&B UK)