Moms, tak sedikit anak yang mengalami alergi. Alergi adalah reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap pemicu alergi yang biasa disebut alergen. Sistem kekebalan kemudian salah mengartikan alergen sebagai bahaya, sehingga langsung melepaskan zat histamin untuk memberikan perlawanan. Reaksi histamin akan menimbulkan beberapa gejala, seperti hidung tersumbat, bersin, gatal-gatal, iritasi kulit, sesak napas, muntah, diare, serta batuk.
Berdasarkan data statistik dari U.S Centrs for Disease Control and Prevention (CDC) pada 2011, sekitar 4,5 persen anak di bawah usia 18 tahun memiliki alergi terhadap makanan. Sedangkan, 10,7 persen mengalami alergi kulit dan 16,6 persen lainnya menderita alergi pernapasan. Alergi sebagian besar disebabkan oleh genetik atau turunan. Sebagai contoh, jika salah satu orangtua menderita alergi, maka 40-50 persen anak akan mengalami alergi pula. Persentase pun meningkat menjadi 75-80 persen jika kedua orangtua memiliki alergi. Kendati demikian, alergi yang dialami anak tidak selalu sama dengan orangtua.
Alergi dapat dideteksi tergantung pada seberapa sering anak terpapar alergen. Biasanya alergi membutuhkan waktu yang cukup lama untuk berkembang dan memunculkan gejala-gejalanya. Jika anak alergi terhadap bulu kucing, ia kemungkinan akan terlihat baik-baik saja saat bermain dengan kucing. Namun suatu hari, bisa jadi tubuhnya baru menunjukkan tanda reaksi alergi.
Nah, Moms Ingin mengetahui info selanjutnya mengenai alergi pada bayi? Baca selengkapnya di Mother&Baby edisi Mei 2017!(AS/Seva/HH/Dok. freepik)