Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Cerita Cisca Becker: Lilou Sudah 5 Tahun!

Cerita Cisca Becker: Lilou Sudah 5 Tahun!

Bulan lalu, anak sulung kami Lilou, menginjak usia milestone pertamanya, 5 tahun. Dan, selayaknya semua ibu-ibu baper, saya berkata, “Kemana saja waktu berlalu?”

Rasanya baru kemarin saya membawa baby chubby berambut keriting dari rumah sakit, melihatnya belajar berjalan, dan menyaksikan dia mengucapkan kalimat-kalimat tak jelas hingga akhirnya bisa menyanyikan full lagu dari film Moana, sampai ke bagian bahasa Hawaiinya. (Warning: Jangan minta dia nyanyikan itu kalau Anda tidak mau terjebak bersamanya setidaknya 30 menit).

It’s true what they say, you blink and they grow.

Di hari ulang tahunnya, saya tidak bisa berhenti memikirkan betapa cepat dia sudah tumbuh dan berkembang. Kadang-kadang sampai tercekat tenggorokan saya dan tak sadar air mata menitik haru karena sadar anak saya sudah bukan balita lagi. Baper parah. Dia sudah menjadi manusia kecil dengan kepribadian yang sudah sangat kentara. Pikiran saya pun menerawang sembari mencoba membayangkan, akan menjadi orang seperti apakah Lilou nanti? So, saya coba pikirkan seperti apakah Lilou di masa depan, berdasarkan personality traits yang saat ini dimilikinya.

So far, ini yang saya ketahui tentang Lilou:

1.       Senyum dan tawanya bisa membuat hati saya dan hati siapapun yang bersamanya menjadi lebih hidup dan hangat. Her smile lights up the room. Mungkin terdengar bias karena saya ibunya. Tapi Lilou memang adalah tipe anak yang selalu bersemangat tiap bertemu orang lain dan selalu tak pernah ragu menunjukkan rasa bahagianya. She’s a happy kid, always filled with excitement. Her happiness is contagious too.

 

2.       Dia susah untuk diam. Dari sejak kecil saya sudah menyadari bahwa dia memang termasuk anak yang kinestetik. Sekarang, hal tersebut semakin jelas terlihat. Saat nonton TV pun dia biasanya lakukan sambil mondar-mandir berjalan di depan TV. Tidak usah tanya susahnya kalau suruh dia berpose manis untuk foto. Lebih susah dari memotret satwa liar di padang Serengiti. Dari 20 kali jepretan, saya beruntung kalau ada satu foto yang becus.

 

3.       Lilou ini anak yang “inquisitive”. Dia senang berdiskusi tentang apapun dan dia sedang berada di masa senang bertanya akan SEGALA sesuatu. Semakin lama saya semakin sering deg-degan menerima pertanyaanya. Salah satu pertanyaanya: “Mama, where do babies come from?” Waduh. “Hmm from their mothers’ tummies”. Aman, kan. Dia terlihat berpikir. Please jangan tanya lagi, harap saya. “In that case, I don’t want to have a baby”. What? Why? “Because I love cakes and I need my tummy to keep the cakes after I eat them. Otherwise no space for my cakes”. I think it makes perfect sense. #cakeloverunite.

 

4.       Lilou sayang sekali sama teman-temannya. Baik dengan teman sekolah sampai saudara-saudara seumurnya. Dia selalu senang bertemu dengan mereka dan selalu sedih kalau harus berpisah (aduh dramanya!). Dia senang membuat mereka tertawa, senang  menghibur mereka dengan candaan-candaannya. Gurunya selalu berkata bahwa Lilou anak yang ramah dan mau berteman dengan siapapun. Menurut guru-gurunya, dia seringkali menghampiri anak yang sedang sedih untuk mengajaknya bermain. Dia bergaul dengan anak-anak perempuan dan juga anak laki-laki di kelasnya dengan sama antusiasnya. Saya juga senang melihat dia sering memuji temannya, misalnya karena memakai T-shirt yang keren sampai karena melakukan class performance yang bagus. She’s a good friend!

 

5.       Lilou senang sekali menyanyi dan menari. Atau kalau dia yang bilang “I just love to sing and dance Mama!” dengan aksen sok bule banget hasil nonton serial Disney Junior kesukaannya. Kebetulan dari Lilou masih bayi merangkak, saya sertakan dia dalam berbagai kegiatan yang melatih motoriknya, mulai dari gym, balet dan dance. Hasilnya adalah dia akan menari spontan di manapun saat mendengar lagu kesukaanya diputar. Di dalam butik baju yang ramai atau di tengah acara bazaar. Jangan tanya kalau ada panggung live music, tanpa sungkan dia akan mendekat dan menari dengan lepasnya. Lepasin aja shay.

 

6.       Lilou itu sudah jago akting. Terutama akting sedih. Dia bisa dalam hitungan sepersekian detik mengatur otot wajah dan ekspresi muka sedemikian rupa menyerupai wajah anak perempuan paling sedih dan paling minta dikasihani. Bahkan dia sudah menguasai skill “tears on demand” yang sempat membuat saya kagok, menjadi tidak yakin apakah dia benar-benar menangis atau akting. Biasanya sih akting. Terbukti akting kalau saya bercanda berikan piala-pialaan sambil berkata “Best acting for crying scene goes to Lilou Nai Amaya”, dia lalu tertawa senang. Padahal air mata palsunya masih terlihat mengalir di wajahnya. Hebat!

 

7.       Lilou adalah anak yang sangat “affectionate”. Dia senang mencium dan memeluk orang-orang terdekatnya dan adegan cium perpisahan bersama saya bisa panjang sekali ritualnya karena dia akan minta dicium (dan mencium!) semua bagian wajah saya, bibir, pipi, mata, jidat, dagu, dan kuping. Lalu gantian. Bayangkan ini setiap pagi saat mengantar di pintu kelas dan gurunya sudah berdiri di hadapan saya untuk mengambil-alih Lilou. “Ok Lilou ayo bilang dadah sama Mama”. “Bentar, Mama tadi cium hidung aku salah! Oh ya abis ini Eskimo Kiss ya!” Never Ending. Dia juga sangaaaaattt affectionate pada adiknya, Pippa. Tapi kadang-kadang sampai pada point dimana Pippa berkata “Ok Kakak, too much. Enough!”

 

8.       Lilou sudah mengerti teknologi. Maksud saya, bukan hanya dia mengerti cara menonton Youtube di handphone saya (itu sudah bisa dari umur 2 tahun) atau cara membuka dan memainkan aplikasi game di tablet Opungnya (itu sudah dari umur 2 tahun 1 bulan), tapi dia mengerti cara MEMANFAATKAN teknologi. Dia akan bilang “Mama, video call sama Papa yuk, aku mau tunjukkin gambar aku yang buat di sekolah tadi!” atau saat kegirangan karena menggunakan kostum cowgirl dia akan minta saya memfotonya bergaya dengan kostum itu, lalu dia akan hias-hias foto itu dengan apps khusus di smartphone saya, selanjutnya saya diminta untuk mengirimkan foto itu ke opung-opungnya. Terakhir, yang paling bikin saya kagum, saat mau tidur, sebelum saya mulai membacakan buku cerita, dia berkata  “Sebentar Mama, biar lebih enak, Mama pasang lagu dulu dari handphone Mama, yang ada album lagu-lagu Disney”. Dia sudah jadi anak Spotify!

 

9.       Lilou sebenarnya sayang sekali sama adiknya. Kenapa saya katakan “sebenarnya”, karena kadang-kadang saya lihat dia masih memproses perubahan dari menjadi anak tunggal selama 3 tahun dan tetiba harus berbagi perhatian dengan adik perempuannya, Pippa. Dia masih suka kesal kalau kita lebih memperhatikan Pippa dibanding dirinya. Atau, masih belum bisa mengatur emosi jika mainannya direbut oleh adiknya yang memang kelakuannya terkadang  seperti mini Godzilla. Tapi, saat kita semua pergi mengantar Pippa ikut field-trip pertamanya dengan sekolah tanpa pendamping, Lilou kelihatan sangat cemas dan khawatir “Masa gak ada yang nemenin Pippa? Nanti kalau Pippa kenapa-kenapa gimana? Kalau Pippa mau susu? Kalau Pippa ngantuk?” Malah sempat sampai menangis saat Pippa masuk bersama dengan guru dan teman-teman sekelasnya. Pippanya? Nyengir-nyengir saja, “Senang naik bis besar,” katanya.

 

10.   Lilou bangga pada saya. Gurunya dan saudara-saudara kami suka bercerita, kalau dia sering mengatakan mamanya penyiar, disebutkan pula nama on air saya lengkap dengan nama radionya. Dia tahu jam-jam sore adalah jam saya bersiaran. Kalau dia sedang di mobil pasti minta dinyalakan radionya supaya bisa mendengar Mamanya berbicara. Saya juga pernah mendengarnya menunjukkan pada saudara kami artikel yang pernah saya tulis di sebuah majalah “Ini cerita Mama! Ini Mama yang nulis loh!”. Sumpah deh, mengingat kembali nada bangga dari mulutnya sudah cukup membuat tenggorokan lagi-lagi menggumpal dan mata saya  kembali berkaca-kaca. I am blessed.

 

Lilou, happy 5th birthday again my love.

I don’t care what you become, just promise me you keep that happy giving spirit, and never lose your smile.

No matter what, you will always be my brightest star.

Dengan Penuh Cinta,

Mama.